Satu lagi fic SasuSaku dari Akina…
Selamat menikmati…
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Romance/Angst
Rating: T
Pairing: SasuSakuNaru
Alternate Universe
Sasuke: 22 thn
Sakura: 20 thn
Otanoshimi yonde kudasai ne minna!
Ore No Hana
Story by: Akina Takahashi
Chapter 1: Taisetsu na Mono wa Nakushita
Seorang pria tampan berambut hitam tampak sibuk mengutak-atik laptop kecil yang ada di tangannya. Ia meneliti tulisan-tulisan yang ada di layar laptopnya dengan cermat, sesekali ia mengerjap-ngejapkan matanya yang letih. Tampaknya ia sudah tidak tidur seharian ini. Kantung hitam memenuhi bagian bawah matanya.
Ya, benar. Karena ia adalah Sasuke Uchiha, seorang mahasiswa jurusan psikologi yang sedang sibuk mempersiapkan penelitian untuk melengkapi tugas akhirnya.
Sasuke mengambil segelas kopi yang ada di meja kerjanya lalu menyeruputnya perlahan. Sasuke menyandarkan tubuhnya ke kursi putar yang sedang didudukinya. Ia memejamkan matanya sejenak mencoba beristirahat. Sepertinya tubuhnya sudah tidak tahan lagi.
"KRIIING KRIIING" suara telepon membangunkannya dari istirahat singkat yang baru saja hendak dimulainya tadi.
Sasuke membuka matanya dengan perlahan. Lalu tangannya mulai mencari sumber suara.
"Halo" jawabnya enggan.
"Halo, ini Tenten. Sasuke aku sudah menemukan objek penelitian yang bagus untukmu! Besok jam 8 pagi, datanglah ke RS Konoha. Aku akan menemuimu disana" seru Tenten dari kejauhan.
"Hnn…" jawab Sasuke. Ia sudah sangat mengantuk sekarang.
"OI, kau ini tidak tahu terima kasih ya? Aku kan sudah susah-sudah mencarikannya untukmu!" suara Tenten terdengar kesal.
"Iya, iya. Terimakasih. Ja!" Sasuke buru-buru menutup teleponnya. Ia sudah sangat ingin berada dalam alam mimpinya sekarang.
Sasuke menggeliat diatas kasurnya. Ia sangat lelah, lelah. Tugas ini benar-benar menyita pikirannya.
.
.
.
.
.
.
"Oi, Sasuke!" Tenten melambaikan tangannya pada Sasuke dengan semangat.
"Jangan berisik, ini Rumah Sakit." Sasuke sedikit kesal pada sikap Tenten yang sangat bersemangat.
"Ugh! Iya aku juga tahu. Ayo duduk sini!" Tenten memberi isyarat pada Sasuke agar ia duduk disampingnya.
Sasuke melangkah mendekat kearah Tenten. Sesekali pandangannya menangkap sosok perawat-perawat yang nampak sibuk memindahkan pasien dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Suasana Rumah Sakit sangat kentara dimatanya. Beberapa dokter berbaju putih berlari-lari kecil memasuki ruangan bedah. Memang benar-benar pemandangan khas Rumah Sakit.
"Jadi… mana objek yang kau bilang itu?" tanya Sasuke.
" Dia ada di ruangan khusus. Eh Sasuke aku menemukan kelainan yang unik pada dirinya!"
"Apa itu?"
"Setahuku ia mengalami trauma akibat perkosaan."
"Oh, korban perkosaan." Wajah Sasuke nampak tak tertarik.
"Hei, hei! Ini lain daripada yang lain tahu!" seru Tenten.
"Apanya?"
"Akibatnya pola berpikirnya mundur menjadi pola pikir seorang anak kecil berumur 10 tahun. Padahal ia telah berusia 20 tahun. Dan anehnya lagi ia tidak mengingat sama sekali apa yang telah terjadi padanya. Bukankah kebanyakan orang yang mengalami trauma berat seperti ini akan menjadi gila? Tapi lain halnya dengan dia. Dia sama sekali tidak mengalami stress seperti orang lain. Fenomena yang menarik bukan?!"
