Air Traffic Controller (ATC) 1 : "Cactus 1549. Runaway 15L. Cleared for take off."

Pilot 1 : "Cactus 1549. Cleared for take off"

ATC 1 : "Cactus 1549. Runaway 15L. Ready for take off to Incehon airport. Good luck."

Pilot 1 : "Roger."

"Good afternoon passengers. This is your captain speaking. First i'd like to welcome everyone on Korean airlines HL-343. We are currently using at an altitude of 37.000 feet at an airspeed of 400 miles per hour. The time is 1.30 pm. The weather looks good and with the tailwind on our side we are expecting to land in Korea approximately 15 minutes ahead of schedule. The weather in Korea is clear and sunny, with a high of 25 degrees for this afternoon. If the weather cooperates we should get a great view of the city as we descend. The cabin crew will be coming around 20 minutes to offer you a light snack and beverage, and the inflight movie will begin shortly after that. I'll talk to you again before we reach our destination. Until then, sit back, relax dan enjoy the rest of the flight. I'm captain Kim Namjoon, welcome aboard."

.

.

Lelaki di kemudi sebelah kiri itu menekan tombol speaker hitam yang sedang menyala menjadi mode mati. Sambil menekan tombol-tombol lainnya pria bernama Kim Namjoon itu sesekali menghela napasnya panjang. Sang 'teman' di sebelahnya hanya mengendus sambil menunjukan senyum simpulnya. "Kau menghela napas terus, ada apa? Ada masalah?" tanya pria berkulit pucat.

Namjoon menggeleng, "Aku merindukan rumah hyung. Sudah dua bulan aku melanglang buana, aku rindu Korea." Jawabnya dengan nada sedih.

Temannya hanya mengangguk mengerti. "Kita akan pulang Namjoon-ah, bersabarlah." Katanya mencoba menenangkan. Kedua kapten itu berbincang mengenai berbagai hal hingga sebuah ketukan halus terdengar di pintu kokpit. "All cleared captain." Ucap seorang wanita di luar pintu, Namjoon tersenyum dan menjawab "Roger that." Tak lupa memencat tombol auto pilot.

"Selamat siang Kapten Kim dan Kapten Min dan juga, Kim.. ah, sedang tidur rupanya, kukira dia yang akan menemanimu Kapten Kim." Sang wanita menyerahkan dua buah kotak makan siang dan juga minuman kepada kedua kapten tersebut.

"Dia yang akan menemaniku nanti ketika perjalanan Dubai – Seoul." Jawab kapten Min sambil membuka kotak makan siangnya. "Argh! Kenapa benda-benda hijau ini ada dalam menu daftar makanan!" tiba-tiba dia berseru melihat sayuran matang yang terlihat sangat nikmat itu sambil memajukan bibirnya kesal, Namjoon melirik rekannya dan tersenyum kecut. "Makan atau kau akan kelaparan setengah mati, hyung."

Alis kapten Min bertautan. "Tidak. Tidak, aku tidak akan mati hanya karena tidak memakan sayuran mengerikan itu. Ah, Jisoo-ssi, bolehkah aku meminta segelas ice coffe latte?" pintanya sambil menyuap suapan pertamanya.

"Tidak!" Namjoon berseru melarangnya mentah-mentah, "jangan kau berikan dia ice coffe latte sebelum memakan semua sayur yang ada di dalam kotak makannya, Jisoo-ssi."

Wanita bernama Seo Jisoo itu terkejut mendengar seruan Namjoon, dia bingung harus menuruti kemauan kapten Min atau kapten Kim yang menolak permintaan rekannya. "Jadi.." ucap wanita itu pelan, hampir menggumam.

"Yoongi hyung tidak akan minum kopi dalam bentuk apapun jika tidak menghabiskan sayurnya. Titik." Putus kapten Kim bulat. Sedangkan Min Yoongi hanya bisa mengendus kesal sambil memakan makan siangnya malas.

