WARNING: Contain affair between Handsome Man. Don't Like? Don't Read!
Disclaimer: Not Own HP
Enjoy it !
God Island
"Mister Potter dan Mister Malfoy!"
Seorang lelaki berkulit sawo matang mendatangi mereka dengan ekspresi gembira. Wajah dan tubuhnya berpeluh keringat.
Draco mendengus dan berbisik pelan, "Dia lelaki yang setipe denganmu, Potter. Dimana-mana selalu berkeringat."
Harry melotot dan menyikut lengan Draco keras.
"Aw!, apa yang kau lakukan, Potter!"
"Lebih baik kau mencoba diam dan bersikap manis, Malfoy. Atau kukirim kau kembali ke kantormu sekarang."
Draco memajukan bibirnya dan mendengus.
Lelaki itu terengah-engah saat menemui mereka.
"Maafkan saya yang menemui anda berdua dengan keadaan seperti ini. Saya tidak memakai sihir untuk datang kesini." Lelaki itu tersenyum pada kedua tamu dihadapannya.
Harry balik tersenyum, "Tidak apa-apa. Anda pasti Mr. Putu, kan?"
Lelaki itu mengangguk pelan, kemudian ia menawarkan membawa barang bawaan Harry dan Draco.
"Saya tak menyangka anda berdua yang bakal dikirim kementerian inggris untuk membantu kami. Saya pengagum berat anda." Lelaki itu menoleh malu dan tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya.
Draco mendengus disamping Harry, "Semua orang cinta Harry Potter." Ia menjerit kecil saat tangan Potter meremas lengannya.
"Suatu kehormatan untuk kami, bisa membantu Kementerian Sihir Indonesia." Harry menjawab bijak dan balas tersenyum pada Putu.
Sesampainya didepan Bandara, Putu mendatangi mobil yang akan mengangkut mereka menuju tempat tujuan dan dengan cekatan memasukkan koper Harry dan Draco kedalam bagasi.
"Hei, Potter. Apa mereka tak punya mobil berjendela?"
Harry menoleh dengan malas pada Draco, "Aku lebih suka mobil yang seperti itu."
Draco merengut, "Kita datang kesini bukan untuk main golf."
"Honestly, Malfoy. Kita datang kesini bukan untuk berlibur. Jangan berharap kau diperlakukan seperti turis agung yang dijemput dengan Mercedes, Limousine atau bla bla bla yang lain-" Harry menghentikan omongannya saat Draco melotot padanya.
Untung Putu datang disaat yang tepat. Kedua Auror itu naik keatas mobil dengan ekspresi yang berbeda.
Flashback
Kingsley Shacklebolt berdiri disamping jendela kantornya saat Harry dan Draco masuk berdesakan dipintu.
"Potter, tak bisakah kau sedikit minggir?"
"Aku yang datang duluan, Malfoy. Seharusnya kau yang minggir."
Draco mendesak Harry , "Minggir, Potter."
"Aku duluan, Malfoy."
"Apa kalian tak tahu cara masuk ruangan yang benar?" Kingsley menghela nafas.
Harry menegakkan badannya kaget, membuat Draco hampir terjungkal kedepan.
"Maaf, bos-"
"Potter, beraninya kau mendorongku." Draco berdesih marah disamping Harry yang hanya dibalas pria berambut hitam itu dengan geraman.
"Potty, sialan-" Draco komat-kamit sambil merapikan jubahnya yang kusut.
"Sejujurnya, ya. Tak bisakah kalian menghentikan pertengkaran kecil tak penting diantara kalian?."
Harry merasa pipinya memerah mendengar sindiran Kingsley.
"Maaf, bos. Tapi, Malfoy dulu yang bikin gara-gara."
Merasa namanya disebut, Draco melotot dan mulai meninggikan suaranya.
"Apa kau bilang, Potter?"
Kingsley berdehem keras dan seketika membuat Draco diam memperhatikannya.
"Kalian tahu kenapa aku memanggil kalian kesini?"
Mereka berbarengan menggeleng.
"Kalian berdua pernah dinobatkan sebagai lulusan Training Auror terbaik, bukan?"
Harry dan Draco saling melempar pandangan. Lalu, Draco mengangguk mantap.
