Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
Warning: Era Teiko, Friendship, Typo (s).
Summary: Kise sakit, padahal tim basket Teiko akan ada pertandingan penting seminggu lagi. Tetsuya dengan percaya diri mengatakan akan bertanggung jawab atas kesembuhan Kise dan menjamin si pirang akan ikut bertanding.
.
.
"Kau ini memang bodoh sekali, Kise! Bukannya aku peduli, nanodayo. Kau harusnya lebih menjaga kesehatanmu. Kau tahu sendiri kita ada pertandingan penting seminggu lagi." Si hijau ganteng berkacamata memalingkan muka, membetulkan letak kacamata di tulang hidung.
"Kau jahat sekali, Midorima-cchi. Malah mangataiku bodoh disaat menjengukku-ssu." Si pirang cemberut sok lucu. Padahal tidak ada lucu-lucunya sedkit pun di mata rekan-rekan tim basketnya yang saat ini sedang menjenguk di rumah Kise. Muka memerah karena demam dipadukan dengan bibir bebek suk imut, Aomine berjengit melihatnya.
"Kau ini jangan memasang muka seperti itu, Kise! Sehat atau pun sedang sakit, kau ini selalu merepotkan." Si remang nan seksi pemilik tehnik basket jalanan mengkritik sikap Kise. Selalu.
"Arara~~~ jadi berisik sekali,"si titan mungil berambut ungu sebahu merasa terganggu. Mulutnya tak henti-henti mengunyah maibo. "Kata dokter, Kise-chin sakit apa?"
Kalau saja tidak sedang sakit dan merasa lemas, rasanya Kise akan bangkit dari tempat tidur dan memeluk Murasakibara saking terharunya. Dari semua makhluk-makhluk berwarna-warni yang memenuhi kamarnya ini, baru Mursakibara yang menanyakan keadaan Kise.
"Kata dokter yang kemarin memeriksaku, aku sakit Thypus-ssu. Terima kasih sudah perhatian padaku, Murasakibara-cchi." Aomine Daiki dan Midorima Shintarou sukses memutar mata bosan melihat air mata buaya si pirang.
"Hm-hm, "mengangguk-anggukan kepala pelan, membuat remah-remah makanan ringan berjatuhan di karpet biru muda di kamar Kise. Tak heran, semua makhluk yang ada di kamar itu tahu obsesi aneh Kise pada pemain bayangan mereka, Kuroko Tetsuya yang sejak tadi hanya duduk terdiam di samping Akashi Seijuurou. "Kise-chin harus lekas sembuh dan ikut bertanding. Kalau Kise-chin tak ikut, nanti Kise-chin tidak bisa membelikanku es krim setelah bertanding."
Kise urung untuk menomorduakan si titan ungu sebagai teman tim terbaik. Nomor satu tetap Kise labelkan pada Kuroko Tetsuya, omong-omong.
"Kise-kun seperti bukan orang Jepang saja bisa sakit Thypus." Semua menolehkan pada si pemilik suara halus bernada triplek. Kuroko-cchi tetap teman nomor satu senylekit apapun kalimat yang ia katakan. Iya, Kise dan obsesi anehnya pada Kuroko.
"Kuroko-cchi…, tega sekali padaku-ssu." Lagi, air mata buaya mengalir deras. Membuat Aomine mati-matian menahan diri untuk tidak melemparkan bantal di muka Kise. Kalau saja Aomine tak lupa Kise sedang sakit, pasti akan ia lakukan niat mulianya untuk menghentikan tangis palsu Kise.
"Sistem imunmu menurun karena kau terlalu lelah, kurang istirahat, dan makan sesuatu yang tak terjamin kebersihannya, nanodayo." Lagi-lagi membetulkan letak kacamata berbingkai hitam, "Bukannya aku peduli padamu atau apa, Kise. Hanya saja kau tak menyangka kau ini selain ceroboh, juga hidupmu tak sehat, nanodayo." Sangat-sangat tidak menghibur seseorang yang sedang sakit yang sangat menginginkan mendapatkan kata-kata pendukung moril.
