Title : Oh My Musical Rival!
Author : Thewi(Dwi Kurnia Sari) aka Choi Ye ri aka Thewi Choi
Main Cast: Yewook
Genre : Romance, Family,
Warning : YAOI!
Rating : General
POV: author
"Oh My Musical Rival!"© 2011 by Thewi Choi
#Chapter 1
Angin sepoi-sepoi mengoyangkan tirai jendela ruangan itu. Ruangan itu terasa lebih sejuk tanpa adanya pendingin ruangan. Semua terasa alami disana. Seorang namja berparas manis dengan seragam sekolah terlihat khusuk dengan sebuah grand piano yang ada didepannya. Jari-jarinya yang lentik terlihat dengan lihai memainkan tuts piano. Sebuah lagu lembut berjudul Pathetique Sonata No. 8 dari Beethoven terdengar mengalun merdu. Wajahnya terlihat tenang, sesaat matanya dipejamkan. Mengahayati lagu yang kini sedang dibawakannya.
Tak jauh dari tempat namja itu, terlihat dua namja lain dengan seragam yang sama sedang duduk tak jauh dari namja pemain piano itu. Mereka duduk tenang mendengarkan permainan indah namja manis itu. Tak ada yang terdengar berbicara disana, hanya terdengar bunyi merdu piano yang mengalun lembut. Sampai akhirnya sang namja manis mengakhiri permainannya dengan wajah yang saja didalam ruangan itu terdengar tepuk tangan dari dua pria yang sedari tadi menjadi penonton.
"Bravo Wookie-ya? Kereen sekaliiii…"salah satu namja yang menonton itu berdiri sembari masih bertepuk hanya tersenyum kikuk sembari menunduk malu.
"Donghae-ya, jangan membuat uri Wookie malu. Ahh… neomu kyeopta!"histeris namja satunya sembari mengatupkan kedua tangannya. Namja yang dipanggil Donghae itu hanya tertawa melihat tingkah rekannya.
"kau juga berlebihan Eunhyuk-ah^o^"ucap Wookie kemudian. Detik kemudian hanya terdengar suara tawa dari ketiganya.
"ehhmm, sepertinya sudah saatnya masuk. Sebentar lagi pelajaran akan dimulai, ayo kembali kekelas."ajak Donghae sembari menarik tangan Eunhyuk, mengajaknya juga berdiri. Dengan wajah yang ogah-ogahan Eunhyuk pun menurutinya. Ryeowook hanya mengangguk sembari menutup plat grand piano yang ada dihadapannya. Setelah semuanya rapi, mereka bertiga pun beranjak pergi dari ruangan itu, menuju kelas mereka. Dalam perjalanan kekelas mereka melewati sebuah pintu yang tampak tak terurus. Dari dalam terdengar suara gitar eletrik yang garang. Ryeowook yang sempat menoleh hanya bergidik ngeri.
"ieuhh...Tidak jelas"
Suara gitar elektrik terdengar mendominasi ruangan bernuansa gelap itu. Namja berambut emo dengan mata sipit ber-eye liner hitam pekat terlihat duduk diatas sebuah sound system besar sembari memainkan gitarnya dengan garang. Musik bergenre keras menghentak ruangan yang cukup besar itu. Seragam sekolah yang ditanggalkannya terlihat menggantung bebas disalah satu pundaknya. Kini pemuda itu hanya memakai kaos oblong hitam yang bergambar tengkorak. Tiba-tiba ponsel yang diletakkannya di lantai berdering. Namja itu hanya menoleh sebentar untuk melihat ID si penelpon tanpa menghentikan permainan gitarnya.
'Kangin Calling…'
Tanpa mempedulikan panggilan itu namja itu terus saja melanjutkan petikan gitarnya. Beberapa saat kemudian ponsel itu berhenti berdering. Namja itu masih terlihat cuek. Tiba-tiba saja pintu yang sedari tertutup, terbuka saat seseorang namja tinggi melongokkan kepalanya dibalik pintu.
"Ya! Benar kata Kanginie, ternyata kau disini. Jongwoonie, Cepat kekelas. Kangin ingin berbicara sesuatu denganmu"kata namja yang berparas lumayan manis itu. Jongwoon hanya mendesah lemah. Kemudian dengan malas bangkit dan meletakkan gitarnya.
