Title : Stupid Angel

Cast : Wu Yifan / Kris, Kim Joon Myun / Suho, KrisHo Pair, ada BAP juga.

Rating : T

Genre : Romance, Drama, Humor (gagal), yaoi

Length : Two Shoot

Warning! : typo(s) yang bertebaran, EYD berantakan, author abal-abal, de el el…

.

.

FF two shoot pertama Rae Yoo… mohon dibaca dengan ikhlas dan hati yang lapang *apaan sih.

Tolong komentarnya juga untuk ff aneh dan abal ini… :3

/bow/

.

.

Stupid Angel

.

[Chapter 1]

.

Sepasang bola mata hazel yang lembut menelusuri setiap inchi rumah berdinding putih tersebut, mengabaikan ibunya sendiri yang tengah asyik mengobrol hal-hal yang tidak dia ketahui. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai tanpa sadar, dia kadang menghadap ke gelas jus jeruk yang memantulkan siluet wajahnya.

"Suho, sudah selesai ujian ya? bagaimana hasilnya?"

Lamunan terpecah dan pemilik mata coklat gelap itu menoleh ke sumber suara. Seorang wanita muda berambut coklat gelap kemerahan bermata hijau tua. Dengan manisnya dia mengangguk, sebagai jawaban atas pertanyaan yang terlontar tadi. lalu dia menambahkan.

"Iya, ajumma, rencananya aku akan kulian di universitas di sekitar sini, nilai ujianku cukup bagus, aku mendapat nilai sempurna di mata pelajaran matematika dan science."

"Ah, Kim, anakmu sungguh pintar, dia akan sekolah di unversitas di dekat sini? Universitas unggul itu? Ah, benar-benar, kau ini sangat beruntung punya putra seperti dia."

Nyonya Kim, atau orang tua dari Suho – si anak bermata hazel – hanya tersenyum malu-malu "Ah tidak juga, sebenarnya aku khawatir kalau dia pergi jauh dari rumah, kau tahu kan, anakku ini ceroboh dan selalu gegabah?"

"Tidak apa-apa, dia kan sudah besar, nanti sering-sering mampir kesini ya…"

Suho mengangguk dan tersenyum, tapi kemudian eommanya bertanya lagi pada wanita seumurannya yang bermata hijau itu "Dimana putramu? Belum pulang kah?"

Tiba-tiba wanita itu menggerutu seolah ingin melempar anaknya dengan asbak kalau pulang nanti "Aish, benar-benar, anak itu, pasti main deh, mentang-mentang ujian sudah selesai dan pasti dia akan main basket sampai sore!"

Suho mengerjap "Jadi Kris belum pulang ajumma?"

Nyonya Wu itu mengangguk lemah "Apa dia tidak tahu kalau ulangan matematikanya buruk sekali! Kalau pulang nanti biar aku kurung dikamar. Wu yang satu itu benar-benar!" runtuknya kesal "Aku benar-benar bingung sebagai ibunya."

Suho tersenyum "Mungkin Kris sedang kesal dan lelah karena banyak tugas sekolah, aku juga suka mendapat nilai jelek kalau tidak konsenterasi ajumma."

"Ya tapi masa dia lelah setiap hari? nilainya setiap kali selalu jelek, tidak tahukah dia kalau aku selalu bingung memikirkannya setiap hari apalagi saat melihat hasil tesnya?"

Cklek !

Pintu terbuka, muncullah sosok dengan tinggi melebihi 180 cm dan rambut pirang gelapnya yang kontras. Baju berantakan, rambut berantakan, seragam kotor dan tas yang disampirkan di bahu kirinya, pelipis lebam dan sudut bibirnya berdarah serta pipinya tergores.

"Aku pu…"

"YA AMPUN YI FAN!"

Kris yang bernama asli Wu Yi Fan itu langsung menutup telinganya mendengar teriakan ibunya yang melebihi suara jet yang terbang rendah. Dia berani bersumpah kalau gendang telinganya akan terluka jika teriakan ibunya terdengar lebih lama.

"Eomma! Aku belum selesai salam!" Kris balas mengomel.

"Darimana saja? Kau habis jatuh dari motor? Aigooo… apa kau berkelahi lagi dengan temanmu? Atau kau barusaja dicakar hewan? Kenapa seperti pencuri tertangkap begitu?" tanya Nyonya Wu bertubi-tubi membuat kepala Kris pening. Baru pulang dan sudah dihujani seperti itu memang membuatnya kesal.

"Hanya ada masalah sedikit tadi. tidak apa-apa!" selanya kemudian.

"Tidak apa bagaimana kau ini? tubuhmu sudah seperti pencuri yang dianiyaya tahu, ya sudah sana cepat ganti baju! Oh ya Kris, hari ini Nyonya Kim dan Suho akan menginap disini, eomma yang mengundangnya karena eomma kesepian dan tidak punya teman. Appa kan sedang ke Kanada jadi bersikap sopanlah beberapa hari ini!"

