Why? by suyominie

.

.

.

Dasarnya, Jeon Jungkook tidak begitu menangkap apa kesalahan yang dilakukan hingga meringkuk gamang di kolong meja laboratorium fisika. Padahal, dua jam lepas, sekolah ini ramai bersama segala hingar-bingarnya, bahkan ke celah-celah rumah semut di sudut dinding.

"Kau harus tenang, Jeon Jungkook. Setelah kau membuka mata, semua akan baik-baik saja," gumam Jungkook menenangkan diri. Pakaian dan sepatu lusuh bernoda darah, peluh membanjiri sekujur tubuh beriring desauan napas tersendat. Singkatnya, ia kacau.

Percayalah, Jeon Jungkook ialah salah satu makhluk penganut doktrin realistis. Ia tidak percaya makhluk berwujud abstrak, menolak takhayul, dan segala antek-anteknya. Namun, tatkala dihadapi dengan fenomena sang raja siang dibantai oleh selimut kelam angkasa pada pukul dua siang, satu demi satu rekan se-almamater tumbang dengan kondisi kepala meledak tanpa penyebab, decitan astral pemekak gendang telinga, keyakinan Jungkook roboh.

Dia yang tengah berada di perpustakaan khusus lantai tiga lekas memacu kinerja seluruh otot di detik kericuhan bermula. Menyusuri tangga-tangga sekolah supaya menapak ke lantai dasar bukanlah suatu masalah bagi Jungkook, tetapi melewati beribu murid yang menyerobot saling mendahului adalah perkara lain.

Jungkook melepaskan tarikan napas dalamnya lalu menutup mata. "Kau akan baik-baik saja," yakinnya lagi. Namun, persis di sekon ia membebaskan indra penglihatan, tidak ada perubahan. Tidak ada.

Ringkukan Jungkook makin mengecak, titikan air matanya mengalir. Ada apa dengan semua ini, sebenarnya? Padahal sewaktu ia secara tak sengaja menyenggol benda aneh yang entah kenapa terjaga ketat di perpustakaan hingga jatuh, seluruhnya masih normal.

-end-