Ryeowook nampak tertawa lepas saat melihat kedua sahabatnya, Eunhyuk dan Donghae saling mencubit pinggang satu sama lain. Tawanya segera terhenti saat dia mengingat sesuatu. Dengan agak tergesa-gesa dia membongkar kantong depan tas nya. Eunhae hanya menampakkan wajah bingung melihat kelakuan Ryeowook.
Terdengar helaan nafas lega dari Ryeowook. Tangannya yang mungil terlihat memegang selembar tiket.
"Wookie-ya, sampai segitunya kah kau dengan selembar kertas itu. Berlebihaaan…"cibir Eunhyuk sembari merebut kertas kecil itu dari genggaman Ryeowook.
"Aisshhhhh… kembalikan!"Wookie segera menggapai tangan Eunhyuk mencoba mengambil kembali tiketnya.
"Ini tiket penting!"ujar Ryeowook setelah berhasil mendapatkan tiketnya seraya memeluk-meluk tiketnya dengan gaya yang aegyo.
"yang itu baru berlebihan,hyuk-ah"ujar Donghae sambil memandang aneh Ryeowook. Eunhyuk hanya mengangguk sambil memajukan bibirnya. Ryeowook mendelik kesal melihat duo Eunhae mengejeknya.
"memangnya salah? Akukan hanya memastikan tiket ini tidak hilang. Ini tiket limited edition tempat duduk terdekat dari panggung. Ini tiket langka. Ara! Aku takkan memaafkan siapapun yang menghilangkan kesempatanku untuk melihat Kyuhyun dari dekat "Ujar Ryeowook sembari menggembungkan kedua pipi tirusnya. Eunhae hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Ryeowook.
"Ya! Sungie, kau dengar tidak! Aku sedang berbicara padamu!"terdengar suara pemuda dengan intonasi yang menekan berkoar dari luar kelas Ryeowook. Ryeowook dan teman-temannya segera menoleh kearah pintu. Sekedar tahu siapa biang keributan itu.
"bukankah itu Leeteuk si Ketua OSIS?"ujar Eunhyuk melirik kearah pintu tempat dimana Jongwoon dan Leeteuk lewat.
"Sepertinya mereka sepasang kekasih. Lihat saja, Leeteuk sampai menggelayut dilengan Jongwoon"lanjut Eunhyuk lagi.
"bisa-bisanya Leeteuk yang ketua OSIS malah berpacaran dengan Jongwoon"gumam Donghae dengan wajah prihatin. Ryeowook memiringkan wajahnya bingung.
"memang kenapa dengan Jongwoon?"tanyanya polos. Eunhyuk menggeleng lemah akan ketidak-update-an Ryeowook.
"Malang sekali kau. Berita begini saja tidak tahu. Jongwoon itu keren, tampan, dan berkharisma. Tidak ada yang meragukan itu. Fansnya juga banyak"Jawab Eunhyuk. Donghae mendengus, mungkin kesal dengan pujian yang diberikan Eunhyuk pada lelaki lain
"Lalu? Apa masalahnya?" Ujar Ryeowook lagi makin penasaran.
"dia itu namja berdarah dingin"Donghae menekankan kata terakhirnya. Membuat Ryeowook agak terbawa suasana.
"Ber-berdarah dingin?"Ryeowook menelan ludahnya sendiri. Donghae mengengguk dramatis.
"Dia itu terkenal sangat angkuh. Dia juga suka membolos. Bisa dikatakan Kim Jongwoon itu berandalan. Kudengar dia itu adalah anak mafia yang kabur dari rumah. Karena itulah dia terlihat sangat dingin"Donghae semakin menyipitkan matanya. Ryeowook terlihat membuka mulutnya kaget. Kini yang ada dibayangan Ryeowook adalah Jongwoon yang memangku senapan sambil menghisap cerutu khas mafia. Sambil membisikkan kata 'i will kill you' sambil tertawa aneh.
"Je-jeongmaal?"Ryeowook menatap takut Donghae.