Pria dengan tinggi seperti tiang itu mengedip dan membungkuk pada Nyonya Kim yang memang dia kenal dari dulu itu. Kemudian dia memandang seorang pria mungil yang tengah tersenyum ke arahnya dengan malu-malu, tentu saja dia ingat siapa itu. Orang yang seumuran dengannya hanya saja fisiknya terlihat berbanding terbalik.

Ya ya, dia Kim Joon Myun.

"Oh, kau!" ucap Kris sambil menatap Suho yang ada di depannya. Duduk dengan sesekali mengedipkan mata angelnya yang berkilauan itu.

Nyonya Kim mendelik begitu Kris berkata seperti itu. Tapi belum sempat dia melontarkan protes, Kris sudah melenggang naik ke kamarnya duluan. Dengan alasan dia mau membersihkan diri.

"Ya ampun, bersikap tidak sopan sekali lagi eomma akan membunuhmu Wu! Ingat itu! Dan juga, cepat ganti baju! Tubuhmu kotor begitu!"

Kris hanya menyahut dari jauh seraya tersenyum menyebalkan.

"Arra arra."

.

.

Wu Yi Fan dan Kim Joon Myun. Mereka sudah mengenal semenjak dari kecil, bahkan sebelum mereka sekolah, hanya saja, mereka bersama cukup sampai sekolah dasar, saat SMP, mereka berpisah karena Suho dan keluarganya pindah rumah di wilayah lain. Mereka dekat dengan hubungan yang tidak bisa didefinisikan, kadang terlihat seperti teman, sahabat, musuh, ayah dan anak, dan kadang juga seperti sepasang kekasih. Orang tua mereka dekat, dan saling bekerja sama dalam bidang perusahaan mereka. Selidik penuh selidik, eomma dari Kris maupun Suho sudah saling mengenal bahkan sebelum mereka berdua ada di dalam perut. Ya ya, kalau hubungan dua wanita elegan itu bisa dikatakan sebagai sahabat.

Suho, yang selalu menganggap Kris itu seorang yang sempurna. Yah, walaupun jangan bilang sempurna di mata pelajarannya, tapi sosok Kris yang tinggi tegap hampir menyentuh 190 cm itu sangat bisa membuat mata angelnya tak berkedip jika memandang sosok Kris. Menurutnya, Kris itu sempurna, bagaimana tidak, tubuh tinggi, atletis, pandai bermain basket, rambut pirang gelap, serta tangan yang lebar dan kuat itu benar-benar dia kagumi. Sehingga tanpa disadari siapapun, perasaan yang muncul dari dalam hati Suho sebenarnya adalah lebih dari sekedar mengagumi, dia telah jatuh cinta.

Sedangkan Suho di mata Kris adalah pria manis yang sangat kecil, putih dan punya kulit bersih dan halus seperti perempuan, rambutnya selalu lurus dan lembut berwarna hitam kecoklatan atau hitam kemerahan. Tinggi yang hanya menyentuh telinganya dan segala sesuatu mengenai tubuhnya adalah kecil. Tangannya kecil, pinggang, kepala dan telapak tangannya begitu kontras dengan tubuhnya. Kakinya putih dan jenjang, sehingga Kris pernah salah mengira Suho adalah perempuan. Bibirnya merah dan selalu terlihat basah, pipinya yang sering merona tiba-tiba itu membuat kesan menggemaskan. Tapi meskipun pria mungil ini pintar di dalam pelajaran, sebenarnya dia ini bodoh. Selalu gegabah, ceroboh, dan mudah panik.

Namun itu sebenarnya menambah kesan menggemaskannya, dia selalu ingin melindungi orang lain, walaupun Kris sendiri berfikir bahwa Suholah yang seharusnya dilindungi.

Suho mengedip melihat Kris yang naik ke kamarnya di lantai dua. Dia menatap ibunya yang kini menyesap jus jeruk dan eomma Kris yang kini asyik membicarakan masalah tas baru yang ada di departemen store yang sedang diskon. Dia bosan, dan akhirnya dia membuka mulutnya.

"Wu ajumma!"

Nyonya muda yang cantik dan menawan itu menoleh dengan anggun dan menatap Suho yang memasang wajah memohon dengan mata coklatnya yang dia warisi dari ibunya.

"Ya? ada sesuatu yang kau mau?"

"Aku boleh menyusul Kris di atas? Aku ingin bertemu dengannya!"

Dan dengan mudahnya Nyonya Wu itu mengangguk manis "Pergilah, kau sudah tahu kamarnya yang mana kan?"

Suho mengangguk dan akhirnya dia berdiri dan membungkuk "Terima kasih, ajumma, eomma, aku ke atas dulu!"

Dua wanita itu menganggukkan kepala seraya tersenyum dan akhirnya Suho melangkahkan kakinya menuju lantai dua, mengetuk pintu berwarna abu-abu itu dan akhirnya masuk ke dalamnya.

.

.

"Ya! mau apa?"

Suho langsung dihujani pertanyaan ketika dia masuk ke kamar yang cukup luas dengan ranjang besar di dekat jendela itu.