"Well, kinerja kalian selama ini di Auror juga bagus", Kingsley tersenyum pada mereka, "kudengar juga, kalian saling bersaing untuk menjadi yang terbaik."
Draco tersenyum nyengir pada Harry yang hanya memutar mata.
Tentu saja. si brengsek Malfoy ini benar-benar serius membunuhku di setiap training. Untung aku tak pernah satu misi dengannya.
"Well, karena itulah aku memanggil kalian kesini."
Harry kembali berkonsentrasi pada Kingsley.
"Aku ingin kalian berdua, selama sebulan menjadi Trainer Auror muda di Indonesia."
Draco membelalakkan matanya, merasa salah dengar, "Maaf, Minister. Aku dan Potter?"
Harry memutar matanya mendengar nada suara Draco.
"Benar, Mr. Malfoy. Kau dan Harry Potter sebagai Auror, bersama menjadi Trainer. Kurang jelas?"
Harry menyela Draco sebelum pria itu komplain lagi, "Baik, Bos. Tolong jelaskan detailnya pada kami."
Draco melirik Potter sambil merengut.
Kami? terdengar keren. Hell.
Kingsles menghela nafas, "Aku akan menjelaskannya padamu, Harry. Asal kau membuat Mr. Malfoy tidak melotot padaku seperti itu."
Harry menoleh pada Draco yang sedang memutar matanya.
"Oke-oke. Potter. Aku akan bersikap manis. Maaf, Bos. Tolong jelaskan detailnya pada kami." Harry menahan tawa melihat sikap Malfoy yang cute.
Harry membelalakkan matanya kemudian menggeleng kepala pelan.
Barusan aku bilang Malfoy cute?. Harry menggeram.
"Apa, Potter?"
Ia membalas ucapan Draco dengan senyuman bodoh.
...
Harry memejamkan matanya, merasakan angin lembut menerpa wajah dan rambut hitamnya. Aroma rumput basah khas negara tropis membuat perasaannya tenang. Ia membuka matanya perlahan saat mendengar Putu bernyanyi.
"Bagaimana, Mister?. Indah kan pemandangannya?" Putu mengemudi sambil menyanyikan lagu khas Bali
Draco mengangguk pelan, " Well, aku suka pemandangannya. Indonesia punya sawah dan laut yang indah. Ngomong-ngomong, lagu apa yang kau nyanyikan, Putu?. Terdengar unik."
Putu tertawa renyah, ia mengulang lagi bait lagu yang dinyanyikannya.
"Ini lagu khas Bali, Mister. Judulnya Macep-cepetan."
Draco mengernyitkan dahi mendengar bahasa yang tak dimengertinya.
"Rasanya sulit menghapalnya."
Harry melirik Draco yang sedang memandang pantai, ia merasakan dadanya menghangat saat menyadari si pirang itu sedang tersenyum.
Tak pernah tahu Malfoy bisa tersenyum seperti itu-
"Saya setuju dengan anda, Mr. Malfoy. Tentang bentangan alam Indonesia yang indah. Itulah harta pusaka negeri kami."
Draco mengangguk, "Panggil Malfoy saja, tak perlu terlalu formal."
Putu tersenyum malu, "Maka dari itu, saya ingin jadi Auror yang terbaik untuk negeri ini. Kementerian dan pemerintahan Indonesia masih belum mampu menyelesaikan masalah negara kami dengan tenaga sendiri, karena- yah anda pasti tahu, umur kementerian kami masih seumur jagung."
Draco mengangguk, "Ya, kami sudah diberitahu oleh Kingsley tentang kondisi negara kalian. Kami akan berusaha."
Harry berpura-pura mendengkur.
"Um, Mister-"
"Malfoy"
"Oh, Malfoy. Apakah Mr. Potter tertidur?"
"Kupikir begitu. Apa perlu kubangunkan?"
"Oh, tidak. Perjalanan masih sedikit lama, kok. Pasti Mr. Potter lelah setelah menempuh perjalanan panjang dengan pesawat muggle kesini. Anda tidak lelah?" Putu tersenyum saat melihat ekspresi Draco yang bersungut-sungut.
"Sangat. Kingsley sialan itu tak berhenti menyiksaku. Aku merasa punggungku lemas dan kaku, seperti habis melewati perjalanan ke luar negeri dengan sapu terbang."
Putu tertawa, "Maafkan kami, Malfoy. Portkey di Indonesia sedang ditutup."