"Aishhh... hae, jangan menakuti Uri Wookie begitu. Wookie honey, positifnya. Jongwoon itu hebat sekali bermain gitar. Dia bahkan ketua klub band club" melihat Eunhyuk membela Jongwoon, Donghae hanya bisa memajukan bibirnya sebal. Kini Ryeowook justru membayangkan Jongwoon masih dengan senapan dipunggung sambil tetap menghisap cerutu. Namun kali ini ditangannya terdapat gitar listrik. Dan meneriakkan kata 'Rockker maan!'. Bayangan yang berlebihan.
"iya, ketua klub yang anggota hanya satu."gerutu Donghae.
"Hanya satu?"
"ne, dia adalah satu-satunya anggota klub itu. Padahal banyak sekali yang ingin masuk klub itu tapi Jongwoon menolak semuanya. Dia beranggapan semua yang mendaftar clubnya tidak berbakat"Jawab Eunhyuk santai.
Jongwoon berjalan dengan santainya dikoridor kelas. Sedang dibelakangnya terlihat pemuda yang tadi menjemputnya distudio berlari kecil mengimbangi langkah Jongwoon.
"Ya! Sungie, kau dengar tidak! Aku sedang berbicara padamu!"pemuda itu berteriak kesal saat Jongwoon tak mengindahkan dirinya.
"Ne, Ne, Ne. wae Teukie hyung?"gumam Jongwoon yang seperti masih enggan menanggapi orang yang setahun lebih tua darinya itu. Pemuda itu, leeteuk tersenyum manis seraya menampakkan lesung pipinya. Kemudian dia menarik lengan Jongwoon dengan manja.
"Aniii. Aku hanya senang. Besok aku akan kencan dengan Kanginie. Heehee"tutur leeteuk tanpa mengurangi intensitas senyumannya. Jongwoon mendengus sambil menahan tawanya.
"hanya itu?"
"hmmm….^_^"Leeteuk hanya mengangguk dengan polosnya. Jongwoon memandang kesal Leeteuk.
"Apa hal seperti itu juga yang Kangin ingin bicarakan denganku?"Tanya Jongwoon dengan wajah angker. Leeteuk memonyongkan bibirnya.
"Babo! Tentu saja tidak"tukas leeteuk sembari menarik anting hitam yang ada ditelinga Jongwoon. Membuat pemuda yang tak berpakaian rapi itu sedikit meringis.
"aissssshh, berhenti melakukannya! Lalu apa yang ingin dibicarakan Kangin?"Jongwoon menarik tangannya yang sedari tadi dipegang sang ketua Osis itu, kemudian mengarahkannya untuk mengusap daun telinganya yang disiksa Leeteuk.
"Begitu"gumam Jongwoon sembari melempar-lemparkan medali emas yang ada ditangannya. Diruangan yang cukup besar itu Kangin dan Leeteuk terlihat duduk mengelilingi meja Jongwoon. Kangin mendelik tajam ketika melihat piagam taekwondonya dilempar-lempar tidak jelas oleh Jongwoon.
"heeii, kalau mau marah jangan padaku. Aku hanya menyampaikan pesan Siwon-saenim. Kenapa medaliku jadi sasarannya"ucap Kangin seraya menangkap medali yang tadi sempat dilemparkan Jongwoon tanpa perasaan. Leeteuk hanya merengut melihat medali kekasihnya diperlakukan semena-mena. Jongwoon menghembuskan nafas berat. Kemudian mengangkat kakinya keatas meja,meletakkan kedua tangannya dibelakang kepalanya sambil bersandar malas dibangkunya. Menerawang langit-langit kelasnya.
Sore itu terlihat begitu damai. Ruangan yang berdominasi cat putih itu terlihat agak memerah, ketika sinar matahari senja masuk melalui jendela besar yang terbuka. Ryeowook terlihat sedang memainkan grand piano. Jarinya yang lentik bergerak cepat mengikuti arahan partitur yang dibacanya. Tanpa ada rasa takut dia tetap khusuk dengan pianonya, meski hari menjelang gelap. Tiba-tiba Ryeowook dikejutkan kehadiran seorang pemuda yang masuk tanpa permisi. Segera Ryeowook menghentikan permainan pianonya, dan menengok siapa pemuda itu. Karena keadaan disana agak gelap, Ryeowook tidak dapat melihat wajah pemuda itu dengan jelas. Yang bisa ditangkap kornea matanya hanya Pemuda itu berambut emo, dengan gelang hitam ditangannya lengkap dengan anting yang menggantung didaun telinganya. Gitar listrik terlihat tersampir dipunggungnya.
