Disclaimer: BBB punya animonsta yaaa aku minjem bentar :p
Disini Gempa, Taufan, sama Halilintar sebagai kakak adek. Temen-temennya cuma lewat-lewat doang...
Warning : Typo banyak (kali?)
Enjoy it... (^_^)
Chapter 1 : Bad Feeling
"Gempa, aku mau bawa laptopnya ya." Kata anak pertama.
"Eh, aku juga mau bawa buat ngerjain tugas." Jawab anak kedua kaget.
"Iya tuh, Kak Hali gantian dong sama Kak Gempa. 'kan Kak Hali udah sering make." Ucap anak anak ketiga ikut campur.
Beginilah keseharian 3 kakak beradik itu.
"Taufan ga usah ikut campur deh!"
"Tapi memang bener kan?"
Hampir setiap pagi selalu bertengkar karena hal yang sepele.
"Kak Hali, Taufan, udah doong. Jangan bertengkar!"
"Habis Kak Halinya marah mulu!"
"Siapa yang marah?!"
'Mulai lagi deh' pikir anak kedua yang sedang menyiapkan buku sekolahnya. Seperti yang kakaknya bilang, anak itu bernama Gempa. Sedangkan kakaknya bernama Halilintar dan adiknya bernama Taufan.
Jika Halilintar dan Taufan sudah bertengkar, tidak ada yang bisa menghentikan mereka. Bahkan, anak tengah itu pun tidak menghentikan kedua saudaranya itu. Pertengkaran ini akan berakhir jika salah satu dari mereka ada yang menyerah atau Taufan sudah menangis.
"Sudah ah, aku ngalah." Kata Halilintar kesal sambil mengambil jaketnya dan memakai topinya menghadap depan, "Males kalo berantem sama Taufan, pasti nanti akhirnya kamu bakal nangis." Sambungnya mengejek.
"Nggak kok, aku ga suka nangis! Kak Halinya aja yang ngedorongnya kekencengan! Kan sakit!" Jawab Taufan tidak mau kalah sambil memegang kepalanya yang terbentur lemari. Ia juga mengambil jaketnya dan memakai topinya menyamping.
"Udah, udah. masa tiap pagi berantem mulu sih? Nanti tetangga keganggu lhoo..." , "Gini deh, ga usah ada yang bawa laptop aja." Kata Gempa yang juga mengambil jaketnya dan memakai topinya menghadap belakang.
Yaah, mereka ini adalah 3 kakak beradik yang hanya bisa dibedakan dari jaket yang mereka kenakan dan juga arah topi yang selalu mereka pakai. Anak pertama, yaitu Halilintar atau yang biasa disebut Hali, ia duduk di kelas 1 SMA, ciri khasnya adalah jaketnya yang berwarna merah dan topi yang dikenakannya menghadap ke depan. Sedangkan anak pertengahan bernama Gempa, sekarang dia kelas 2 SMP, ciri khas dia adalah jaketnya yang berwana kuning dan arah topinya yang menghadap ke belakang. Dan anak terakhir bernama Taufan, Taufan sekarang kelas 6 SD, ciri khasnya adalah jaketnya yang berwarna biru dan topinya yang menyamping.
Sebenarnya, mereka ini keturunan Malaysia. Namun, orang tua mereka pindah ke Indonesia karena pekerjaan ayahnya. Kakeknya juga yang keturunan Malaysia, sekarang tinggal di Indonesia. Jadi mereka sudah terbiasa dengan bahasa indonesia dan sifat-sifat orang indonesia. Bahkan mereka jadi terbiasa berbicara bahasa "gaul"nya Indonesia.
Tiap pagi mereka selalu berangkat sekolah bersama karena memang sekolah mereka sama. *kok bisa?* Yaaa, sekolah mereka itu adalah sekolah yang ada SD, SMP, dan SMA nya. Sebenarnya dulu mereka bersekolah di sekolah yang berbeda, namun orang tua mereka memindahkan Gempa, Taufan, dan Halilintar ke sekolah yang sama supaya mereka bisa saling menjaga.