"Iya, hal itu memang jarang sekali terjadi. Tampaknya penelitianku kali ini akan menarik." Gumam Sasuke.
"Iya, iya! Berjuanglah!" Tenten menepuk punggung Sasuke.
"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Sasuke.
"Oh, penelitianku sudah hampir selesai. Jadi tidak usah khawatir. Ja!" Tenten melangkah pergi meninggalkan Sasuke sendirian.
Sasuke bangkit dari tempat duduknya. Kemudian bertanya pada salah satu perawat yang berada di dekatnya.
"Maaf ruangan khusus ada disebelah mana?" tanya Sasuke sopan.
"Ada di ujung lorong itu" jelas si perawat singkat, padat dan jelas.
"Baik, terimakasih." Sasuke membungkukkan badannya memberi hormat lalu berjalan menuju ke lorong.
Sasuke menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan dengan pintu geser berwarna biru. Ia membuka pintu itu perlahan lalu melangkahkan kakinya kedalam ruangan itu.
Pandangannya menangkap sesosok gadis cantik berambut merah muda yang sedang sibuk bermain boneka Barbie. Gadis itu nampaknya seumuran dengannya. Mata hijaunya terlihat sangat jernih, bening memancarkan kepolosan yang amat sangat. Baju seragam pasien Rumah Sakit yang dikenakannya sedikit longgar sehingga bahunya yang mungil terlihat dengan jelas. Ia mengenakan celana putih yang sewarna dengan bajunya.
Gadis itu memalingkan pandangannya menatap mata hitam Sasuke lalu tersenyum lembut dan berkata "Oniisan siapa? Apa Oniisan mau bermain denganku?" tanya gadis itu polos.
Sasuke sedikit berjengit ketika mendengar kata 'bermain'. Ternyata benar, gadis itu benar-benar bertingkah laku seperti seorang anak kecil. Agak lucu memang, tapi tidak bagi Sasuke. Gadis itu sama sekali tidak tampak lucu dimatanya. 'Kasihan' itulah kesan pertama yang muncul di benak Sasuke. Benar-benar kasihan. Sasuke tidak bisa memikirkan kejadian apa yang ia alami hingga ia menjadi seperti ini.
Tatapan Sasuke melembut lalu Ia merendahkan tubuhnya hingga ia sedikit berjongkok. Ia menatap gadis mata emerald gadis itu.
"Kenalkan, aku Uchiha Sasuke. Mahasiswa yang akan menelitimu." Ujar Sasuke.
"Meneliti itu apa? Apa Oniisan adalah teman bermainku?" tanya gadis itu polos. Mata emeraldnya melebar dipenuhi harapan.
"Uhn, mungkin bisa dibilang begitu." Sasuke menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Yay! Oniisan hari ini kita mau main apa?"
"Sebelum itu apa aku boleh tahu siapa namamu?" Sasuke tersenyum lembut.
Seketika mata gadis itu membelalak lebar seakan ada sesuatu yang meyeramkan berada di hadapannya.
"uh.. nama… nama… nama…" gadis itu terus-terusan mengulang-ulangnya seakan itu adalah sebuah mantra. Tubuh gadis itu gemetar, ia memeluk kedua kakinya dengan kedua tangannya. Air mata keluar dari kedua pelupuk matanya.
"Kau kenapa? Apa perlu kupanggil dokter?" wajah Sasuke tampak khawatir.
Gadis itu masih gemetar. Bayangan masa lalu yang tidak ingin diingatnya kembali bermunculan di kepalanya, mengganggu proses kerja otaknya. Suara yang ingin dilupakannya kembali terngiang-ngiang di telinganya.
"Sakura, Sakura, Sakura"
"Namamu indah seperti bunga."
"Kau akan menjadi milikku selamanya."
"Kau adalah milikku."
"Aku adalah tuanmu."
"Kau harus memenuhi semua permintaanku."
"Aku menginginkan tubuhmu, jiwamu, hidupmu."