Dengan santainya dia menuju kearah sound system yang terletak dipojok ruangan. Kemudian dia mengeluarkan gitar dan kabel-kabel dari dalam tas gitarnya. Tanpa ragu-ragu namja itu menyambungkan kabel yang lumayan panjang itu pada gitar dan soundsystem membuat Ryeowook yang sedari tadi diacuhkan bingung. Saat namja itu sibuk dengan urusan gitar dan soundsystemnya, maka dengan mengerahkan keberaniannya Ryeowook mencoba menyapa namja itu.
"Anyeoong. ."ucap Ryeowook. Namun namja yang ditanya kelihatannya masih sibuk dengan acaranya.
"Ehheeemm…mianhamida. Ini ruang music klasik. Kalau mau –"ucapan Ryeowook langsung terputus saat tiba-tiba saja pemuda yang bisa dibilang uirakan itu memainkan gitar listriknya dengan garang. Ryeowook melotot mendengar music beraliran cadas itu. Jujur saja Ryeowook tidak begitu suka music yang kini menghentak ruangan itu.
"tolong hentikan. Ini ruang music klasik. Hei! HEI! Kau dengar tidak?"Ryeowook berteriak. Tangannya yang mungil kini sedang memegangi tangannya mencegah pemuda itu memetikkan gitarnya lagi. Namja menoleh kearah Ryeowook.
Kliik
Tiba-tiba ruangan yang remang-remang itu berubah terang saat lampu yang ada disana menyala. Kini Ryeowook bisa melihat dengan jelas wajah sang pemuda cadas. Wajahnya tampan dengan kulit yang putih pucat. Kontras dengan eyeliner hitam pekat yang menggaris bawah matanya. Bibirnya pun tipis. Matanya sipit namun tajam menusuk. Karena Ryeowook memegangi tangan namja itu, jarak diantara merekapun kini sangat dekat. Ryeowook bahkan bisa merasakan aroma jeruk dari nafas Pemuda itu. Mata mereka saling lama setelah itu terdengar derap langkah dari seseorang.
"Wookie-ya, kau tidak-ups!"Eunhyuk terkejut mendapati temannya yang berjarak sangat dekat dengan seorang namja. Bahkan terlihat seperti akan berciuman. Donghae pun menyusul masuk. Walau dengan wajah yang tak jauh berbeda dari Eunhyuk.
"Ehh? Ini bukan seperti kelihatannya!"sergah Ryeowook sembari melepas pegangan tangannya dari namja itu. Dengan ragu-ragu dia melirik name tag yang ada dibaju namja itu. Tertulis 'Kim Jong Woon' disana.
"Jong-Jongwoon-ssi, tolong jelaskan kenapa kau ada disini!"Ryeowook berbalik menghadap Jongwoon. Meski dia masih canggung dan agak gugup, Ryeowook tetap berusaha berbicara dengan formal.
"memang tidak boleh aku main music disini!"jawab Jongwoon melenceng dari pertanyaan yang dilemparkan Ryeowook.
"Tentu saja. Ini ruangan music klasik! Mana boleh music berandalan itu ada disini. Kalau kau mau kau bisa kestudio saja sana! Disana khusus untuk orang-orang sepertimu"Ryeowook melipat tangannya kesal. Sedang Jongwoon hanya menatapnya malas.
"Shiro!"gumam jongwoon pelan.
"Mwo?"
"kubilang Shiroooo! S.H.I.R.O!"ujar Jongwoon lagi sembari menekankan kata-kata terakhirnya. Ryeowook menghentakkan kakinya kesal.
"Uhhhhhhhhhhhh! Dasar kepala besar! Kubilang jangan disini! Aku tidak suka music berandalan!"gertaknya lagi sambil mengembungkan pipinya. Jongwoon terkekeh melihatnya.