Di perjalanan mereka menuju sekolah, Halilntar dan Taufan yang masih kesal berjalan di samping Gempa. Intinya, Gempa ada di tengah-tengah kedua saudaranya itu. Gempa hanya bisa pasrah dengan hal ini 'kapan sih mereka berhenti bertengkar setiap pagi? Males dengernya' pikir Gempa.
0oOOo0
Sampai di depan gerbang sekolah, mereka bertiga segera membuka jaket yang mereka kenakan dan menaruhnya dalam tas. Karena, jika memakai jaket di dalam sekolah, jaketnya akan langsung disita oleh guru. Namun, guru-guru sudah sepakat untuk memperbolehkan mereka memakai topi dalam kelas, supaya mereka gampang dibedakan.
Walaupun kelas mereka berada di gedung yang berbeda, Taufan suka datang ke kelas kakak-kakaknya itu.
"Kak Gempa..." Panggil seorang anak SD dari pintu kelas Gempa, "Ke kantin yuk..." Ajaknya sambil menyembunyikan separuh badannya di belakang pintu.
Gempa yang mendengarnya hanya mendengus pasrah 'lagi? Ini udah yang ke 4 kalinya Taufan datang ke kelas dalam 2 hari ini' pikirnya. Namun, mau tidak mau Gempa harus menemani adiknya itu ke kantin.
Sesampainya di kantin, Gempa kaget melihat Halilintar sedang duduk di satu meja, menunggu seseorang.
"Kamu ngajak Kak Hali juga?" Tanya Gempa pada Taufan.
"Hehehe." Adiknya itu hanya tersenyum dan membuat tanda 'peace' dengan tangan kanannya dan segera berlari mendahului Gempa menuju meja tempat Halilintar menunggu.
"Trus, kamu ngapain manggil kita kesini?" Tanya Halilintar kepada Taufan dengan nada sedikit kesal. Gempa bisa menebak kalau Taufan mengajak kakaknya kesini dengan paksa, sehingga kakaknya itu merasa kesal pada Taufan.
"Kak Hali jangan marah dulu atuuh. Kan aku aja belom ngomong..." Jawab Taufan, "Gini lho kak, jadi nanti sore aku mau ke rumah te—"
"Gak." Belum selesai Taufan bebicara, Halilintar sudah menyelanya duluan.
"Idiiih, Kak Hali maaah. Kan aku belom selese ngomong..." Kata Taufan .
"Pokoknya nggak! Kamu mau ke rumah temen kamu kan? Inget ga kata Ibu? Kan katanya jangan ke rumah orang sampai Ibu dan Ayah balik dari Amerika." Kata Halilintar seperti membaca pikiran Taufan.
"Kak Hali maaah. Kalo kak Gempa? Ngebolehin ga?" Tanya Taufan pada Gempa karena sudah tahu kakak pertamanya pasti tidak mengizinkannya.
"Aku sih sependapat sama Kak Hali, kalo nanti terjadi apa-apa sama kamu gimana? Kan kita yang bakal repot." Jawab Gempa.
"Yaaah... Boleh atuh kaak... yayaya? " Tanya Taufan pada 2 kakaknya itu dengan muka memelas.
"Kan udah dibilangin ga boleh, ngeyel amat sih." Kata Halilintar dengan nada tinggi.
"..." Adik bungsunya itu hanya diam menunduk menatap meja. Dia kecewa? Ya tentu saja, selama ini dia belum pernah ke rumah teman.
Mereka bertiga diam tidak ada yang berbicara.
KRIIING...
Bel masuk berbunyi, "Eh, aku duluan ya.." Kata Gempa memecah keheningan diantara mereka bertiga.
"Aku juga masuk kelas, Taufan, kamu juga masuk kelas gih." Suruh Halilintar pada Taufan.
"Ya." Jawab Taufan singkat.