"Sudah-sudah. Kira-kira kapan kau akan pulih, Ryouta?" Akhirnya suara tegas sang kapten terdengar.
"Entahlah. Tapi kata dokter yang memeriksaku-ssu, kalau aku rajin minum obat, istirahat total, tiga atau lima hari lagi aku bisa sembuh, Akashi-cchi.'
"Oi, oi! Akashi, kau masih mengharapkan si berisik ini ikut dalam pertandingan kita seminggu lagi?" Aomine tak ada segan-segannya langsung menunjuk hidung Kise.
"Meski Kise sembuh, tapi dia belum pulih benar, nanodayo. Yang ada dia bisa menghambat kita, Akashi." Seakan premaja pirang tak ada di sana, Midorima bicara blak-blakan.
"Yang dikatakan Mine-chin dan Mido-chin benar, Aka-chin." Suara malas terdengar diseret-seret ikut-ikutan menancapkan belati karatan tak kasat mata di hati Kise. "Kapal kita akan karam nanti. Meski aku menyayangkan kalau Kise-chin tak ikut dia tak mentraktirku es krim, tapi aku lebih tidak suka kalah."
"Kalian ini jahat sekali," meremas gemas selimut tak bersalah yang menutup setengah tubuhnya, muka Kise semakin memerah. Bibir bebek semakin cemberut, mata menyipit semakin deras mengeluarkan air mata bawang. "Kenapa bisa aku tahan berteman dengan kalian-ssu."
"Itu kalimatku!" Si remang memekik.
"Itu kalimatku, nanodayo!" Si hijau ganteng ikut-ikutan.
"Ano…, Aomine-kun, Midorima-kun." Yang merasa punya nama keluarga yang disebutkan tadi menolehkan kepala ke arah remaja pria berparas imut. "Aku akan menyembuhkan Kise-kun dan menjamin Kise-kun segera pulih dalam beberapa hari ini."
Mata lentik sang Ikemen melebar dan berkaca-kaca menatap objek yang jadi obsesinya. "Kuroko-cchi…."
"Kau serius, Tetsuya?"
Yang dipanggil menoleh ke samping, menganggukkan kepala, meyakinkan sang kapten berambut merah semerah kulit buah naga. "Aku serius, Akashi-kun. Aku tahu obat yang bisa menurukan demam Kise-kun dengan cepat tanpa efek samping." Tetsuya menampilkan garis senyum dan sorot mata aneh.
Hampir semua yang mengenal pemain yang kadang tak kasat mata di lapangan itu bergidik melihat binar-binar aneh di mata bulat besar berwarna biru muda. Ditambah lagi senyum itu. Tak wajar. Akashi sendiri merasakan ada yang tak wajar kalau sorot mata aneh, senyum yang jarang menampakkan diri muncul di muka manis namun miskin emosi milik Tetsuya. Tapi Ryouta yang sudah sangat bahagia karena Kuroko-cchi memperhatikannya, tak melihat ketidakwajaran itu.
Sejak kunjungan ramai-ramai makhluk warna-wani aneh namun tak bisa dipungkiri kalau semuanya seksi-seksi dan ganteng tersebut (kecuali Tetsuya yang ganteng sekaligus imut luar biasa), Kuroko Tetsuya, setiap pagi mau berangkat sekolah atau sore sepulang latihan, menyempatkan diri menjenguk Kise Ryouta sambil membawa sebotol berukuran sedang air berwarna kuning kecoklatan bersuhu hangat-hangat kuku.