"kalau mau mengusir orang pakai cara yang lebih efektif. Kalau kau menunjukkan wajahmu itu malah akan membuatmu diserang. Ara?"ucap jongwoon sembari mengacak rambut pirang Ryeowook. Membuat Ryeowook mundur selangkah menjauh dari jangkauan Jongwoon. Tanpa mengindahkan gerutuan Ryeowook, jongwoon mulai membenahi kabel dan gitanya. Semua omongan ryeowook bagaikan angin lalu baginya.
"Hei! Jongwoon-ssi, jangan pura-pura tuli! Dengarkan aku! Heiii!"Ryeowook semakin gusar karena tak satupun dari ucapannya ditanggapi Jongwoon.
"Wookie-ya, sudah! Biarkan saja dia. Dia pasti akan tetap mengacuhkanmu"ujar Eunhyuk sembari menarik tangan Ryeowook menjauh dari Jongwoon. Sedang Donghae terlihat sedang berusaha berbicara dengan Jongwoon. Dengan susah payah akhirnya Jongwoon menanggapi ucapan Donghae.
"Jangan salahkan aku. Salahkan saja Siwon Saenim Si Kuda itu. Dia tiba-tiba saja merenovasi studio sekolah. Katanya Club band sementara bisa memakai ruang music klasik bersama-sama dengan club music kalian"ucapnya santai sambil menyandang tas hanya mengkerutkan alisnya. Sedang Ryeowook terlihat melongo. Sepertinya dia tidak bisa menerima kenyataan.
"Jadi… biasakanlah telingamu itu mendengar music berandalan ini. OK?" desis Jongwoon saat melewati Ryeowook. Ryeowook mengkeret mendengar perkataannya. Nadanya seperti mengancam kelangsungan hidup saja. Eunhyuk yang sedari tadi memegangi Ryeowook terlihat semakin erat dengan pegangannya. Ryeowook tak sedikitpun melepaskan pandangannya sampai pemuda beranting hitam itu menghilang dari pintu. Mata Ryeowook menyipit pertanda dia menahan amarahnya. Wajahnyapun merah padam.
"Hyaaaaa! Apa-apaan itu!"
"Siwon Saenim, aku tidak terima!"teriakan Ryeowook menggema diruangan berwarna cream itu. Disampingnya Eunhyuk terlihat serba salah menenangkan Ryeowook. Begitu pula dengan Donghae yang ada disisi lain Ryeowook.
"Jinjha?memang apa masalahmu Ryeowook-ssi?"ujar Siwon sembari menyeduh teh hijau dari menyesapnya dengan tenang tanpa mengkhawatirkan kemarahan salah satu muridnya itu.
"Aku tidak suka pemuda berandalan begitu masuk keruangan music kami. Dia bisa saja merusak benda-benda yang ada disana. Belum lagi music yang dimainkannya tidak lebih dari music tak bermakna dengan volume high pitc. Membuat telingaku sakit. Bukankah itu merusak konsentrasi kami semua! Sebulan lagi ada kontes piano klasik. Bagaimana bisa menang kalau begitu keadaannya"Ryeowook mulai menampakkan kecerewetan alaminya. Membuat Donghae hanya menutup mukanya. Malu.
"Cukup Wookie-ya~"bujuk Eunhyuk sembari mengelus-ngelus punggung Ryeowook. Ryeowook mendelik kearah Eunhyuk.
"Tidak bisa Hyukie-ya! Kita tidak bisa tinggal diam begini! Ini adalah ketidakadilan. Sebagai murid yang kritis aku harus meluruskannya"jawab Ryeowook berkobar-kobar. Bak seorang proklamator kesiangan. Donghae hanya bisa menepuk jidatnya.
"Aisssshhhh… jangan berlebihan begitu! Adududuh_"Eunhyuk mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Ryeowook.
"hahahahaha…"Tiba-tiba terdengar tawa dari arah depan. Terlihat Siwon menutup mulutnya karena menahan tawa.
"Bummie-honey, ada-ada saja kau ini" gumamnya pelan. Ditangannya terlihat ponsel canggih miliknya. Sepertinya dia baru saja tertawa karena pesan singkat yang baru didapatnya.
