Ji Hansol merasa hidupnya akan jadi jauh lebih mudah bila ia membenci adik angkatnya.

Tapi tidak. Entah dirinya yang terlalu baik, atau adik angkatnya yang terlalu baik sehingga sulit dibenci, Hansol sama sekali tidak membenci adik angkatnya. Ia malah menyayanginya, sangat. Meskipun adik angkatnya itu lebih sering membuatnya sedih dan tertekan daripada bahagia.

Sejak 18 tahun yang lalu, ketika ia diadopsi oleh keluarga Lee, Hansol tidak pernah lagi dikenal sebagai dirinya sendiri. Ia selalu dikenal sebagai Lee Hansol, kakak angkat dari Lee Taeyong, putra keluarga Lee yang sempurna. Nama Lee Taeyong selalu mengikutinya kemanapun ia pergi, orang-orang selalu menatapnya, berbisik-bisik tentangnya, semua karena ia merupakan kakak angkat dari Lee Taeyong. Kebanyakkan orang mendekatinya bukan karena mereka memang benar-benar tulus ingin berteman dengannya, tapi karena sebenarnya mereka ingin bisa berteman dengan Taeyong. Mereka mendekati Hansol, lalu menggunakannya sebagai alat untuk mendekati Taeyong.

Selain itu, semua orang selalu membanding-bandingkannya dengan sosok adik angkatnya itu. Mulai dari prestasinya dalam bidang akademik, prestasinya dalam bidang olahraga, prestasinya dalam bidang musik, sampai wajahnya pun selalu dibanding-bandingkan dengan Taeyong. Hansol muak, dan karena itulah ketika ia lulus SMA, ia memilih untuk mendaftar di universitas yang berada di provinsi Gyeonggi, dan bukannya Seoul. Ketika hari pengumuman tiba dan diumumkan bahwa Hansol diterima di universitas tersebut, ia langsung meminta orangtua angkatnya untuk menyewakannya satu kamar di apartemen yang berada dekat dengan universitasnya, dan untungnya orangtua angkatnya itu langsung setuju.

Hansol butuh untuk hidup tanpa Taeyong. Hansol butuh hidup tanpa bayang-bayang Taeyong.

Selama satu tahun, Hansol hidup dengan tenang tanpa seorangpun yang membanding-bandingkannya dengan Taeyong. Semua teman-temannya tulus ingin berteman dengannya karena ia adalah Hansol, bukan karena ia adalah Lee Hansol, kakak dari Lee Taeyong. Semua orang memberinya ucapan selamat untuk prestasinya, bukannya membanding-bandingkannya dengan prestasi adik angkatnya seperti biasanya. Hansol akhirnya merasa hidup, dan ia bahagia. Untuk pertama kalinya dalam 18 tahun, Hansol merasa bahagia.

Tapi semua itu tidak berlangsung lama.

Beberapa minggu setelah Taeyong lulus dari SMA, adik angkatnya itu tiba-tiba datang ke apartemen Hansol, membawa sebuah koper dan tas besar. Dengan senyum di bibirnya, Taeyong berkata dengan nada senang dan bersemangat, bahwa ia akan tinggal dengan Hansol mulai saat itu dan seterusnya, karena ia diterima di universitas yang sama dengan Hansol. Taeyong tampak begitu bahagia, sehingga Hansol pun mau tak mau ikut tersenyum, meskipun senyumnya merupakan senyum yang dipaksakan.

Mungkin Hansol memang ditakdirkan untuk hidup dalam bayang-bayang adik angkatnya.

Shadow

Johnny, Seo x Hansol, Ji

Romance, Hurt/Comfort

NCT, SM Rookies © SM Entertainment

"Hanya perasaanku saja atau memang jurusan kita menerima lebih banyak mahasiswa baru dibandingkan dengan tahun kemarin?"

Hansol hanya mengedikkan bahu. Ia bahkan tidak repot-repot untuk menatap lawan bicaranya, dan malah terfokus pada buku terbuka yang berada di tangannya.

"Hansol, ini masih awal semester, loh. Kenapa kau sudah sibuk dengan buku saja, sih? Santailah sedikit. Lagipula, mau kau membaca buku sampai mabuk pun, kau tak akan pernah bisa mengalahkan si genius Moon Taeil. Bocah itu kan seperti ensiklopedia berjalan, coba saja kau tanyakan pertanyaan random seperti kapan alien akan menginvasi bumi, ia pasti akan memberimu penjelasan lengkap tentang alien dan bagaimana pendapatnya tentang alien yang menginvasi bumi. Dia sepintar itu, Sol! Tidak ada pertanyaan yang tidak bisa ia jawab."

"Aku yakin ada satu pertanyaan yang tidak bisa ia jawab."