"Menemuimu! Aku bosan duduk dan mendengar percakapan eomma!"

Suho menutup pintu dan kini melihat Kris yang tengah menyampirkan tas dan jas sekolahnya ke gantungan di dekat pintu. Sementara Suho berdiri saja di dekat Kris.

"Aku mau mandi dulu, kau tunggu saja disini ya," Kris menggaruk kepalanya yang kini lengket dan dia menatap Suho yang kini mengangguk dan melangkah menuju tempat tidurnya, menghempaskan diri disana dan bergulung-gulung diatasnya.

Kris tersenyum kecil sebelum melangkahkan kakinya dan melihat sekilas Suho yang masih asik bergulung-gulung di atas kasur pegasnya yang empuk dan berseprai putih itu.

.

.

Suho membuka matanya yang sempat terpejam saat mendengar rintihan muncul menggelitik telinganya, dia melihat Kris yang berbalut bathrobe dengan rambut basah tengah memegang pelipisnya. Seketika itu Suho bangkit dari posisi tidurnya dan melihat Kris yang seakan menahan rasa sakit.

"Kau kenapa?"

Kris menggeleng kemudian duduk di ujung ranjangnya membuat Suho sedikit bergoyang. Tangan lembut itu meraih tangan Kris dan menyingkirkannya dari pelipis lebar pria bermarga Wu itu. Mata angelnya sedikit terkejut melihat luka lebam yang terlihat membiru. Suho menggigit bibir, pasti sangat sakit.

"Kau ini habis melakukan apa? Bekerlahi?"

"Kau pikir?"

Suho menaikkan bahu "Entah, bisa saja kau dipukuli karena ketahuan mengintip kamar ganti murid perempuan."

Kris mendelik dan menarik pipi mulus Suho sebagai pelampiasan rasa kesalnya "Kau kira aku orang mesum? Enak saja!"

"Akh! Kan aku bilang bisa saja! Jadi belum tentu benar! Lepaskan, ini sakit!" tangan Suho memukul tangan Kris yang menarik pipinya dengan keras.

Kris berhenti dan akhirnya dia memandang Suho yang ada di depannya Suho sendiri mambalasnya dengan tatapan ingin tahu.

"Aku habis berkelahi."

Suho menghela nafas panjang. Jawaban itu memang sudah menjadi hipotesanya saat melihat Kris saat baru pertama kali datang tadi.

"Kau dikeroyok ya?"

Kris menggaruk tengkuk kemudian mengangguk "Satu lawan enam. Bagaimana aku mau menang?"

Tangan Suho gatal ingin memukul Kris, namun dia urung karena melihat lebam ada di sekujur tubuh orang yang dia kagumi itu. Akhirnya dia hanya bisa meraih tasnya dan mengambil beberapa plester luka dan obat-obatan ringan yang memang selalu dia bawa di tasnya kemana-mana.

"Kau bodoh! Kenapa tidak melarikan diri saja? Jangan sok keren!"

Kris memegang kepala Suho dan tersenyum kecil "Mana bisa aku menyerah? Aku tidak mau menyerah untuk 6 komplotan geng berengsek yang tengik itu."

Suho merasakan wajahnya memanas, tapi kemudian dia mengeluarkan sebuah wadah berisi krim yang dapat mengobati lebam di kulit. Dia dengan cepat membuka dan mengoleskannya ke pelipis Kris yang terlihat membiru bekas pukulan.

"Akh!"

Rintihan terdengar saat jemari Suho menempel ke kening yang teluka itu tapi kemudian Kris merasakan rasa dingin yang merambat dengan cepat berkat obat tersebut.

"Diam dan jangan banyak bergerak! Aku akan mengobatimu dengan ini." Suho mengoleskan lagi ke leher Kris yang juga membiru.

"Kau selalu bawa obat seperti itu?" tanya Kris saat tangan itu menyentuh dahinya dan Suho hanya mengangguk kecil seraya menajawab "Aku bisa membantu orang dengan hal kecil seperti ini Kris."

"Ada lagi yang terluka tidak?" tanya Suho dan Kris malah membuka simpul tali bathrobenya.

Suho mengernyit dan matanya melebar melihat namja di depannya ini membuka piama mandi berwarna putih itu di hadapannya dan menampakkan dada yang berotot bidang dan dipenuhi luka, lengan dan punggungnya juga dipenuhi bekas biru bekas pukulan keras.

"Kau benar-benar dikeroyok!" Suho mengoleskan tangannya ke krim obat itu dan mulai menyentuh dada serta lengan atas Kris yang terluka.

"Ss..." Kris mendesis dan dia hanya meringis menahan rasa perih.

Suho mendekatkan tubuhnya, mengoles pada perut serta pinggang pemuda yang begitu tinggi di matanya ini. lagi-lagi mata angelnya melebar, melihat Kris yang kini meletakkan dagunya di pundak sempit Suho yang terbalut kemeja kotak-kotak.

Akhirnya tangan Suho menelusuri punggung Kris dan mengoleskan krim dingin itu ke punggung lebam Kris dengan lembut.