Gubrak!
Sekuat tenaga ketiga murid yang ada dihadapan Siwon ini menahan diri agar tidak terjengkang kebelakang.
Ryeowook hanya bisa merutuki nasibnya saja. Dia sudah berbicara panjang lebar, tapi rupanya dia hanya diacuhkan.
"Kenapa banyak sekali yang mengacuhkanku hari iniiiii~"desis Ryeowook=_=.
"Ehh? Eheem! Jadi apa masalahmu Ryeowook-ssi"ujar Siwon sembari kembali memasang wajah berwibawanya. Malah membuat Ryeowook semakin terbakar kesal. Baru saja Ryeowook mau membuka mulutnya menjawab pertanyaan Siwon LAGI. Segera Siwon menyambung ucapannya.
"intinya, kalian harus berbagi ruangan dengan club bandrock. Bagaimana pun mereka juga berhak mendapat fasilitas yang sama. Mereka juga bayar disekolah ini. Lagipula ruangan itu milik bersama. Mana boleh kau hanya memakainya untuk klubmu sendiri"lanjut Siwon.
"aku bukannya tidak mau berbagi ruangan tapi dengan club band-"
"Sudahlah. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Lagipula apa susahnya berbagi dengan club yang hanya satu anggotanya"
"Akhh... gawaaatttt...~ o!"
Ryeowook berlari cepat menerobos jalanan yang mulai gelap. Ditangannya kini terdapat selembar tiket kecil. Sempat dia melirik kearah jam tangannya, kemudian berdecak kesal. Sungguh dia menyesal sudah menghabiskan waktunya untuk mengurusi club band itu. Karena itu sang namja imut hampir terlambat menonton pertunjukkan impiannya. Pertunjukkan Cho Kyuhyun pianis terkenal dikorea yang berkolaborsi dengan Kim Yoochun, seorang konduktor yang mendunia.
Begitu sampai didepan pintu loket tempat itu pertunjukan berlangsung, terlihat beberapa pria besar menjagai pintu masuk. Ryeowook dengan tergesa-gesa menerobos jagaan para pria besar itu sambil memberikan tiket miliknya. Para pria besar itu tentu saja memberi akses masuk pada Ryeowook.
Baru saja Ryeowook menyamankan diri ditempat duduk yang susah payah didapatnya, tepuk tangan sudah membahana. Ryeowok celingukan memandang sekitarnya. Dengan cepat dia menoleh ke arah panggung. Matanya membulat sempurna ketika melihat tirai sudah menutupi panggung. Pertunjukan sudah selesai.
Jgerrr!
Bagai ditimpa batu bata, kepalanya langsung berdenyut sakit. Bisa-bisanya dia terlambat untuk hal yang begini. Ryeowook mengacak rambutnya frustasi dan ikut berteriak bersama penonton lain. Bedanya teriakan Ryeowook bukan teriakan fans yang histeris melainkan teriakan orang frustasi.
"Aaaaaaaarggggghh!"
Orang yang ada disamping Ryeowook hanya menggeleng mendengar teriakan Ryeowook yang melengking.
"Ckckck…Semangat sekali kau…=.="desis orang disamping Ryeowook.
"Semangat? Apa itu 'semangat'?"ujar Ryeowook sarkatis dengan nada suara rendah. Ryeowook memasang wajah angker lalu menoleh dengan gerakan slow motion. Lagi-lagi matanya terbelalak lebar saat menyadari orang yang mengoloknya tadi adalah pemuda yang membuatnya terlambat.
"Kau si Kepala Besar!"tuding Ryeowook dengan suara yang nyaring. Jongwoon hanya mengorek-ngorek kuping karena merasa pekang dengan suara super milik Ryeowook.
TBC_
Anyeoong... saia bawa ff yaoi saya yang pertama. Udah setahun tapi ga pernah saia post, sekarang baru terwujud.
Harap Comment ya...
Karena katanya ff tentang tokoh asli itu melanggar aturan disini. Jadi saia pindah aja deh. Kayaknya chapter duanya akan saia post diblog saia deh. Kunjungi ya 'Thewi Choi Fanfiction'. Dadaaah!
