Percy menatap Leo dengan galak. "Annabeth bilang memang kau yang menembakkan peluncur misil?"
"Bung, aku—aku tidak mengerti bagaimana sampai itu terjadi. Aku benar-benar minta maaf—"
"Maaf?" geram Percy.
.
.
Paper Planes
A Heroes of Olympus fanfic
HoO belongs to Rick Riordan
Warnings: Alternate Reality. Slash, maybe. Etc etc
.
.
Leo mengalihkan pandangan, tak kuasa menghadapi manik hijau berkilat milik Percy. Ada sesuatu yang membuat ulu hatinya nyeri ketika dia melihat Annabeth berusaha menenangkan pacarnya. Sungguh, Leo tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Dia pun merasa marah atas tindakan bodoh yang baru saja ia lakukan.
Annabeth telah menceritakan tentang Percy di perkemahan –semuanya. Sampai-sampai Leo berdecak kagum. Jason merengut di sebelahnya karena lelaki spanyol itu jarang memuji dengan sungguh-sungguh.
Setelah mendengar seluruh kehebatan serta kisah-kisahnya, Jackson satu ini bukanlah tipe orang yang mau Leo jadikan musuh. Malahan, dia berharap Percy bisa menjadi sahabat karibnya. Bisa sedekat mungkin, setidaknya seperti persahabatannya dengan Jason. Lebih, mungkin.
Dan dia menghancurkan segalanya. Dia memporak-porandakan mimpinya sendiri untuk bersahabat dengan putra pengguncang bumi.
"Leo Valdez. Kau dalam masalah besar" Percy mendesis sebelum meninggalkan dek. Leo tidak mengalihkan perhatiannya, tapi ya, satu sesi mendengarkan membuatnya tahu itu memang Percy Jackson.
Lelaki spanyol itu mendesah pelan. Helai-helai hitamnya berterbangan dihembus angin. Ada kesedihan yang melingkupinya. Ketika ia bangkit. Ketika ia melangkah. Ketika ia mengambil secarik kertas. Aura itu senantiasa menyelimuti kendati tak berwarna.
Leo memandangi kertas di tangannya. Jari-jarinya mulai bergerak, seakan memiliki pikiran sendiri. Leo memperhatikan kertas itu selagi dibentuk. Tatapannya kosong.
"Pesawat kertas?" tanya Annabeth ketika hasil tangannya sudah jadi. Percy tampak sudah tenang. Leo tidak menyadarinya. Dia tidak pernah berpikir membuat pesawat mainan, tapi, yah, dia tetap anak Hephaestus.
"Ya" jawabnya, tersenyum kecil. "Aku butuh hiburan saat ini"
Leo berjalan menuju ujung kapal. Dia bersandar di tepian, menatap hampa lautan di hadapannya.
Hei ayah, Leo memanggil. Dilemparnya pesawat kertas itu, sehingga berputar-putar bersama angin di atas lautan. Kumohon. Jodohkan saja aku dengan Percy. Poseidon mungkin takkan keberatan karena aku ganteng. Atau apapun, asal anak itu tidak marah-marah lagi.
Semilir laut merasuki penciumannya samar-samar. Terasa seperti ganggang sedap. Leo masih betah menghirup harum itu ketika aroma lain menyeruak.
Bau gosong. Api.
Untuk sedetik, Leo mengerjap-ngerjap pelan. Kemudian dia tertawa, cukup kencang untuk membuat Annabeth keheranan. Ditatapnya pesawat kertas yang makin menjauh, melintas gagah tanpa terjatuh.
"Leo? Kau baik-baik saja?" gadis itu muncul di sebelahnya. Alisnya naik sebelah, menandakan dia keheranan. Bukan khawatir.
Leo menyeringai. "Tidak apa-apa. Sungguh." kemudian dia tertawa lagi, memperhatikan laut dengan puas.
Hephaestus dan Poseidon belum segila itu untuk menjodohkan mereka, bukan?
Fin
When I read that part, I just feel the urgent to write this as fast as I could. And yeah, here it is.
Thanks for reading, btw.
Bye.
Regards,
UltimateFujo