"Bagaimana jika jus jeruk?" tawar Jisoo mengambil jalan tengah. Yoongi mengangguk "Pakai es." Jawabnya cepat. "Baik kapten Min. Eum ngomong-ngomong, ini.. haruskah aku membangunkannya? Kurasa dia juga belum makan." Jisoo menoleh kepada orang yang terlihat tengah tertidur pulas, Namjoon pun ikut menoleh dan meletakkan makan siangnya sebelum menggoyang-goyangkan bahu pemuda yang lebih muda darinya 1 tahun tersebut. "Ya, Kim Taehyung, ini makan siangmu. Kau belum makan kan, cepat makan dan kau bisa kembali tidur."

Pemuda bernama Kim Taehyung itu tidak membuka matanya, namun suara bertanyalah yang menjawab. "Noona, bawakan aku air putih dan juga aspirin. Aku pusing."

Tanpa ragu, Jisoo menjawab. "Baiklah, aku akan segera kembali dengan jus jeruk serta air putih dan aspirin. Kau makanlah dulu selagi aku mengambilkan pesananmu. Aku permisi kapten." Kemudian ia menghilang di balik pintu kokpit.

"Kau sakit?" tanya Yoongi. Taehyung yang masih memejamkan matanya itu hanya menjawab dengan gelengan. "Pusing itu namanya sakit kepala, bodoh. Jangan jadi pilot kalau penyakitan." Pernyataan Yoongi yang kejam –menurut Taehyung- itu membuat dirinya jengah, kali ini dia tidak main-main dengan pusing di kepalanya, ia benar-benar membutuhkan sebuah aspirin untuk menghilangkan rasa sakitnya, namun Yoongi tetap saja Yoongi yang suka berbicara seenaknya kepada semua orang tanpa rasa berslah sedikitpun. "Diam hyung, aku sedang malas berdebat." Jawab Taehyung datar, membuktikan bahwa dia benar-benar sakit.

"Berdebat denganku sekarang." Tantang Yoongi. "Semalam aku melihat kau keluar dari The Ritz Club bersama seorang wanita. Katakan padaku jika kau bermain aman atau kau ku buang di ketinggian 15ribu kaki."

Sial. Batin Taehyung menggerutu ingin menampar kaptennya itu namun badannya enggan membuang sisa energi yang ada hanya untuk hal yang tak berguna. Terima kasihlah kepada Jisoo yang datang di saat yang sangat tepat. "Kim Taehyung, ini air putih dan aspirin yang kau pesan. Minumlah setelah kau makan, paling tidak satu atau dua suap jika kau malas. Dan ini pesanan kapten Min, es jus jeruk."

Setelah mengucapkan terima kasih, wanita itu berbalik dan meninggalkan kokpit untuk bertugas kembali. Taehyung juga sudah makan sedikit dan meminum obatnya, dan berharap Yoongi tidak menanyakan kembali masalah semalam ia bersama wanita di bar hotel tempat mereka menginap.

"Jadi.." Namjoon membuka suara. "Ah, Hyung! Jebal!" Taehyung berseru frustasi, sedangkan Namjoon dan Yoongi tersenyum penuh kemenangan. Menganggu adik terkecil itu menyenangkan, batin keduanya terkikik. "Tidurlah, dan jawab pertanyaan itu ketika kita sampai di Dubai." Kail ini Yoongi yang bersuara.

"SHIREO!" jawab Taehyung kesal dan kembali memposisikan dirinya dengan nyaman di kapsul tidur.

.

Lima jam sudah Kim Namjoon dan Min Yoongi mengudara tanpa istirahat, selama itu pula mereka hanya bisa fokus melihat hamparan langit biru bertahtakan awan putih nan bersih sebagai pemanis yang mulai berubah karena sang dewi malam tengah bersiap menampakkan rupanya. Sesekali Namjoon melirik rekan di sebelahnya itu kalau-kalau mulai terlilhat lelah. Dia tau kalau hyung-nim nya ini mudah sekali mengantuk.