Mengatakan kalau itu ramuan khusus yang ia buat sendiri demi kesembuhan Kise-kun. Kise yang awalnya sangat meragukan cairan yang kata Kuroko-cchi ini ramuan obat herbal, merasa takjub sendiri kalau rasa obat yang masih misterius itu tak seabsurd yang ia kira. Memang sedikit tak wajar dan terasa asing di indera perasanya, tapi ada rasa manis yang enak dikecap lidah. Sekali minum, botol yang dibawa Tetsuya telah kosong.
Tanpa sepengetahuan Kise, Kuroko menyeringai penuh misterius. Terkadang menekan erat perutnya, menahan tawa yang hampir lepas ia tahan.
Memang benar-benar ajaib ramuan herbal yang dibuat Kuroko. Tiga hari sebelum pertandingan, Kise masuk sekolah. Mengejutkan string satu dengan suara kelewat cerianya. Semakin sering menempel pada Kuroko yang sudah Kise anggap sebagai malaikat penyelawat nyawanya. Berlatih seperti sediakala seakan tak mengalami sakit kemarin-kemarinnya.
Pemain-pemain luar biasa yang dijuluki Kiseki no Sedai penasaran, tentu saja. Menanyakan ramuan ajaib pada si pembuat, namun Kuroko berjanji akan mengatakannya kalau pertandingan mereka usai nanti.
Tak hanya Kise yang kelewat ceria karena bisa ikut bertanding bersama yang lain, terutama bersama malaikat penyelamat nyawanya, Kuroko-cchi. Murasakibara juga lebih ceria karena akan dapat traktiran es krim dari Kise seperi biasa.
Pertandingan telah usai. Tim basket Teiko dengan starter para Kiseki no Sedai dengan sangat sukses menenggelamkan kapal lawan dengan skor yang sangat mencengangkan. Minus Kise yang diminta Kuroko membeli minuman isotonik di mesin penjual otomatis, mereka berkumpul di ruang ganti menagih janji rahasia formula herbal ajaib dari Kuroko.
Kuroko dengan jari telunjuk menggaruk pipinya ditatap sedemikian lekat. "Kalian menatapku seolah ada kepala lain di leherku. Mengerikan."
"Karena itu cepat katakan, apa rahasia obat ajaibmu itu, Kuroko. Bukannya aku penasaran, hanya saja bisa jadi referensi yang bagus untukku yang ingin jadi dokter, nanodayo."
"Cepat katakan, Tetsu!"
"Katakan, Tetsuya."
Murasakibara hanya menatap tajam sambil mengunyah keripik kentang.
Tanpa menjawab desakan mereka, Kuroko malah membalikkan badan dan melangkahkan kaki ke lokernya. Mengambil sesuatu dalam kotak plastik berwarna merah, membuka isinya dan memperlihatkan isinya pada empat makhluk berwarna rambut berbeda.
Seperti dugaannya, mereka yang melihat isi kotak yang ia bawa terlihat syok. Bahkan Akashi yang biasanya terlihat paling tenang pun sekarang tak bisa mencegah muka gantengnya bersanding dengan ekspresi cengok. Mata hijau si hijau ganteng di balik lensa kacamata melotot lebar. Muka bodohnya tak bisa ditutupi dengan ketsunderean yang melekat pada dirinya. Murasakibara syok, sampai-sampai menjatuhkan kekasih berwujud keripik kentang. Aomine melotot dengan mulut menganga lebar.
"Astaga, Tetsuya." Akashi berdehem keren mengembalikan imej gantengnya. Masih melihat makhluk-makhluk panjang berwarna merah kecoklatan yang saling tumpang tindih dan meliuk-liuk tak beraturan.
"Aku memang pernah dengar ayahku mengatakan kalau cacing tanah obat yang manjur untuk demam dan sakit Thypus, nanodayo. Tapi tetap saja aku tak menyangka kau akan melakukannya dan memberikan pada Kise yang pobhia cacing, nanodayo." Deheman seksi lagi-lagi terdengar di ruang ganti tersebut.
"Tentu saja Kise-kun tak tahu, Midorima-kun." Kuroko menyeringai. Hampir semua makhluk ganteng di sana bergidik, lagi.