"Dan kau benar-benar seorang pelindung," bisik Kris tepat di telinga Suho yang kontan memerah dengan cepat "Hanya saja kau ini bodoh."

Suho memukul kepala Kris pelan "Berisik! Sudah untung juga aku tolong!"

Dan pria bermata angel ini memudarkan cemberutnya saat dia rasa Kris tertawa dan nafasnya berhembus di sekitar lehernya membuatnya geli. Akhirnya Suho memegang kedua pundak Kris dan mendorong tubuh besarnya menjauh. Dia menutup obat untuk luka lebam itu dan membuka sebuah benda lain, yaitu sebuah plester luka yang berukuran sedang untuk membalut luka gores di pipi Kris.

"Ada lagi yang terasa sakit?" tanya Suho saat dia selesai menempelkan plester luka itu dan Kris menunjuk sudut bibirnya yang berdarah.

"Aku tidak bisa menempelkan plester dimulutmu, aku punya obat lain, tapi sedikit perih, kau tahan ya!" Suho membuka sebuah botol krim berwarna toska dan mengoleskan cairan itu ke ujung jarinya sebelum dia menutupnya kembali dan kini bersiap untuk mengoleskan krim itu ke sust kiri bibir Kris yang terluka.

"Akh! Ya ! perih!" Kris memekik saat benda berwarna putih kehijauan di ujung jemari lentik Suho menyentuh sudut bibirnya "Ya ampun! Obat apa ini?"

Suho tidak menghiraukan teriakan kesakitan Kris dan terus mengoleskannya dengan rata di luka yang tidak terlalu lebar itu.

"Ya! hentikan! Appo!"

Suho menggeram kesal karena Kris sedari tadi bergerak dan membuatnya kesulitan "Diam ah! Ini akan membuatmu cepat sembuh! Salah sendiri juga sok jagoan, makanya jangan berkelahi, dasar!"

Kris berhenti bergerak saat tangannya dicengkram tangan mungil Suho. dia menutup matanya dan Manahan rasa perih yang mendominasi ini. sebelum akhirnya jemari Suho enyah dari sudut bibirnya dan meninggalkan rasa perih yang masih tersisa.

"Jangan kau sentuh luka itu atau aku akan mengoleskan obat ini lagi!" Suho mengancam saat tangan Kris hendak menyentuh sudut bibirnya.

"Iya iya Kim, aku tahu!" Kris merengut lalu berdiri "Lebih baik kau menciumku daripada obat sialan yang perih seperti ini!"

Suho mendelik dan melempar Kris dengan bantal "Mana sudi aku menciummu, dasar mesum!"

Tubuh Kris tertimpuk bantal dan kini bibirnya mengeluarkan seringaian menyebalkan "Aku hanya bercanda, kau sih, selalu menganggap serius semuanya. Aku mau ganti dulu!"

Suho meletakkan ranselnya di ranjang Kris dan dia duduk memandangi tubuh Kris dari belakang. Bagaimana pemuda berdarah china itu melepas bathrobenya dan membuatnya hanya memakai boxernya saja. Suho memalingkan wajah, pipinya memerah tanpa sebab tapi kemudian ekor matanya melirik Kris yang kini tengah ganti dengan celana panjang dan kemeja putih polos. Dia menyisir rambutnya dan menggulung lengan kemejanya yang panjang. Sebelum Suho akhirnya memilih untuk memalingkan wajahnya lagi, melihat jam dinding persegi itu yang sekarang menurutnya lebih menarik daripada wajah seorang Kris Wu.

"Junma!"

Suho menoleh, menyebabkan sesuatu yang dingin dan basah menyentuh permukaan pipinya. Mata angelnya itu melebar. Melebar hingga kini terlihat sangat bulat. Saat mengetahui wajah Kris yang mendekati wajahnya dan sensasi aneh di pipi empuknya itu timbul karena bibir Kris menyentuh pipinya singkat.

"YA!"

Suho berteriak membuat Kris menutup telinganya.

"Jangan berteriak! Kau membuatku tuli!"

Suho balas dengan teriakan yang lebih nyaring "Dan kau membuat jantungku hampir turun ke ginjal tahu! apa yang kau lakukan tadi dasar pria mesum?!"

Ck, sudah dua kali ini Suho mengatainya mesum dan Kris hanya bisa terkekeh menyebalkan melihat mata angel itu bergerak gelisah karena gugup saat mata elangnya menangkap iris coklat itu.

"Mian mian, terima kasih sudah merawatku."

Suho diam hanya mengangguk kecil "Tapi kau tidak perlu menciumku juga!"

"Itu bukan ciuman! Ciuman itu bibir dengan bibir!" bantah Kris.

Suho mendelik "Sama saja, itu juga ciuman! Aish! Kau memang menyebalkan!"

"Kau mau aku mempraktekannya denganmu agar kau tahu perbedaannya? Aku akan menunjukkannya padamu kalau kau mau!"