"Kita di perbolehkan melakukan auto-pilot hanya ketika perjalanan sudah melebihi 8 jam atau dalam keadaan darurat Namjoon, aku sangat paham dengan kebijakan itu dan berhentilah melirik-lirik kepadaku seperti perawan yang minta di gagahi." Perkataan Yoongi sontak membuat tawa Namjoon meledak hingga bahunya terguncang saking gelinya.

"Astaga, hyung mulutmu benar-benar tidak mencerminkan seorang kapten sebuah maskapai. Ingatlah, disini masih ada black box yang merekam semua percakapan kita." Ujar Namjoon di sela-sela tawanya. "peduli setan." Jawab Yoongi datar diselingi senyum meremehkannya yang malah terlihat lucu. Namjoon hanya bisa tersenyum geli melihat kelakuan hyungnya, lebih baik kapten Min Yoongi yang cerewet dan bermulut kejam seperti ini daripada kapten Min Yoongi yang diam dan sangat dingin.

"Kau tau Namjoon-ah, langit di sore hari adalah salah satu alasan mengapa aku menjadi seorang pilot. Namun menjadi salah satu hal yang paling kubenci di saat yang bersamaan." Yoongi memandang hamparan langit Eropa yang mulai berubah warna menjadi jingga yang cantik, awan-awan yang menggulung seperti kapas itu mulai berubah bentuk menyatu dengan langit dan sang bulan yang telah bersiap untuk menggantikan matahari pun siap menyembul dari ufuk timur.

Alis Namjoon bertaut, "Kenapa bisa begitu?".

Yoongi menghela napas berat. "karena langit senja mengingatkanku pada kepergian ibuku." Jawabnya sendu. Namjoon yang melihat raut wajah Yoongi berubah itu mencoba unutk tetap tenang. Selama Namjoon mengenal Yoongi, dia adalah satu-satunya kapten yang paling tertutup dengan masalah pribadinya. Entah keluarga maupun pasangan.

Min Yoongi adalah seorang kapten yang membimbing Namjoon ketika dirinya masih menjadi murid di maskapai yang sekarang menjadi tempat ia bekerja. Banyak teman-temannya sesama calon pilot berkata jika kau dapat pembimbing kapten Min, maka habislah riwayatmu untuk menjadi seorang pilot. Kapten Min terkenal dengan kedisiplinan dan tingkat ketoleransian yang amat minim. Sekali berbuat salah dan kapten Min anggap tidak masuk akal, segera saja kau menyerahkan surat pengunduran diri dari perusahaan.

Mendengar rumor-rumor negatif yang beredar itu membuat Namjoon menjadi penasaran dengan sosok kapten Min, dia mengajukan diri secara pribadi kepada Yoongi untuk membimbingnya sebagai seorang pilot yang profesional. Bukan penerimaan yang hangat yang Namjoon terima ketika itu, melainkan penolakan tanpa suara dan tatapan dingin khas kapten Min yang di terimanya. Satu kali.. dua kali.. hingga ketika untuk ke sekian kalinya akhirnya Yoongi jengah dan menerima berkas namjoon dan –terpaksa- menyetujui keinginannya untuk menjadi murid satu-satunya kapten Min. Menerima Namjoon pun tanpa suara dan wejangan-wejangan khas guru pada muridnya, hanya sebuah tanda tangan dan cap perusahaan saja sudah mewakili semua suara Yoongi.

"Jika saja ayahku tidak seegois itu, ibuku pasti masih hidup." Lanjutnya sambil menekan tombol penghubung ke kabin dapur. "Jisoo-ya, bawakan aku segelas red wine dan sekotak shortbread, ditambah.." belum juga ia menyelesaikan kalimat permintaannya, tiba-tiba Namjoon mengambil alih saluran dan berkata, "hanya shortbread, tidak red wine atau apapun yang berbau alkohol. Jus jeruk atau kopi masih bisa ku toleransi. Terima kasih Jisoo-ssi." Kemudian ia memutuskan saluran dengan cepat.