"Apa?"

"Kapan Nakamoto Yuta bisa mengupgrade otaknya sehingga ia bisa jadi agak pintar sedikit."

"Sialan. Kau kira otakku ini software?"

Hansol hanya terkekeh, sebelum ia kembali fokus pada bukunya, membiarkan Yuta mendumel sendiri. Saat ini keduanya tengah berada di atap gedung universitas, menikmati angin segar sambil diam-diam mengamati kesibukkan para mahasiswa baru di bawah sana. Yang terakhir disebutkan merupakan aktifitas khusus untuk Yuta, karena Hansol terlalu sibuk dengan bukunya.

Nakamoto Yuta, yang biasa dipanggil Yuta oleh teman-temannya itu merupakan sahabat Hansol sejak ia menjadi mahasiswa baru di universitas tempatnya belajar sekarang. Keduanya mengambil jurusan yang sama, memiliki jadwal yang hampir sama, dan juga sering tak sengaja duduk di samping satu sama lain. Karena itulah mereka dapat menjalin pertemanan, dan menjadi sangat dekat seperti sekarang. Bahkan teman-teman satu jurusan mereka menjuluki mereka sebagai si kembar, karena kemana-mana selalu bersama dan memang paras keduanya kadang bisa terlihat cukup mirip, apalagi kalau Hansol kembali mewarnai rambutnya dengan warna cokelat yang senada dengan warna rambut Yuta seperti beberapa bulan yang lalu.

Yuta itu mudah bergaul, humoris, dan sangat santai dalam masalah pelajaran. Berbanding terbalik dengan Hansol yang selalu canggung dengan orang baru, kalau melucu ujung-ujungnya pasti tidak akan pernah lucu, dan selalu serius dalam masalah pelajaran. Keduanya begitu berbeda, dan kadang orang-orang heran kenapa mereka bisa lengket seperti perangko begitu. Dan setiap ada orang yang bertanya kenapa Hansol dan Yuta bisa sangat dekat padahal keduanya memiliki sifat yang sangat-sangat berbeda, Yutalah yang akan menjawab dengan jawaban andalannya.

"Perbedaan diantara kamilah yang membuat kami dekat seperti ini. Karena kami benar-benar berbeda, kami jadi mengisi kekurangan satu sama lain. Ketika Hansol terlalu serius dengan pelajaran, akulah yang akan mengingatkan Hansol untuk beristirahat sebentar dan bermain bersamaku. Ketika aku terlalu santai, Hansol yang akan menarik telingaku, memaksaku untuk belajar. Kami saling melengkapi, makanya kami dekat."

Dan Yuta akan sukses mendapatkan pukulan di lengannya setelah mengatakan hal tersebut, hadiah dari Hansol karena telah mengatakan sesuatu yang memalukan dan cheesy seperti itu.

Kasihan Yuta, padahal dia serius.

Tiba-tiba terdengar dering nyaring yang berasal dari ponsel Hansol, mengganggu keheningan diantara sepasang sahabat itu, dan juga mengganggu kegiatan Hansol yang tengah fokus membaca buku.

Hansol menghela napasnya, kesal karena diganggu ketika ia sedang sangat serius dengan bukunya itu. Tapi ia tetap saja meraih ponselnya, dan Hansol menghela napas sekali lagi ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dan helaan napas Hansol sukses membuat Yuta mengangkat alisnya heran, penasaran dengan alasan dibalik helaan napas itu.

"Halo?"

"Hansol hyung, hyung dimana?"

"Kenapa kau bisa meneleponku, Tae? Memangnya acara mahasiswa baru sudah selesai?"

"Kan aku yang bertanya duluan, kenapa hyung malah bertanya balik?" Meskipun ia tidak sedang bertatapan muka dengan lawan bicaranya, Hansol tahu adik angkatnya itu pasti sedang mengerucutkan bibirnya di sana, sebal dengan Hansol yang malah bertanya balik dan bukannya menjawab pertanyaannya. "Iya, acaranya sudah selesai. Sekarang aku sedang di area kantinnya, hyung. Aku lapar, tapi aku lupa bawa uang tadi pagi."

"Jadi maksudmu kau meneleponku karena kau ingin meminta uang dariku, begitu?"

"Betul sekali! Hyungku ini memang pintar sekali," Hansol dapat mendengar tawa Taeyong di ujung sana. "Aku tunggu di kantin ya hyung!"

"Ya Lee Taeyong!" Hansol berseru ketika Taeyong memutus sambungan tanpa menunggu balasan apapun dari Hansol. Adiknya itu memang benar-benar.

"Siapa, Sol?"

"Adikku."

"Hah? Kau punya adik?"