0oOOo0
Di kelas, Taufan sama sekali tidak memperhatikan pelajaran. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana ia bisa pergi ke rumah teman walaupun hanya sekali.
"Taufan!" Suara guru matematikanya itu menyadarkan Taufan dari lamunannya.
"Ya, ya pak?" Tanya Taufan takut sekaligus grogi setelah ia sadar dari lamunannya.
"Maju kedepan, kerjakan soal ini." Perintah guru itu pada Taufan
'Oh my, you gotta be kidding me, aku kan ga pinter mate...' Pikir Taufan. Namun, daripada membuat gurunya itu marah, lebih baik menurutinya dan maju kedepan walaupun tidak bisa mengerjakannya.
Didepan papan tulis, Taufan hanya mengambil spidol didekatnya dan diam terpaku melihat soal matematika itu.
"Kenapa? Ga bisa?" Tanya guru itu pada Taufan.
"Ti, tidak pak." Jawab Taufan menunduk.
"Ya sudah, duduk kembali dan perhatikan! Jangan melamun saja!" Bentak guru itu padanya. Taufan hanya bisa mengangguk dan duduk kembali ke kursinya.
"Tuh kan, lu sih ga denger aku manggil. Dimarahin kan jadinya..." Kata seorang anak gendut yang duduk di sebelah bangku Taufan.
"Gopal, lu diem aja geura! Ga usah ngomong!" Bentak Taufan pada Gopal, teman sekelasnya itu.
Gopal hanya diam plus bingung menatap Taufan yang biasanya selalu dipanggil kedepan karna bercanda terus, sekarang dia dipanggil kedepan karena bengong. 'Tuh anak kenapa ya?' Pikir Gopal.
0oOOo0
Di kelas Gempa, sekarang sedang belajar sejarah. Gurunya... ngebosenin, kalo nerangin suaranya kecil banget, sampai-sampai suka ada murid yang tidur selama pelajaran. Gimana mau semangat belajar atuh?
Saat pelajaran selesai, semua anak segera berteriak senang dan pergi berhamburan ke luar kelas. Gempa yang masih melamun memikirkan keinginan adiknya itu segera sadar saat ada yang memangilnya.
"Gempa, kamu mau ke aula ga? Pelajaran SdB mau mulai lho." Tanya Yaya, teman sekelasnya yang juga ketua osis sekaligus ketua kelas.
"Oh, Yaya, Ying, hehe... sorry ya, tadi aku melamun terus..." Jawab Gempa merespon.
"Ya udah, ayo cepet, yang lainnya udah pada kebawah." Suruh Ying, "Kita duluan ya.."
"Ya, makasih ya udah ngingetin." Ucap Gempa.
Saat Gempa mau mengambil buku pelajarannya di bawah meja.
'AUW! Apaan tuh?' sebuah benda menusuknya. Dengan cepat Gempa segera mengambil benda itu. 'Jarum toh, dari mana ya? Udah ah, buang aja' Gempa pun membuang jarum itu. Ia segera berjalan cepat ke aula tak lupa dengan buku pelajarannya.
'Kok, perasaan aku ga enak ya? Bad feeling nih' Pikir Gempa sambil melihat jarinya yang berdarah terkena jarum tadi. 'Au, ah, ga usah dipikirin' Gempa segera menekan bagian yang luka supaya tidak mengeluarkan darah lagi dan segera berlari ke aula.
0oOOo0
Sementara itu di kelas Halilintar, dia sedang belajar fisika, pelajaran kesukaannya. Tapi entah kenapa dia merasa bosan dan malas untuk memerhatikan guru.
"Eh, Halilintar." Bisik seorang anak yang duduk dibelakangnya.
"Sshhs, berisik! Apaan sih Fang? Ganggu aja." Jawab Halilintar kesal.
"Nyelow weh atuh... Kok tumben sih lu ga meratiin guru pas pelajaran fisika?" Tanyanya lagi.
"Lagi ga mood, napa emang?" Tanya Halilintar balik.