Yoongi melirik tajam ke arah Namjoon, lelaki itu ingin sekali melempar kepada pria yang bertanggung jawab atas penerbangan ini. Sial, batin Yoongi mengumpat. "Demi Tuhan hyung! Kita sedang di udara! Kalau kau mabuk aku yang harus bertanggung jawab kepada perusahaan. Tidak kah kau memiliki rasa kasihan terhadapku sedikit saja." Suara Namjoon bergetar seperti hampir menangis, akting yang ia pelajari dari kegemarannya menonton drama ternyata sedikit banyak bisa di andalkan juga.

"Maaf." Tiba-tiba suara Yoongi berubah melembut. "seharusnya aku tidak mengingat-ingatnya lagi."

"Jangan dipaksakan kalau kau tidak ingin membicarakan apalagi membahasnya. Kalaupun kau sudah siap untuk membaginya dengan orang lain, aku siap menjadi pendengar yang baik untukmu, hyung." Namjoon tersenyum sambil menepuk pundak Yoongi pelan. "hei hyung, kau tahu aku dengar calon pramugara dan pramugari tahun ini sangat berpotensi. Aku jadi penasaran bagaimana kualitas mereka. Kau tau, sejak lima tahun yang lalu kurasa kualitas pramugara dan pramugari maskapai kita menurun. Semoga saja yang tahun ini lebih bagus dan benar-benar berpotensi seperti yang di rumorkan."

"Bukan kualitasnya yang menurun, tapi karena pimpinan kita tidak benar dalam menyeleksi mereka. Entah apa jadinya maskapai ini jika kakek tua mesum itu tidak meninggal dan diganti oleh orang yang lebih berpengalaman seperti Kim Sunggyu." Yoongi menghela napas kecil. "kau bayangkan saja, kebijakan yang dia buat untuk maskapai banyak yang tidak masuk akal. Contoh kecilnya adalah masalah penerimaan pramugari, jika tidak cantik tidak di terima, tak peduli otaknya bodoh atau pintar. Yang penting adalah cantik dan seksi. Padahal untuk menjadi pramugari itu harus memiliki wawasan yang luas dan kemampuan bahasa Inggris yang baik."

Namjoon mengangguk menyetujui ucapan rekannya. "Menurutku cantik itu relatif, tapi memang sih hyung, berpenampilan menarik sudah menjadi salah satu syarat utama. Jangankan pramugari, pilot seperti kita juga di tuntut seperti itu."

Alis Yoongi bertautan, nampaknya ia agak kurang setuju dengan pendapat Namjoon. "Cantik atau tampan dengan berpenampilan menarik itu beda Namjoon-ah. Lagipula, menurutku kalimat itu seperti mendiskriminasikan seseorang."

"Maksunya hyung?"

"Maksudku, kalimat itu seperti menilai orang hanya dari tampilan luarnya saja. Zaman sekarang banyak orang-orang berpenampilan necis tapi otaknya udang atau malah sebaliknya. Tapi sebentar Namjoon-ah, bagaimana kau tahu rumor tentang pengkrekrutkan pramugari baru?" tanya Yoongi dengan nada menyelidik dan lirikan mata tajam. Di mata Namjoon, lirikan itu malah terlihat seperti lirikan wanita yang sedang cemburu terhadap pasangannya.

Namjoon tersenyum kecil. "Berbaurlah hyung, jangan menutup diri. Kau sebenarnya orang yang easy going, menyenangkan, dan jenius. Hanya karena kau terlampau dingin dan ucapanmu mematikan, orang-orang menganggapmu menyeramkan."

"Berhenti berbicara seperti kakek-kakek."

"Aku berbicara yang sesungguhnya hyung-nim!"

"Dalam waktu kurang dari tiga jam kedepan kita sudah sampai Dubai, bersiaplah." Ucap Yoongi mengalihkan pembicaraan.

"Demi Tuhan masih tiga jam hyung-nim! Selama tiga jam kedepan juga kita masih tetap duduk disini dan terus menerbangkan pesawat ini." Namjoon hampir menangis drama ketika Yoongi tersenyum jahil penuh kemenangan. "Tidak adakah pembahasan yang lebih berbobot selain percakapan kita barusan, hyung-nim? Kau itu pintar tapi mengapa sekarang kau terlihat sangat bodoh?" lanjutnya sambil menghela napas panjang.