"Yeah, aku tahu. Aku hanya sedang menggerutu."
Putu lagi-lagi tertawa. Draco balas tersenyum.
Well, pria ini menyenangkan juga. Menarik, wajahnya juga tampan-
Draco nyengir saat Putu menoleh padanya.
"Malfoy, apakah kau sudah lama menjadi Auror?"
"5 tahun"
"Wow, sama dengan Mr. Potter?"
"Begitulah."
Putu bersiul.
Draco terdiam beberapa saat, kemudian ia memutuskan bertanya.
"Kau sudah menikah?"
Putu menoleh pada Draco dan tersenyum.
"Sudah."
Draco terbatuk kaget.
"Kukira, kau masih - single."
"Yah, banyak bilang begitu. Saya punya seorang putra. Ia bercita-cita bersekolah di Hogwart."
Draco tertawa, "Berapa umurnya sekarang?, kutebak ia setampan ayahnya."
Putu tersenyum malu, "Umurnya 5 tahun, dan sayangnya ia lebih tampan daripada ayahnya." Draco tertawa lagi.
Harry gelisah ditempat duduknya, ia ingin bangun tetapi topik yang diangkat Draco membuatnya penasaran.
Apa Malfoy mencoba merayu si Putu? hell, aku tak tahu kalau dia-
Harry memutuskan untuk bangun saja.
"Apa masih lama, Putu?"
Draco menoleh pada Harry dan tersenyum nyengir.
"Selamat pagi, Princess"
Harry mendengus dan memutar matanya.
"10 menit lagi, Mr. Potter. Bagaimana tidur anda?"
"Tak terlalu buruk, angin disini sejuk."
"Saya senang anda menikmati cuaca disini, kebetulan tadi pagi hujan jadi sekarang udaranya sejuk."
Harry mengangguk kemudian melirik Draco disampingnya yang sedang memejamkan mata.
Jika diam seperti ini, dia terlihat menarik.
Harry menghentikan pengamatannya saatmobil yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti, membuat Draco membuka mata dan menemukan Harry sedang memperhatikannya.
"Menemukan hal menarik di wajahku, Potter?"
Harry menelan ludah pelan, ia mengangkat tangannya.
"Tunggu sebentar. Ada daun kering dirambutmu."
Draco reflek memejamkan mata saat tangan Harry menyentuh rambutnya. Reflek yang membuat Harry menahan nafas.
"Malfoy, rambutmu-" Harry menghentikan perkataannya saat Draco membelalakkan mata.
"Apa?. Ada apa dirambutku, Potter?"
Harry menelan ludah lagi, "Ti-tidak. Rambutmu-"
Draco melotot horor, "Oh, tidak. Pasti rambutku berantakan terkena angin!. Oh-sial dimana cerminku?"
Harry melongo melihat reaksi Draco.
"Umh- Malfoy-"
"Diam kau, Potter. Aku sedang konsentrasi." Draco mengobrak-obrak tasnya dengan serius.
"Kupikir rambutmu tidak berbeda um maksudku sama seperti biasa."
Draco diam dan menatap Harry heran," Lalu, apa maksud ekspresi wajahmu tadi, Potter?"
Harry menelan ludah saat Draco kembali mencari cerminnya, " Aku hanya kaget, rambutmu sangat lembut."
Draco berhenti mengobrak-abrik tasnya, ia mendongakkan kepalanya pelan dan menatap Harry.
Apa hanya imajinasiku, pipi Malfoy bersemu?
Draco berdehem pelan, "Well, kalau dibandingkan dengan rambutmu yang selalu awut-awutan, kau benar, Potter."
Harry hendak membalas omongan Draco tetapi teriakan Putu membuatnya diam.
"Kita sudah sampai, tuan-tuan!. Selamat datang di Nusa Dua!"
Harry dan Draco menoleh berbarengan. Mereka berdua menahan nafas.
"Potter, kita beruntung."
Malfoy benar.
...
Author's Note :
Iyeeeyy! Akhirnya Draco Harry main ke Indonesia! *grin-grin*
kebetulan my homemate anak Bali. *wink*
Rencana nih fict one-shot, tapi karena keseruan nulisnya, jadi paanjaaang~. :P
Enjoy ,'kay!
Please repiew~
Love u all.
TBC.