"Bagaimana caranya, Kuro-chin?" Oh, ternyata si bayi titan sangat penasaran.
"Aku mencari makhluk-makhluk ini di bukit belakang sekolah. Aku meminjam ruang praktek memasak untuk merebus cacing-cacing ini. Aku rebus bersama dengan kunyit yang kudapat dari bibiku yang baru saja pulang dari liburannya di Bali, omong-omong. Kemudian aku saring, kuambil airnya dan kutambahkan madu. Lalu kuantarkan ke Kise-kun sepulang latihan." Mengambil napas beberapa kali. "Pagi-pagi sekali aku mencari beberapa ekor cacing di kebun nenekku di belakang rumah dan kuproses seperti biasa. Kise-kun menyukai obat herbal yang kubuat ini, asal kalian tahu," Kuroko terkekeh.
Tak ada yang tertawa. Mereka semua berpikir sama. Betapa mengerikannya pemain bayangan mareka. Midorima jadi bertanya-tanya, apa kalau dia yang jatuh sakit, Tetsuya akan membuat suatu ramuan dari bahan kucing, makhluk yang dia takuti. Aomine pun berjengit membayangkan Tetsuya memaksanya memakan lebah dengan alasan untuk menyembuhkannya. Murasakibara merengut membayangkan Kuro-chin menyita semua makanan ringan yang dia punya, melempar ke segerombolan burung gagak yang sangat berisik dengan alasan kudapan-kudapan tersebut buruk untuk kesehatannya. Bahkan Akashi sampai-sampai membayangkan Tetsuya akan mengurungnya bersama banyak anjing galak tak penurut di ruangan gelap dan sempit dengan alasan menghilangkan pobhia.
Kompak mereka mengusap wajah dan menatap segan pemuda manis di depan mereka.
"Ingatkan aku untuk tak menerima apapun darimu kalau aku sedang sakit, Kuroko." Ucap Aomine Daiki.
"Ha? Memang kenapa, Aomine-kun?" Memiringkan sedikit kepala. Terlihat sangat polos. Namun mereka semua tahu, Kuroko bisa sangat mengerikan.
"Apa jadinya kalau Kise sampat mengetahui obat yang kau buat, Kuroko."
"Kenapa dengan obat yang dibuat Kuroko-cchi, Midorima-cchi?" Tiba-tiba saja makhluk pirang yang jadi bahan gosipan mereka masuk ke ruang ganti. Dengan langkah lebar-lebar dan wajah ceria, si model pirang yang sudah pulih dari sakit mendekati Kuroko yang belum menutup kotak berisi cacing-cacing tanah di tangannya.
Bisa ditebak, Kise langsung menjerit histeris menyebabkan semua orang buru-buru menutup kedua telinga dengan kedua tangan. Naas untuk Kise, karena teriakannya tadi Kuroko yang buru-buru menutup kedua telinga dengan kedua tangan, menjatuhkan kotak berisi cacing-cacing tersebut.
Kise melompat ke atas kursi melihat cacing-cacing menjijikkan tersebut melata ke sana ke mari. Suara jeritan dan raung ketakutan Kise mengundang sumpah serapah dari Aomine dan Midorima.
.
.
END
.
.
Hiiii, geliiiiii. Bukan berarti aku takut sama cacing seperti Kise-kun, nanodayo. Hanya saja, makhluk-makhluk tersebut memang licin. Yak! Ide fic ini muncul ketika adik bungsuku sakit Thypus dan aku disuruh merebus cacing tanah sama ibu, Ingat aja aku udah geli ga karuan *melompat ke pelukan Shin-kun. Reaksi Kise kalau sampe tahu yang dia minum itu air cacing, reader terka sendiri aja ya, hehehe.
Terima kasih sudah mampir. Semoga menghibur.
.
.
Freyja Lawliet