Kris menarik Suho dan kini menghempaskan tubuh Suho dengan lembut ke arah dinding kosongnya dan memenjarakan tubuh mungil itu dengan dua lengannya. Suho melebarkan matanya dan wajahnya kontan memerah. Ya tuhan, Tuan Wu ini benar-benar membuatnya gila!

"Enyah kau Wu!" Suho menginjak kaki kanan Kris dengan kuat saat pemuda itu semakin mendekatkan kepalanya alhasil membuat Kris sontak meringis dan melepaskan kunciannya.

"Aish, sakit tahu!"

"Ya ya aku tahu itu sakit, rasakan! Kalau kau tidak sedang terluka pasti aku sudah memukulimu dari tadi!" bentak Suho masih dengan wajah masih memerah "Hentikan kebiasaanmu menggodaku seperti itu! Aku bukan anak kecil lagi!"

Kris tertawa melihat reaksi Suho yang berlebihan, tapi kemudian dia tersenyum dan mengelus puncak kepala Suho dengan lembut.

"Aku hanya bercanda. Mian mian!"

Kepala Suho menoleh ke kiri, menghindari tatapan mata Kris. hatinya masih sebal, bukan marah, hanya kesal karena kenapa harus dia yang selalu jadi bahan keisengan pemuda jangkung itu.

"Ya! kau marah?" Kris bertanya dan Suho malah memanyunkan bibirnya lebih parah.

"Aku kan sudah minta maaf!" Kris memelas dan Suho sama sekali tidak terpengaruh dengan wajah melas Kris yang menggelikan.

"Kau benar-benar marah ya?"

Hening dan tidak ada jawaban, bibir merah Suho masih terkatup rapat.

"Pikirkan saja sendiri!" sahut Suho galak dan Kris hanya melihat Suho yang tengah cemberut sambil memandang ke luar jendela itu. Tak habis pikir karena Suho bisa marah hanya gara-gara candaannya.

"Iya iya maafkan aku Junma, aku tidak akan menggodamu lagi!" ucap Kris akhirnya tapi hati Suho belum juga melunak "Oke, aku akan menuruti permintaanmu sebagai tanda maaf, kau mau apa? Sebutkan saja!"

Kini Suho melembutkan tatapannya, bibirnya memudarkan cemberutnya dan pelan-pelan dia menatap mata onyx milik Kris. Kris akhirnya lega, karena Suho melembutkan pandangannya dan dia yakin, namja manis ini sudah tidak marah.

Mata angel Suho mengerjap "Baiklah, aku memaafkanmu!"

Kris tersenyum dan bersorak dalam hati, tak perlu lagi memikirkan alasan dan rayuan untuk mengembalikan hati Suho lagi. Tapi telinga Kris menangkap sebuah ucapan yang keluar dari bibir Suho.

"Tapi…"

Kris was was dengan permintaan Suho setelah ini. Jangan sampai dia minta salju Gunung Alpen untuk bisa mendapat permintaan maafnya.

"… belikan aku sushi… aku lapar!"

Suho mengedipkan matanya dan memasang wajah imutnya yang berhasil melunakkan hati siapapun yang melihat. Termasuk pemuda putra tunggal Presdir Wu ini. Pandangan itu membuatnya menyerah.

"Sushi?"

Suho mengangguk "Aku lapar… ayo makan sushi!"

Lagi-lagi, tangan Kris membelai puncak kepala Suho dengan lembut "Baiklah, aku akan belikan sushi untukmu!"

Suho bersorak dan kini tangannya melingkari pinggang Kris yang lebih besar dari pinggangnya. Dia melakukannya dengan lembut karena Suho tahu, luka lebam itu masih ada dan akan terasa sakit kalau dia menyentuhnya dengan keras.

"Gomawo!" ucap Suho ditengah pelukannya dan Kris hanya membalas itu dengan belaian di punggung dan kepalanya.

"Aku ambil mantel dulu, setelah ini kita keluar!"

Suho melepaskan pelukannya dan mengangguk seraya tersenyum lebar.

.

.

Setelah meminta izin dari kedua eomma mereka, beberapa menit setelahnya Suho dan Kris sudah sampai di sebuah restoran sushi sederhana yang ada tak jauh dari rumah Kris. mereka hanya perlu jalan kaki sekitar 15 menit sebelum akhirnya sampai di kedai yang menyajikan berbagai rasa sushi yang masuk sebagai daftar menu kesukaan Suho.

Mereka makan disana cukup lama, dan sekitar 1 jam kemudian mereka baru selesai dan akhirnya keluar dari kedai tersebut dalam keadaan kenyang.

"Terima kasih ya!"

Suho mengelus perutnya yang kini sudah terisi dan tersenyum memandang orang telah mentraktirnya tersebut. Sudah cukup lama dia tidak makan sushi dan kini rasanya dia puas sekali.

Kris mengangguk dan menatap langit yang kini mendung dan angin yang mulai bertiup sangat kencang. Membuat mantel abu-abu Kris bergoyang serta Suho yang hanya mengenakan kemeja kotak-kotak itu menggigil sambil meniup dan menggosok kedua tangannya untuk menimbulkan rasa hangat. Melihat hal itu, tangan kiri Kris meraih tangan kanan Suho, mengenggam erat dan memasukkan genggaman tangan itu pada kantung mantelnya.