"Lagi ada masalah bukan?" Tanya Fang heran.
"Bisa diem ga? Kalo ga diem, liat aja nanti lu bakal gua apain." Ancam Halilintar ke Fang.
"Ih, lu mah sok kalem." Kata Fang mengejek.
Halilintar yang mendengarnya hanya diam dan menulis sesuatu di buku tulisnya.
'Perasaan gua ga enak' .
0oOOo0
Sepulang sekolah, seperti biasa kakak adik itu pulang bersama. Sepanjang perjalanan, mata Gempa dan Halilintar hanya tertuju pada Taufan. Taufan yang menyadari hal itu langsung bertanya.
"Kak Gempa, Kak Hali, kenapa ngeliatin gitu?"
"Eh, nggak kok, aku lagi liat pohon yang ada di sebelah kamu. Tadi pas pelajaran SdB ada pr disuruh gambar tanaman, sekalian nyari inspirasi." Jawab Gempa pada adiknya itu.
"Kalo Kak Hali?" Tanya Taufan pada Halilintar.
"Ga kok, ga kenapa-napa." Jawabnya singkat.
Taufan yang mendengar itu hanya mengernyitkan dahi. 'Mereka kenapa ya?' Tanyanya dalam hati.
Sekarang giliran Taufan yang melamun bingung, sementara Gempa dan Halilintar fokus pada jalan yang mereka lalui. Ketika mereka ingin menyebrang, Gempa dan Halilintar berhenti untuk melihat sekeliling sedangkan Taufan yang sedang melamun itu terus berjalan tanpa melihat yang ada di sekitarnya.
DIIIINNN!
Klakson motor berbunyi sangat keras. Gempa dan Halilintar yang baru sadar bahwa adiknya itu masih berjalan menuju jalan raya segera berteriak.
"TAUFAN!" Seru mereka berdua panik.
Taufan yang baru sadar dari lamunannya kaget melihat motor yang sedang melaju kehadapannya.
Semuanya seakan seperti slowmotion. Motor yang sedang melaju kehadapan Taufan, menurutnya itu seperti sepeda yang sedang melaju. Tapi, entah kenapa ia merasa tangannya ditarik oleh seseorang.
NGUOOONG...
Motor yang mau menabraknya itu berlalu sangat kencang, melewatinya. Taufan yang masih tidak-ngeh dengan apa yang telah terjadi melihat kebelakang. Ternyata yang menariknya itu adalah kedua kakaknya, Gempa dan Halilintar. Dilihatnya muka kedua kakaknya itu, pucat, atau lebih mirip syok dan kaget, nafas mereka sangat cepat. Mata Halilintar tertuju pada Taufan dengan melotot kaget dan tatapannya yang sangat marah.
"LU GILA YA?!" Halilintar segera berteriak pada Taufan, "LU MAU MATI BUKAN?" Lanjutnya.
Taufan yang mendengarnya hanya tertegun, ia lalu melihat Gempa yang masih memegang tangannya sangat erat. Tatapannya kosong, seakan dia telah melihat hantu yang sangat seram.
Namun, semakin lama, air mata Gempa menetes dari pipinya. Dengan cepat Gempa memeluk adiknya itu.
"Dasar, Bodoh! Mau nyebrang kenapa melamun?!" Bentak Gempa, "Untung kita spontan narik kamu, kalo nggak gimana? Paling kamu udah bersimbah darah dimana-mana dan tergeletak dijalan!" Sambungnya yang membuat Taufan kaget karena ini adalah yang pertama kalinya ia dibentak oleh Gempa.
Pelukannya semakin erat, air mata Gempa juga sudah membasahi jaket Taufan. Halilintar yang melihatnya hanya menahan tangisnya dan segera menenangkan adiknya itu.
"Gempa, udah atuuh. Jangan nangis lagi... Taufan kan selamat." Kata kakak pertama pada adiknya dengan lembut.
" Nggak, aku tahu ini belum berakhir. Aku punya bad feeling kalau ada yang akan terjadi!" Seru Gempa sambil menangis.