Yoongi tertawa puas, baru kali ini ia bisa terwata puas saat mengemudikan pesawat. Biasanya rekan sesama pilotnya hanya diam dan berbincang hanya sekedar basa basi, berbeda dengan Namjoon yang kali ini bisa membuat moodnya membaik.

.

Benar kata Namjoon, selama sisa perjalanan tiga jam itu dia di buat pusing sekaligus terhibur oleh Yoongi. Membahas mulai dari yang sangat penting, berita ter up-to-date sampai pembahasan yang benar-benar yang tidak masuk akal dan tidak berbobot mereka diskusikan.

Taehyung terbangun tepat lima belas menit sebelum mendarat di Dubai International Airport dan kondisinya pun sudah lebih baik dibandingkan ketika berangkat tadi.

Yoongi memandang langit gelap Dubai dengan tatapan sendu, namun dibalik tatapan itu ada secercah senyuman hangat yang di tampilkan. Dia rindu, rindu dengan suasana ini. Walaupun sudah berulang kali ia menginjakan kaki di negeri yang terkenal dengan gedung-gedung pencakar langit di atas awan ini, tetap saja kali ini terasa berbeda. Mungkin dipengaruhi oleh suasana hatinya yang sedang baik.

Terminal 3 Dubai International airport adalah terminal yang paling sibuk dan paling besar diantara ketiga terminal lainnya. Lebih dari 60 juta penumpang berlalu-lalang untuk sekedar menunggu giliran jam terbang atau sekedar berbelanja di shopping centre dan ada juga yang menunggu kendaraan untuk pindah ke terminal lainnya.

Ketiga pilot tampan tersebut turun setelah mengisi absensi rutin yang biasa pilot-pilot lainnya di belahan dunia lakukan. Namjoon dan Taehyung pamit langsung menuju tempat dimana kantor cabang Korean Airlines di Dubai berada. Namjoon langsung ingin istirahat, sedangkan Taehyung entah apa yang ingin dia lakukan dengan tergesa.

Tinggallah Yoongi sendirian di kokpit, setelah menunggu sekitar 5 menit rekan-rekannya duluan, ia baru melangkahkan kakiknya keluar pesawat. Sepanjang jalan terminal 3, ia mencoba untuk mengendalikan dirinya. Kandung kemihnya penuh dan minta segera isinya di keluarkan. Melihat tulisan TOILET, ia langsung masuk dan segera menuntaskan hasratnya.

Dubai malam hari adalah yang paling indah, lampu-lampu gedung pencakar langit terlihat seperti bintang kerlap-kerlip jika dilihat dari sudut pandang burung terbang. Tapi disini, di tempat dimana Yoongi berdiri, semua itu tidak akan terlihat. Jadi, Yoongi hanya bisa mencoba menikmati keramaian yang sebenarnya sangat ia benci. Perjalanan menuju kantor maskapainya harusnya bisa lebih cepat kalau saja dia tidak melihat seorang wanita dengan ransel dan koper berwarna pink polkadot terlihat sedang kebingungan berbicara dengan salah satu security bandara. Entah mengapa impulsnya terdorong untuk mendekati gadis itu dan menolongnya.

"Sorry, mam. Can i help you something?" ucap Yoongi sehalus mungkin pada gadis tersebut. Merasa dirinya terpanggil gadis itu menoleh.

"Oh terima kasih Tuhan." Ucap gadis itu pelan sambil menatap Yoongi sejenak. "Are you Korean, sir?" tanyanya kemudian.

Yoongi mengangguk. "How do you know?"

Gadis itu tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit yang lucu. "Seriously, Korean air in Dubai?" ucapnya sambil melirik koper yang di bawa Yoongi dengan label maskapainya. Sedangkan lelaki itu hanya mengangguk kecil sambil mengusap tengkuknya kikuk.

"Kau bisa berbahasa Inggris, apa ada masalah?" tanya Yoongi to the point.