"Kris?"

Pria berambut pirang gelap itu tersenyum kecil "Aku tahu kau kedinginan. Diam saja, ini bisa membuatmu hangat! Aku tidak akan menggodamu kali ini. percaya padaku."

Suho menunduk dan merasakan lagi-lagi wajahnya memanas, dia merapatkan tubuh dan ingin rasanya dia mendekap orang yang tengah menggengam tangannya dengan erat saat ini.

.

.

"YA! WU YI FAN!"

Suara teriakan segerombol anak membuat Suho serta Kris menghentikan langkahnya dan kini mereka menoleh ke sumber suara. Sekelompok anak dengan dandanan acak-acakan terlihat dan Suho manatap mata Kris seolah meminta penjelasan, siapa segerombol anak seperti geng motor itu?

"Kalian siapa?" Suho bertanya dengan bodohnya sedangkan Kris hanya diam, seolah tak mau memperpanjang urusan dengan segerombol manusia tidak penting seperti mereka ini.

"Oh, lihat itu, siapa yang bicara?" kini, seorang yang tampak seperti leader kelompok geng itu berbicara dengan nada mengejek dan menyebalkan "Wu! Kau ternyata suka seorang yang manis seperti itu ya? lihat dia, bukankah si kecil itu manis?"

Suho ingin rasanya melempar batu bata yang tergeletak di pinggir jalanan tersebut ke kepala si leader yang memakai kalung berantai.

Kris mengeluarkan tangan Suho dari sakunya dan dia menyembunyikan tubuh Suho ke belakang tubuh kekarnya. Dan pria manis itu makin heran dibuatnya.

"Kau tahu urusan kita belum selesai kan?" dan kini tampak pria berambut platina yang bicara dengan nada menyebalkan.

"Aku tidak punya masalah denganmu Choi Junhong!" ucap Kris berusaha tenang "Jangan ganggu aku dan dia, aku sedang tidak ingin melanjutkan perkelahian di jalanan seperti ini."

Suho memandang komplotan itu dengan tatapan marah. Sifat ingin melindunginya muncul lagi, apalagi saat dia sadar kalau Kris sedang dalam keadaan terluka dan belum sembuh sepenuhnya.

"Kris?" Suho memandang Kris penuh arti dan meminta penjelasan atas segerombol makhluk Tuhan yang telah menghadang jalan pulangnya ini. Oh oh, kalau saja Suho punya pisau yang besar ingin sekali dia mencincang keenam orang yang telah membuatnya lupa akan rasa sushi yang barusaja dia makan tadi.

Kris menatap Suho lembut dan seolah menanangkan. Dia berbisik pelan ke telinga Suho dengan halus dan tersenyum kecil.

"Tenang saja, aku akan bereskan ini dengan cepat Junma!"

Suho merasa wajahnya memerah dan dia mulai khawatir akan orang yang dia sukai ini. Suho tak ingin Kris terluka untuk yang kedua kalinya. Dia menggeleng, seolah mengatakan jangan berkelahi lagi hari ini.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Kris.

Si leader bernama Yongguk itu hanya angkat bahu dan mendekati ke arah Suho "Dia bagaimana?"

Suho mendelik dan beringsut ke punggung Kris dan tangannya setia mencengkram mantel Kris dengan erat dan jantungnya berdetak keras ketika si leader geng itu mendekatinya.

"Manis juga, kalau dibawa ke klub pasti banyak yang menginginkan!"

Suho merasa jantungnya berhenti dan kini dia mulai mengerjapkan mata angelnya. Takut.

"Tidak dengan dia Tuan Bang!" Kris menghalangi Yongguk untuk mendekati Suho dengan meraih tangan mungil itu dan menjauhkannya "Apa saja asalkan jangan dia!"

"Memang dia siapamu? Pacar barumu?"

Suho memerah dan hendak menggeleng, namun Kris dengan sigap membalasnya dengan ucapan yang sedikit menyentak "Ya, kalau dia pacarku kenapa? Aku tidak akan menyerahkannya padamu hanya untuk dijadikan pajangan di klub malam bodohmu itu!"

Tangan Suho melemas, begitu pula dengan kakinya yang mendadak tulangnya terasa rontok. Apa dia salah dengar? Ah, mungkin si Tuan Wu ini hanya ingin melindunginya saja, Suho memang tidak boleh ikut campur dalam hal semacam ini. ingat saja sifat bodohnya yang selalu gegabah dan ceroboh menghadapi sesuatu.

"Menarik sekali Wu! Sebenarnya aku juga tidak terlalu tertarik dengannya! Terlalu kecil dan kurus!"

Oh ayolah Tuhan, tolong turunkan sebongkah beton berukuran raksasa untuk menimbun si pria mulut menyebalkan ini dan enyahlah mereka dari bumi ini agar damai, doa Suho dalam hati.