Saat Halilintar mendengar hal itu, ia tahu bahwa yang dipikirkan olehnya dan Gempa sama. Halilintar segera menepuk-nepuk punggung Gempa dan mengelus kepalanya lembut.
"Kakak tahu kok." Ujar Halilintar, "Yuk, pulang." Lanjutnya dengan senyuman tipis dimukanya.
Gempa hanya mengangguk dan mengambil tas yang tadi sempat ia lempar sebelum menarik Taufan. Sedangkan Taufan masih terbengong-bengong mengingat kejadian yang barusan terjadi. Ia melihat kakak pertamanya yang masih menenangkan kakak keduanya yang sedang menangis.
'Apa yang terjadi? Apa yang dimaksud Kak Gempa dengan bad feeling? Kenapa Kak Hali bisa ngerti hal yang dikhawatirin Kak Gempa?' Banyak pertanyaan yang terngiang-ngiang di kepala Taufan. Jujur, dirinya juga tidak terlalu mengerti dengan hal yang Gempa utarakan. Jadi, Taufan tidak terlalu memikirkannya dan segera pulang bersama kakak-kakaknya itu.
0oOOo0
Sampai rumah, Halilintar segera membuka kunci rumah dan mambiarkan adik-adiknya masuk duluan. Gempa yang masih menangis terisak-isak duduk di sofa ruang tamu. Halilintar masih mencoba untuk menenangkannya.
"Mmm... Kak, maaf ya, Taufan udah ceroboh." Ujar Taufan tiba-tiba.
"Iya, makannya, kalo jalan jangan ngelamun.. nanti kerasukan lagi, hehe" Canda Halilintar mencoba mengubah suasana.
"Kak Hali maaah... masa ngomongnya gitu sih?" Tanya Taufan
"Habis kamu ngelamunnya mukanya ga banget, kan bisa aja ditengah jalan kerasukan..." Jawab Halilintar canda.
"Kak Hali jail deh." Akhirnya Gempa ngomong juga, Halilintar hanya tersenyum melihatnya.
"Ya udah, aku buat teh buat bertiga dulu, kalian berdua ganti baju sana." Suruh Halilintar pada adik-adiknya.
"Oke kak!" Ucap Taufan. Sedangkan Gempa hanya mengangguk dan segera naik ke lantai 2.
Halilintar segera membuatkan teh untuk mereka bertiga dan naik ke lantai 2 untuk ganti baju.
Setelah ketiganya selesai ganti baju, satu persatu mereka turun dari lantai 2 menuju ruang kaluarga.
"Eh Kak, sini geura." Panggil Taufan yang membuat Halilintar dan Gempa yang matanya masih merah itu menghampirinya.
"Napa Fan?" Tanya Gempa,.
"Mmm.. mau nanya, yang Kakak bilang bad feeling itu apaan?" Tanya Taufan. Gempa dan Halilintar saling pandang.
"Bad feeling itu firasat buruk." Jawab Halilintar.
"Ooh, trus yang kata Kak Gempa kalo Kak Gempa punya bad feeling itu apaan?" Tanyanya lagi.
"Hehe, ada aja." Jawab Gempa singkat dengan senyuman di mukanya.
"Udah, ah, jangan mikirin itu lagi. Itu tehnya diminum, nanti keburu dingin lhoo." Kata Halilintar mengalihkan pembicaraan.
"Oh, iya, makasih ya Kaaak.." Ujar Taufan pada Halilintar.
0oOOo0
Keesokan harinya, Halilintar bangun duluan, ia segera membangunkan kedua adiknya itu. Pertama Gempa.
"Gempa, ayo bangun, sholat shubuh. Nanti ga kebagian shaf lhoo."
"Mmm? Ya, Kak." Ucap Gempa setengah sadar. Gempa segera ke kamar mandi untuk mengambil wudlu. Sekarang Halilintar pergi ke kamar Taufan untuk membangunkannya.
