Merodine Vii Presented,

"Rainbow Treehouse"

Warning :

OOC, khayalan tingkat tinggi, misstypo, abal, gaje, de el el.

Disclaimer :

Vocaloid bukan milik Mvii dan Mvii bukan milik pemiliknya Vocaloid.

.

.

.

Teng teng teng! Lonceng tanda sekolah telah usai berbunyi disambut hela nafas lega siswa-siswinya. Tak terkecuali untuk siswi yang satu ini. Hatsune Miku.

Miku merupakan gadis yang tak terlalu cerdas namun unik dan kreatif. Sering remedial, kecuali pelajaran seni dan bahasa. Hanya saja ia tidak bisa bermain alat musik. Penggambaran karakternya sangat ramah, terkadang imut (?), dan periang. Ia cukup banyak memiliki teman dekat atas keramahan dan lelucon jenaka yang biasa ia lontarkan. Rambutnya biasa ia buat twintail dengan warna hijau toska, warna favoritnya.

"Miku, kau langsung pulang 'kan?" Tegur sahabat Miku yang juga sekelas dengannya. SeeU, siswi asal Seoul yang ngefans pada SNSD.

"Entahlah," Miku menyandarkan dirinya di sandaran kursi. "aku sepertinya ingin berkeliling sebentar."

"Ke mall?!" SeeU menebak dengan semangat karena ia sendiri sedang mau ke mall.

"Bosan," Miku menopang dagunya. "aku ingin ke tempat yang segar, tanpa ada kebisingan yang aneh-aneh dan keramaian yang monoton," senyumnya.

"Ah!," SeeU menjentikan jarinya. "ke hutan di bukit belakang sekolah saja! Di sana katanya asyik, lho!"

"Ide bagus!," Miku melompat dari kursinya. "kau mau menemaniku 'kan, SeeU?!" Ajak Miku dengan semangatnya. SeeU menggeleng.

"Aku mau shopping." SeeU membuat senyumnya seperti senyum kucing.

"Hah... Tak heran," Miku menggeleng-geleng. SeeU tertawa pelan pada Miku, "Lain kali akan ku temani kau ke sana. Sekalian kita... Ngedate," SeeU menggoda Miku.

"Ngaco," Miku menjitak SeeU. "aku masih normal."

"Hihihi... Kidding," SeeU mengelus kepalanya sendiri. "yaudah deh, aku duluan, ya?"

"Sip! Jaa nee!" Miku melambaikan tangannya pada SeeU yang sudah berlari sambil melambai juga. "Nah, lebih baik aku pergi sekarang sebelum terlalu gelap." Miku merapihkan poni dan posisi tasnya lalu pergi dari kelasnya.

Tibalah Miku di hutan yang dimaksudkan oleh SeeU. Keadaan di sana sangat sepi, tapi itulah yang memang diinginkan oleh Miku. Angin sepoi-sepoi dan suara burung yang saling bersahutan. Belum lagi udara yang bebas dari asap kendaraan dan warna hijau yang mendominasi sejauh mata Miku memandang. Itulah yang memang Miku inginkan.

"Hah... Tak percuma aku datang ke sini! Inilah yang ku cari! Yeay!" Miku berlari kencang bersama angin yang berhembus membelai dirinya.

"Ruuf! Ruuf!" Miku menemukan seekor anjing yang menggonggong kepadanya seakan mengajak Miku bicara. Miku menghentikan langkahnya.

"Kau ada perlu denganku, anjing manis?" Tanya Miku dengan gemas.

"Ruuf!" Anjing itu menggonggong lagi tapi kemudian langsung berlari ke arah sebuah semak belukar. Miku iseng dan mengikuti kemana anjing itu berlari. Tapi, tiba-tiba Miku terpeleset karena di balik semak itu ada turunan yang landai. Miku pun terjatuh.

"Kyaaa!" Miku menjerit.

Gusrak!

"A-aduh..." Miku mengaduh sambil mengelus-elus bokongnya yang sakit. Ia mendapati roknya telah kotor oleh lumpur. "Yaaah... Gimana aku pulangnya, nih?" Gumam Miku sedih.

"Ruuf!" Sekali lagi terdengar anjing itu memanggil Miku. Miku menengok ke depan dan terkejut.

"W-waaah..." Miku terkagum-kagum. Di depannya terdapat sebuah rumah pohon yang berada di tengah-tengah pepohonan yang melingkarinya. "Aku bisa menjadikannya tempat persembunyianku, nih!" Miku bersorak. Ia buru-buru menaiki tangga yang menuju ke rumah pohon itu dan membuka pintunya. Di dalam rumah pohon tersebut kosong, tak ada isinya sama sekali. Memang agak kotor, tapi Miku yakin ia bisa membersihkannya nanti.

"Yeaaay!" Sekali lagi Miku bersorak hingga membangunkan burung-burung yang sedang tertidur di hutan itu.

.

.

.

Esoknya, Miku langsung menceritakan pada SeeU mengenai rumah pohon yang Miku temukan. SeeU tak begitu antusias mendengarkannya. Malah ia heran dengan Miku yang repot-repot membawa alat bersih-bersih dari rumah.

"Jadi... Itu alasanmu membawa begitu banyak alat bersih-bersih, huh?" SeeU berkacak pinggang. Miku mengangguk dengan semangatnya, "Demi rumah pohonku! Hihihi," Miku nyengir.

SeeU menghela nafas. "Well, well, aku pikir kau butuh bantuanku, benar 'kan?" Miku menjentikan jarinya, "Tepat!"

"Baiklah, aku pingin sekali-sekali melihat seperti apa rumah pohon itu. Hihihi..." SeeU tersenyum pada sahabatnya.