"Kita sudah adu pukul tadi siang kan?" tanya Yongguk "Kita main yang lebih elegan dan indah sekarang Wu, yang lebih menarik!"

Kris mengernyit "Apa saja asal aku lekas pulang dan masalah kita selesai!"

Dan saat itu Suho tersadar. Adu pukul? Enam orang komplotan? Jadi mereka berenam yang telah mengeroyok Kris hingga tubuhnya memar semua itu? Kurang ajar!

"Mudah saja. Kau pasti bisa melakukannya dengan mudah!"

Suho mengeratkan tangannya saat merasa komplotannya yang lain mendekat ke arahnya dan memasang tampang ingin memakan.

"Cepat katakan atau aku akan menendangmu saat ini!"

Yongguk tertawa kecil "Basket."

"Basket?"

Dia mengangguk "Satu lawan satu denganku, ini fair bukan? Hanya itu, kita lihat siapa yang bisa masukkan poin paling bayak!"

"Apa imbalannya?" tanya Kris.

Yongguk menuding Kris sendiri "Kalau kau kalah, kau harus mau jadi budakku, atau kalau kau tidak mau, aku mau si kecil yang putih di balik punggungmu itu."

Lagi-lagi Suho merasa jantungnya berhenti mendadak. Dia hanya ingin pulang dan bersama Kris menonton televisi di rumah sekarang. bukannya tanding basket melawan segerombolan orang-orang tidak bermoral.

"Jangan harap kau bisa mendapatkannya!" Kris berucap dengan sinis, menyembunyikan Suho yang kini kembali ketakutan.

"Oke, kau lihat lapangan yang disana? Kita akan tanding disana! Oh ya, jika kau menang, urusan kita akan selesai semuanya!"

Kris mengernyit "Sungguh?"

Yongguk mengangguk "Aku menjanjikan itu!"

Kris tahu Yongguk meskipun berandalan adalah orang yang menepati janjinya, dan Kris tahu juga, dia harus memenangkan duel bodoh ini apapun yang terjadi.

"Aku terima tawaranmu ini! oke, kita main!"

Tapi kemudian Kris terkejut mendengar Suho memekik di balik punggungnya.

"YA!" Suho berteriak saat tangan seorang bernama Jung Daehyun yang berambut pirang itu menyentuh dagunya dan memaksanya memandang wajahnya.

Kris berbalik, marah dan langsung menepis tangan Daehyun dengan kasar.

"Aku bilang jangan menyentuhnya! Kurang ajar!" Kris mendorong bahu itu dengan kasar dan menarik Suho dalam dekapannya. Membuat jantung Suho serasa akan copot dan kemudian dia merasa aman, ada dalam dekapan yang hangat itu meskipun hanya sebentar.

"Hei hei, santai saja Wu! Aku hanya ingin melihat wajahnya yang sedari tadi tertunduk itu!" Daehyun mengelak dan Kris sudah sangat ingin meninju wajahnya. Mementalkannya sampai pria berbibir tebal itu menghilang dan tersasar di dasar laut.

"Baiklah, ayo kita mulai!"

Gerombolan itu segera menuju lapangan dan Kris mengikuti di belakangnya. Sementara Suho, dia tidak tahu harus berbuat apa. Pikirannya mulai panik dalam waktu singkat.

"Kris…" panggilnya pelan.

Kris tersenyum, dan membelai puncak kepala Suho, memberikan ketanangan meskipun nyatanya Suho tidak bisa tenang dengan mudah, "Ini akan berakhir dengan cepat."

Suho menunduk dan menyembunyikan mata sembabnya, dia bahkan tak tahu kenapa dia ingin menangis sekarang "Jangan terluka lagi!" isaknya.

Kris tersenyum makin lembut dan menghapus bulir air mata yang hendak jatuh ke pipi kenyal tersebut.

"Tenang saja! Tak perlu mengkhawatirkanku, semua akan baik-baik saja!"

Suho mengangguk pelan dan mengusap air matanya sendiri. Entah karena apa, Suho tak tahu. Hatinya merasa kalau sekarang Kris benar-benar memperlakukannya seperti layaknya seorang kekasih.

.

.

Suho duduk di sisi kiri lapangan sedangkan 5 orang anggota geng dari kelompok itu duduk di sebelah kanan lapangan. Menyaksikan dua orang dengan satu bola basket di tangan Yongguk.

"Waktunya, sampai jam 4 sore Kris, kita punya sekitar 45 menit. Cukup lama kan?"

Kris menyungginggkan senyum miringnya "Oke, itu cukup!"

Yongguk memberikan bola basketnya kepada Kris dengan melemparnya, dan Kris menangkapnya dengan cekatan "Kau ambil itu Wu Yi Fan, kita mulai permainannya!"

Dan game bodoh itu sudah mulai, Suho duduk di pinggir lapangan dengan mantel Kris di tangannya. Mengamati dengan was was Kris yang tengan memantulkan bola basket berwarna oranye tersebut.