"Taufan, bangun, bangun. Ayo ke mesjid, sholat shubuh."
"Eh? Mmmm... ya..." Jawab Taufan dengan matanya yang masih setengah terbuka. Taufan juga segera ke kamar mandi untuk wudlu.
Setelah selesai, mereka pergi ke masjid bersama. Masjidnya tidak terlalu jauh, jadi tinggal jalan kaki kesana.
Di jalan, mereka bertiga diam membisu.
"Kaaak." Ucap Taufan memecah keheningan, "Kakak, ga marah sama Taufan kan?" Tanyanya.
"Nggak kok, siapa yang bilang kalo kita marah?" Jawab Gempa.
"Habis, kemaren Kak Gempa sama Kak Hali kan nyuruh aku tidur duluan. Kan biasanya kita naek ke lantai 2 nya bareng."
"Ooh, itu sih, aku tau kamu lagi capek. Jadinya aku suruh kamu tidur duluan. Biar pas shubuh ga susah dibangunin." Jawab Halilintar.
"Oh, gitu. Jadi Kak Gempa sama Kak Hali ga marah kan?"
"Nggak kok." Jawab kedua kakaknya.
Jujur, Taufan masih belum puas dengan jawaban kedua kakaknya itu. Ia tahu ada yang disembunyikan mereka, dan hal itu mengganggu pikirannya.
0oOOo0
Selesai sholat, seperti biasa mereka pulang ke rumah bersama.
Sesampainya, mereka segera melakukan pekerjaan masing-masing. Namun anehnya, pagi ini tidak ada suara dari pertengkaran Halilintar dan Taufan. Rumah itu sunyi senyap tanpa suara. 'Tumben sepi' Pikir Gempa.
"Eh, Kak, aku duluan ya. Ada tugas yang mau aku tanyain ke temen." Kata Gempa pada Halilintar.
"Ya, hati-hati pas nyebrang. Jangan ngelamun." Kata Halilintar menyindir Taufan.
"Ih, Kak Hali nyindir ya?" Ucap Taufan kesal.
"Ya udah, aku berangkat ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." Jawab kedua saudaranya.
Gempa segera berlari meninggalkan rumahnya.
Setelah beberapa lama, Halilintar dan Taufan pergi berangkat ke sekolah menyusul Gempa.
"Kaaak, aku duluan ya!" Seru Taufan, ia segera berlari meninggalkan kakaknya yang sedang mengunci pintu rumah.
"Eh, Taufan? Jangan lari!" Teriak Halilintar, namun tidak didengar oleh Taufan. Halilintar segera mengejarnya.
"Kak Hali, cepet dooong! Lama amat!" Teriak Taufan pada Halilintar. Ia tak sadar bahwa dirinya telah memasuki jalan raya.
"TAUFAN! AWAAAS!" Teriak kakaknya panik.
DIIIINN!
"Eh?"
0oOOo0
BRAK!
Suara bantingan pintu kelas membuat seluruh anak bahkan guru yang sedang mengajar kaget.
"Gempa!" Seru Yaya terengah-engah, sepertinya ia telat, padahal bel sudah berbunyi.
"Oh, Yaya, kenapa?"
"Cepet ke luar!"
"Eh, kenapa emang?"
"..." Yaya diam sesaat sebelum ia menjawabnya, "Adikmu Taufan, tertabrak saat mau menyebrang." Jawabnya dengan suara pelan.
Jawaban itu membuat seisi kelas kaget dan segera menatap Gempa. Baik teman ataupun guru yang sedang mengajar kelas Gempa memandang Gempa dengan tatapan khawatir.
"Lho? Kok-"
TBC
Waaaa... ngegantung banget!
Habis 1 chapter jadinya panjang, jadi di bagi 2 deeh
Fellnya juga ga kena... #sedih :'(
BTW, author baru, jadi masih banyak yang salah -_-
Mohon reviewnya...
Boleh saran, kritik, atau apapun lah!
Makasih yaaa... ^^