"Tidak, bahasa Inggrisku sangat buruk. Aku menulis semua kalimat penting yang sekiranya akan terpakai. Masalahanya bukan pada diriku sir, masalahanya ada pada bapak ini." Gadis itu menunjuk seorang pria tambun di depannya. "ia tidak bisa berbahasa Inggris dan aku bingung bagaimana harus menjelaskan jika aku mau meneruskan perjalananku ke Korea dengan bahasa Inggrisku yang menyedihkan ini. Intinya komunikasi kami sangat sulit."

Yoongi diam sejenak, "Ini perjalanan pertamamu?" gadis itu mengangguk. "err, seharusnya kau bukan bertanya pada penjaga kemanan seperti dia miss, dia pasti tidak mengerti. Dan seharusnya kau sudah diberi tahu jika kau ingin segera melanjutkan perjalananmu kau harus menunggu bis di shelter dari kedatanganmu tadi." Jelas Yoongi membuat gadis di depannya itu membulatkan mata. Semenit kemudian gadis itu terlihat hampir menangis.

"Ah bagaimana ini, aku benar-benar tidak mengerti apa yang mereka katakan di pesawat tadi." Gadis itu bermonolog sambil menggigit bibir bawahnya cemas.

"Boleh kulihat boarding pass mu, miss?"

"Ah iya, ini." Jawab gadis itu sambil menyerahkan sebuah kertas putih persegi panjang.

Yoongi membaca dari dan tujuan penerbangan gadis itu secara seksama, alisnya bertaut sambil tersenyum simpul ketika melihat dengan jelas tulisan yang di bacanya. "Kau dari London, miss?" gadis itu mengangguk. "dan tujuan akhirmu adalah Korea, Incheon?" lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk. "Aku menerbangkan pesawat yang kau tumpangi tadi. Dan sekarang lebih baik kau menunggu di ruang rekreasi atau kau bisa berbelanja sepuasnya disini, kau masih punya waktu delapan jam untuk terbang kembali ke Korea."

Gadis itu mengigit bibir bawahnya secara tak sengaja, raut wajahnya menunjukan kalau dia sedang cemas dan hanya kata-kata 'delapan jam' saja yang ia dengar dari bibir sang kapten. "De- delapan jam? Itu waktu yang cukup lama." Cicit gadis itu amat pelan.

"Begini saja miss, naiklah ke lantai dua dekat terminal B, jangan pergi terlalu jauh dari lingkup itu. Disana ada banyak tempat menarik, kau juga bisa menonton film sepuasnya asal kau masih menggenggam boarding pass mu dan pasport jangan sampai hilang. Ada juga spa khusus untuk penumpang transit sepertimu. Ku yakin delapan jam tidak akan terasa jika kau sudah disana." Saran Yoongi. "oh, dan jangan lupa, minimal 60 menit sebelum keberangkatan menuju Korea kau sudah harus di terminal itu untuk check-in." Gadis itu ingin menyuarakan sesuatu sebelum pada akhirnya ia malah melihat Yoongi membicarakan sesuatu kepada petugas keamanan dengan bahasa yang tidak ia mengerti sama sekali, selanjutnya dua lelaki itu tersenyum dan berjabat tangan. "kau akan di antar oleh bapak ini ke atas dan memastikan kau aman, miss. Aku harus segara kembali. Selamat malam."

Gadis itu belum sempat mengucap satu patah kata pun pada lelaki yang baru saja menolongnya. Hanya punggung tegap Yoongi lah yang ia tatap nanar.

.

.

"Noona, Jebal. Aku tidak tau harus minta tolong siapa lagi. Tolong beritahu pada ayah ya? Ku mohon." Wajah Taehyung terlihat sangat memelas sekali ketika menelpon kakak wanita satu-satunya. Hampir menangis sekarang karena keinginannya di tolak mentah oleh kakaknya.

"Kau dimana sekarang? Taukah kau jam berapa sekarang di Seoul? Sial kau Kim Taehyung aku sedang tidur dan kau membangunkanku hanya hal seperti ini!" jawab wanita di seberang dengan nada kesal setengah mati.