Setelah 15 menit berlalu, angka seri dan Kris sudah tampak kesakitan dengan bagian tubuhnya yang memar, selain itu, benturan dengan tubuh Yongguk membuatnya limbung dan berkali-kali hendak terjatuh.

Kini Suho berubah rasa dari takut menjadi marah dan jengkel. Kepada komplotan tengik yang telah menghalangi jalan pulangnya itu dan menyuruh Kris bermain permaianan bodoh yang akan melukainya, dan jengkel juga karena Kris selalu bertindak sok jagoan dan sok keren di depan siapa saja tanpa memperdulikan kondisi fisiknya yang kini sudah terluka.

"Wu bodoh!" desis Suho dalam hatinya.

BRUK!

Suho membulatkan matanya melihat seorang yang amat dia kenali jatuh di lapangan setelah bertubrukan dengan tubuh kekar Bang Yongguk tersebut.

"Apa?" desis Suho dalam hatinya "Kris…"

Kris jatuh, tersungkur dengan tidak elitnya. Kakinya membiru dan yang paling parah adalah pelipisnya, membentur lantai lapangan dan mengucurkan darah berwarna merah yang menetes dengan deras di lapangan.

"Kau menyerah dengan ini?" tanya Yongguk meremehkan.

Kris diam, tak kuat bangun namun dia berusaha dan memaksakan dirinya untuk tetap bangun.

"Masih ada 30 menit tuan muda Wu!" desisnya sombong "Kau mau menghentikan permainan?"

Suho tak tahan dan kini dia melempar mantel milik Kris dengan tidak sabar.

Sedangkan Kris dia ingin berkata namun bibirnya terasa perih untuk bahkan sekedar bergumam. Tangannya mengepal dan bergetar. Dia tak bisa kalah di depan orang yang butuh perlindungannya, dia tak bisa terlihat menyedihkan di depan orang yang telah menganguminya dan percaya padanya.

Tapi tiba-tiba Kris merasakan ada seseorang berdiri di depannya, berteriak dengan suara melengking dan merentangkan tangannya lebar-lebar, berusaha menghalangi Yongguk yang terus menyudutkannya.

Dia mendongak, melihat sosok rapuh Suho yang bodoh ada di depannya, tengah menantang seorang gembong geng paling menyebalkan dan punya 5 anak buah tersebut.

Dan ini merupakan tindakan mahatolol yang pernah Suho lakukan dan Kris lihat. Ayolah, kurang bodoh apa Suho sampai dia membangunkan amarah macan di depannya ini. Seperti seekor merpati mungil putih yang menantang si macan tutul bertaring tajam dan memakan daging. Ini konyol!

"YA!" Kris berteriak keras dengan suara bassnya.

Dia ingin mendorong Suho agar menjauh dari lapangan "Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan?"

Suho bergeming membatu seperti karang.

"Kim Joon Myun! Pabbo! Cepat menyingkir dari sini!"

Masih seperti batu. Antara otak dan tubuhnya sepadan, Suho diam dan tak bergerak barang sesentipun.

Sementara Yongguk hanya tersenyum sinis melihat adegan di depannya, dan 5 orang lain anggota kelompok gengnya sedang terkeh dan tertawa riang di pinggir lapangan dengan gaya menyebalkan dan bersorak seolah sedang melihat pertunjukan topeng monyet di pasar malam.

Suho menatap Yongguk dengan tajam lalu dengan berani dia berteriak menyembur ketua geng itu, dan sukses membuat Kris melebarkan mata elang nan tajam miliknya.

"Aku yang akan menggantikan Wu Yi Fan dalam permainan ini!"

.

.

.

TBC

.

HOHOHOHOO

Ini benar-benar twoshoot kok!

Bakal Rae Yoo update cepet kalau responya bagus. Makannya, kalian review yang banyak yaaa *todong pakai duren.

Maaf dengan segala kegajean serta typo dan bahasa absurd di ff ini. dan Rae Yoo minta maaf banget sama baby kalau disini B.A.P Rae Yoo jadiin anak geng. Ini salah temen Rae Yoo yang menghasut. Rae Yoo juga suka B.A.P kok, Rae Yoo bukan nge bash, malah Rae Yoo punya bias Daehyun disana, Joongup Rae juga suka, Yongguk, Zelo sama Yongjae juga suka kok, Himchan juga, di MV Angel ganteng banget.. :3 *fangirling.

Jadi maaf ya… ini tuntutan peran *sodorin naskah /bow/

Oke oke, makasih bagi yang baca, review dan memberikan segala perhatian untuk ff Rae Yoo. Makasih juga yang sudah menyemangati bocah dibawah umur yang nekat ini *tunjuk diri sendiri.

Maaf juga kalau ini antara summary-judul-cerita enggak nyambung, aneh dan belibet, Rae Yoo kan masih anak labil \(-.-)/

Sampai bertemu di chapter berikutnya…

Annyyeong! ;D

*lambai-lambai lalalaalaaa

/deep bow bareng Krisho sama B.A.P/

.

.

Sung Rae Yoo ^^