Sial. Hansol lupa bahwa ia belum pernah menceritakan tentang Taeyong sama sekali pada Yuta. Ia terlalu asyik dengan hidup bahagianya sampai ia lupa menceritakan sumber masalah di hidupnya itu pada Yuta.

"Aku akan menjelaskan semuanya, tapi tidak sekarang. Aku harus buru-buru ke kantin untuk memberikan uang untuk adikku. Ia sedang lapar, tapi ia tidak bawa uang sama sekali."

Hansol memasukkan buku yang tadi dibacanya ke dalam tas punggungnya, lalu bangkit dari duduknya. Yuta yang melihatnya buru-buru bangkit juga, sesuatu yang sudah diduga Hansol karena tak mungkin Yuta mau ditinggal kalau ia sedang penasaran.

Dan Yuta sekarang pasti sedang penasaran sekali dengan sosok adik Hansol yang baru ia ketahui keberadaannya, karena selama satu tahun ia dan Hansol berteman, tidak pernah sekalipun Hansol menyebutkan bahwa ia memiliki seorang adik. Padahal Yuta sudah sering sekali bercerita tentang kakak dan adik perempuannya pada Hansol.

"Hansol, aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus menceritakan semua tentang adikmu ini padaku."

Hansol hanya menganggukan kepalanya, tanda bahwa ia berjanji akan menceritakan segalanya pada Yuta. Lagipula Hansol memang merasa bahwa ia harus menceritakan segalanya. Bukan hanya tentang adiknya, tapi juga tentang bagaimana ia selalu hidup di dalam bayang-bayang sang adik, semua rasa frustasinya. Hansol sudah lelah menyimpan semuanya sendirian, tapi ia tidak pernah punya kesempatan untuk menceritakannya pada orang lain, karena Hansol tidak pernah mempunya seorang teman yang benar-benar tulus berteman dengannya sebelum ini. Satu-satunya orang yang benar-benar baik padanya dan merupakan teman terdekatnya adalah Taeyong, dan tidak mungkin ia menceritakan semua rasa frustasinya kepada orang yang menyebabkan rasa frustasi itu, kan?

Tapi sekarang Hansol punya Yuta.

Dan Hansol tahu Yuta tulus berteman dengannya.

Ia juga tahu kalau Yuta bisa dipercaya.

Hansol sudah senang dengan kemungkinan bahwa akhirnya ia bisa bercerita pada seseorang, tapi ditengah-tengah perjalanannya menuju kantin dengan Yuta yang berjalan di sebelahnya, tiba-tiba ada rasa takut yang muncul dalam hatinya.

Bagaimana kalau setelah Yuta bertemu dengan Taeyong, ia memutuskan kalau Taeyong lebih menyenangkan untuk dijadikan teman dibandingkan aku? Semua orang selalu lebih senang berteman dengan Taeyong. Ia lebih menyenangkan, lebih enak diajak mengobrol.

Bagaimana kalau Yuta meninggalkanku karena ia lebih ingin bersahabat dengan Taeyong?

To Be Continued.


Ini… apa? :')

Jadi, tadi pas saya lagi nulis chapter duanya Soul City, bukannya dapet ide buat scene selanjutnya, saya malah dapet ide buat fanfic baru. Dan ini fanfic barunya. Awalnya saya mau bikin ini Jaeyong juga, tapi kok kayaknya nggak pas aja. Dan karena pair favorit kedua saya di NCT itu Johnsol, saya mutusin buat bikin fanfic ini dengan pair Johnsol yay. Apalagi setelah ngeliat kalo di ffn ini ngga ada satupun fanfic yang bener-bener fokus ke Johnsol sebagai main couplenya, makin pengenlah saya bikin fanfic ini dengan Johnsol sebagai main couple, dan Hansol sebagai main focusnya.

Emang selain Jaeyong, pair favorit saya di NCT itu Johnsol. Suka aja ngeliat twin towers itu kalo udah bareng, apalagi momen mereka berdua di NCT Life in Bangkok yang waktu Johnny langsung ngangkat Hansol pas dia nyampe di kamar hotelnya lol.

Ya sekarang sih saya cuma bisa berdoa semoga SM ngga bakal misahin Johnsol. Saya udah sedih banget pas SM misahin Yusol, masa Johnsol juga.

Anggep aja ini baru prolog, ya, belum chapter satu. Nanti chapter satunya diusahain lebih panjang dari ini, doain aja.

Dan karena I'm basically a Jaeyong trash, di fanfic ini pasti tetep akan ada Jaeyong kok, pairing NCT lain juga akan ada. Tapi cuma Jaeyong aja yang jadi secondary couple, karena pairing yang lain bakal jadi slight aja.

Thankyou for reading!