"Aku di Dubai. Aku akan berada di atas pesawat ketika noona bangun, dan hal itu tidak mungkin ku lakukan untuk menelponmu. Maka dari itu aku menelponmu sekarang."

Terdengan suara helaan napas kasar dari saluran telepon internasional tersebut, sang kakak akhirnya –terpaksa- mengalah. Malas juga berdebat dengan adiknya malam-malam begini. "Aku akan bilang pada ayah, sisanya kau sendiri yang mengurusnya. Kau itu lelaki dewasa, Taehyung-ah, jangan selalu lari dari masalah dan berlindung di belakang punggungku. Tidak selamanya aku bisa melindungimu seperti ini." Taehyung menunduk dan mengangguk yang tentu saja tidak terlihat oleh kakaknya. "Aku menyayangimu Taehyung-ah, sangat menyayangimu. Kau tahu itu kan?" lagi-lagi Taehyung hanya mengangguk sambil mengatakan 'aku juga menyanyangimu noona' tanpa suara. "Kau sudah makan? Jangan lupa makan dan jaga kesehatanmu. Ku tutup teleponnya ya."

Taehyung hanya menggumam sebagai jawabannya. Sedetik kemudian ia meraup wajahnya sambil menghela napas panjang. Untung saja restoran yang ia pilih unutk mengisi perutnya sekarang sedang dalam keadaan tidak terlalu ramai. Ia sengaja memilih restoran yang agak sedikit tidak terlalu mencolok di airport, ia ingin makan dengan tenang. Yah, walaupun suara bising khas airport masih sangat terasa sekali dari restoran ini.

Layar ponselnya menyala ketika baru saja Taehyung menyeruput earl greynya, ternyata pesan dari Yoongi menanyakan keberadaan dirinya dan juga sederetan kalimat yang mengharuskan ia kembali ke maskapai secepatnya. Ia berdiri sambil masih menyeruput earl greynya dengan tenang sebelum seorang wanita tidak sengaja menabraknya dan jatuh ke lantai. Gelas berisi teh yang Taehyung pegangpun jatuh tepat mengenai kepala si wanita. Dengan gerak reflek, Taehyung mencoba membantu wanita itu berdiri sambil mengucapkan maaf berulang kali.

Iris keduanya bertemu tak sengaja. Mereka saling menatap tidak percaya. Si wanita menatap Taehyung dengan tatapan yang sulit di artikan, sedangkan Taehyung menatapnya dengan tatapan sendu yang penuh amarah namun memendam kepedihan. Mereka berdua tak beranjak sama sekali sampai seorang pelayan restoran itu keluar dan menanyakan ada apa dan apakah si wanita itu baik-baik saja. Pada akhirnya wanita itu berdiri dan mengatakan semua baik-baik saja. Sepeninggal pelayan restoran tersebut baik Taehyung maupun wanita itu tidak ada yang bersuara sampai akhirnya..

"Kim –brengsek- Taehyung." Umpat wanita tersebut.

Taehyung yang tersadar dari lamunannya tercekat mendengar suara wanita itu. "Je- Jeon Jungkook." Ucapnya dengan nada pedih.

.

.

Saat-saat yang di tunggu Namjoon akhirnya datang juga. Setelah tidur kurang lebih 5 jam dan melepas penat akhirnya ia, Yoongi dan Taehyung akan kembali ke Korea. Ketanah kelahirannya.

Kali ini Min Yoongi yang bertugas sebagai penanggung jawab atas pesawat penerbangan Dubai-Korea dan Kim Taehyung sebagai first-officernya. Taehyung masih dalam tahap pembelajaran untuk menerbangkan pesawat sekelas Airbus 380-800, pesawat jenis Airbus yang paling besar dan paling berat.

Taehyung masih saja terdiam tanpa suara memikirkan kejadian yang baru saja ia alami. Gadis itu, gadis bergigi kelinci itu kenapa bisa ada di Dubai dan kenapa momen bertemu mereka sangat tidak tepat. Ia masih sangat ingat tatapan yang di berikan Jungkook tadi sambil memandang langit subuh Dubai dari kaca jendela kokpit. Itu tatapan kebencian dan kekecewaan.