"Hidupmu ada di tanganku."
Sakura melihat 2 buah bayangan manusia di depannya. Sesosok bayangan seorang gadis muda berambut pink dengan sesosok bayangan lelaki kejam yang berusia tidak jauh darinya. Ya, benar ia melihat bayangan masa lalunya sendiri.
Lelaki itu menarik tangan gadis itu dan menindih tubuhnya. Gadis itu berusaha melawan namun ia tak punya kekuatan untuk melawan. Pria itu menampar wajah gadis itu hingga menimbulkan bengkak di pipinya. Gadis itu terus-terusan melawan namun hal itu sia-sia. Pria itu telah berhasil mengambil satu-satunya hal paling berharga yang ia miliki di dunia ini, kehormatan seorang wanita.
"TIIDAKK! Kumohon hentikan! Hentikan! Aku tidak mau! Huhuhu." Sakura menjerit histeris. Tangisannya memenuhi seluruh ruangan.
"Apa yang terjadi?" Sasuke benar-benar panik sekarang. Ia melihat gadis yang ada di depannya benar-benar gila sekarang.
"Sakit… hentikan… sakit… kumohon hentikan." Tangisan Sakura semakin menjadi.
"SREGG" terdengar suara pintu digeser. Di balik pintu tampak seorang dokter muda yang sedikit panik. Tangannya membawa sebuah suntikan penenang. Dokter itu berlari menuju kearah Sakura yang masih berhalusinasi lalu dengan sigap dokter itu menyuntikkan obat penenang ke tubuh Sakura menyebabkan gadis itu tak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi?" tanya dokter itu pada Sasuke. tatapannya seakan berkata 'apa-yang-kau-perbuat-padanya-hingga-ia-menjadi-seperti-itu?'
"Aku hanya bertanya padanya, siapa namanya. Itu saja tidak lebih." Jelas Sasuke.
"Huf, kau tahu. Ia sama sekali tidak mau mengingat namanya sendiri. Mungkin namanya mengingatkannya pada sesuatu yang sangat menyeramkan hingga ia menjadi seperti itu."
"Huh menarik… apa kau punya data tentang masa lalunya?" tanya Sasuke.
"Sepetinya kepala Rumah Sakit, Tsunade-sama, punya."
"Terima kasih atas informasinya. Dokter…" Sasuke menghentikan pembicaraannya seakan bertanya 'siapa-namamu?'
"Panggil aku Shizune."
"Oh, baiklah Shizune-sensei. Terima kasih atas informasinya." Sasuke membungkukkan badannya memberi hormat.
.
.
.
.
.
"Maaf, apa anda yang bernama Tsunade?" tanya Sasuke sopan.
""Ada perlu apa denganku?" jawab Tsunade singkat. Ia tampak sibuk dengan tumpukan-tumpukan kertas kerja yang berada di atas mejanya.
"Apa aku bisa minta dokumen pasien yang berada di ruang khusus?"
"Siapa kau? Untuk apa dokumen itu?" Tsunade menaikkan alisnya keheranan.
"Uchiha Sasuke, mahasiswa psikologi yang sedang meneliti gadis itu." Jelas Sasuke.
"Aku tidak bisa memberi data pribadi pasien pada seorang mahasiswa."
"Uh, baiklah kalau begitu, terima kasih atas kerjasamanya." Sasuke membalikkan badannya mnuju kearah pintu lalu membukanya perlahan. Wajahnya tampak kesal.
"Sial nenek tua itu benar-benar brengsek! Aku harus cari tahu sendiri." Gumam Sasuke
-TSUZUKU-
Keterangan:
Oniisan: Kakak laki-laki
Sensei: gelar kehormatan. Biasanya menjadi sebutan bagi dokter atau guru. Guru: kyoushi, Dokter: Isha
Tsuzuku: bersambung.
Ore no Hana: bungaku
Taisetsu na mono wa nakushita: sesuatu yang berharga telah hilang
Reviewnya jangan lupa ya!
Arigatou Gozaimasu.
With Love,
Akina Takahashi