Yoongi yang tengah bersiap sambil menekan tombol-tombol di sekitarnya tak sengaja melihat Taehyung yang tengah memandang keluar jendela. Ia menepuk pundak Taehyung pelan untuk mengembalikan kesadaran Taehyung yang mungkin saja masih tertinggal di restoran tadi.

"Hei, Kau kenapa? Kau masih pusing, taehyung-ah?" tanya Yoongi.

Taehyung menggeleng. "Aku hanya sedang memikirkan sesuatu , hyung. Bukan hal yang berarti, tenang saja." Jawabnya sambil tersenyum meyakinkan kaptennya kalau di benar-benar dalam kondisi yang baik.

"Oke, aku percaya padamu. Besiaplah kita take off dalam waktu lima menit." Ucap Yoongi mengingatkan.

.

.

"Ladies and gentlemen this is your captain speaking, we like to welcome you onboard this Korean Air flight from Dubai International airport to Incheon International Airport. Flight duration is around 8 hour 35 minutes non-stop and we are expecting a fairly smooth flight today. I'm Captain Min Yoongi and First Officer Kim Taehyung, we thank you for choosing Korean Air and to fly with us today. Enjoy your flight."

Namjoon tersenyum di belakang kursi Yoongi. "Yoksi! Captain Min Yoongi! Singkat cepat dan padat!" ucapnya sambil tertawa renyah. Sedangkan Taehyung hanya tersenyum simpul sambil mematikan tombol speaker di atas kepalanya dan bersiap untuk takeoff.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan Taehyung-ah." Ucap Yoongi sebelum ia melanjutkan percakapannya pada ATC. Taehyung mengangguk mengerti dan mulai menekan-nekan tombol kontrol.

.

Sedangkan di kursi penumpang, ada dua gadis dengan raut wajah berbeda setelah mendengarkan sambutan sang kapten maskapai. Gadis yang duduk di bangu nomor 18A tersenyum mengulum bibirnya sambil mengumam "Ahh, jadi namanya Min Yoongi." Sedangkan gadis yang duduk di kursi bussiness class 3D bernama Jeon Jungkook itu mendecih sambil bermonolog "Ternyata si keparat yang menjadi first officernya."

Mereka mengucapkan kalimat bersamaan di kelas yang berbeda.

.

.

.

TBC.

Huwah.

Halo semuanya! Pertama saya mau mengucapkan banyak maaf karena di ff sebelumnya belum memperkenalkan diri. Hehe *nyengir kuda*

Baiklah, perkenalkan~ dan panggil saja saya Sky. Tanpa embel-embel apapun hehe.

Saya suka langit, intinya itu doang sih hahaha eh enggak deng canda~~ XD saya bikin cerita tentang pilot cem gini karena kebanyakan yang saya baca adalah tentang bisnis, guru, ataupun manajer ataupun ceo atau sebagainya itu. Dan jarang banget ada yang mau ngebahas tentang kehidupan pilot kaya gini. Saya juga gatau kenapa, atau mungkin pembahasannya susah? Atau tidak menarik? Atau dan atau atau yang lainnya(?) XD sini-sini cerita sama saya ntar saya bantuin kalo susah pembahasannya XD

Oiya, saya juga mau ngasih tau, kalau semua cerita saya itu GS alias genderswitch. Jujur aja saya masih belom bisa kalo di suruh bikin boyXboy. *ajarin aku senpai* *.*

Dan... cerita-cerita saya selanjutnya pasti berhubungan dengan langit walaupun bukan tema utama, harap maklum saudarah saudarah ini ujian~ XD

Dan juga.. TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA hahahahaha XD *ketawa nista* yaahh namanya juga masih belajar qaqa~ *3*

Mungkin segitu aja kali yak perkenalannya, terimakasih untuk pembaca sekalian~ *deep bow* Pyong~

Regards

.Sky.