"Nah, makasih sahabat terbaikku!" Miku memeluk SeeU.

"Tapi nanti kita ngedate ya di rumah pohonmu. 'Kan tempatnya pasti romantis tuh!" Ajak SeeU. Miku kembali menjitak SeeU, "Aku normal, baka."

"Ahahaha..." SeeU memang senang sekali menggoda Miku seperti itu.

Dan seperti janji, Miku dan SeeU menuju ke rumah pohon yang Miku maksud. Tapi, rupanya Miku lupa kalau ada turunan terjal di balik semak yang menuju ke rumah pohonnya, dan akhirnya, ...

Gusrak!

"A-aduh... Aku lupa ada turunan terjal di situ..." Miku mengelus-elus bokongnya, begitu pun SeeU.

"Tapi," SeeU menjeda kalimatnya sambil menelan ludah, "ini jauh lebih indah daripada apa yang ada di pikiranku..." Gumamnya kagum.

Dua detik kemudian keduanya saling bertatap sambil nyengir. Miku melepas seragamnya dan menyisakan hot pant serta tank top. SeeU pun demikian. Miku mengambil sapu sementara SeeU menggenggam kemoceng.

"Waktunya bekerjaaa!" Keduanya bersorak dan kembali membangunkan seluruh burung yang sedang terlelap di sekitarnya.

Hingga setengah jam kemudian keduanya terduduk capek di bawah rumah pohonnya. Baik Miku maupun SeeU sama-sama tersenyum puas sambil mengatur nafasnya setelah bersih-bersih barusan.

Miku menengok ke atas. "Tinggal rumah pohonnya saja... Hihihi," ia menyeka keringatnya.

"Hem," SeeU menaruh tangannya di dagu, "bagaimana dengan penerangannya? Jelas malam nanti akan sangat gelap 'kan?"

"Benar juga... Harusnya aku membawa lampu petromak ke sini," gumam Miku.

"Ya sudah, sekarang kita bersihkan saja dulu rumah pohonnya. Lusa 'kan libur, kita menginap saja di sini, bagaimana?" Usul SeeU.

"Ide bagus!" Seru Miku, "Aku akan bawa banyak snack dan minuman untuk kita habiskan sepanjang malam!"

"Lalu, kita akan kencan sampai pagi!" SeeU langsung mendapat jitakan dari Miku, "Jangan sembarangan, SeeU. Ku ikat kau besok malam kalau berani macam-macam."

"Ahahaha..." Sekali lagi SeeU tertawa. Ia terlalu menyukai menggoda Miku seperti itu.

"Ngomong-ngomong," SeeU teringat roknya yang kotor karena lumpur, "kita baliknya gimana?"

"Aku sih mengikat jaketku di pinggang supaya noda lumpur di rokku tidak begitu kelihatan." Ucap Miku.

"Oh, iya! Hihihi..." SeeU menepuk jidatnya. Tiba-tiba, "Ruuf! Ruuf!"

"Ah, anjing yang kemarin!" Miku berseru dengan riangnya dan mendekati anjing itu.

"Itu anjing siapa, Miku?" Tanya SeeU.

"Ini anjing yang kemarin membuatku menemukan rumah pohon ini. Nampaknya, anjing ini adalah milik dari penghuni rumah pohon ini sebelumnya." Miku berasumsi.

"Berikan dia nama!" SeeU mengajukan usul begitu saja. Miku menatap mata anjing itu dalam-dalam.

"Siapa kira-kira namamu sebelumnya?" Gumam Miku. "Ruuf! Ruuf!" Anjing itu menggonggong.

"Namanya Ruuf, ia bilang!" SeeU lagi-lagi berseru asal. Miku menggeleng-geleng. Tapi, Ruuf juga bukan nama yang buruk menurut Miku.

"Baiklah, nama barumu adalah Ruuf mulai sekarang. Jadilah anjing yang baik, ya?" Miku mengelus-elus kepala anjing tersebut. Ruuf nampak senang dibegitukan oleh Miku.

"Nah, waktunya kita beres-beres rumah pohonnya. Hari sudah mulai gelap. Aku takut kita tersesat di hutan ini," SeeU mengambil kemocengnya kembali.

"Ok! Setelah itu kita pulang bersama!" Miku mengedipkan sebelah matanya. Mereka pun naik ke rumah pohon tersebut dan membersihkannya hingga tak ada satu debu pun yang menempel.

"Time to go home!" Miku meregangkan seluruh ototnya yang agak kaku. SeeU menunjuk Ruuf, "Ruuf gimana? Ditinggal di sini?"

Miku memiringkan kepalanya. "Mau bagaimana lagi, aku tidak boleh memelihara anjing di rumah. Besok kita kembali saja dengan makanan anjing agar Ruuf senang." Usul Miku. SeeU pun mengangguk.

"Dadah, Ruuf! Sampai besok!" Miku dan SeeU pun meninggalkan Ruuf di rumah pohon mereka.

Di perjalanan pulang, Miku terus berkhayal bagaimana ia nanti akan menghabiskan banyak waktu di rumah pohonnya. Ia akan belajar di sana, menghabiskan liburan musim panasnya di sana, dan bermain bersama Ruuf. Tapi, ia berpikir kalau akan sangat mubazir jika ia menikmati tempat seindah itu hanya sendirian saja.

"Hei, SeeU, bagaimana kalau kita mengajak teman kita yang lain untuk tinggal di rumah pohon kita?" Miku bertanya pada SeeU yang sedang membalas SMS ibunya.

"Ha?" SeeU menengok kikuk. "Eh, maksudku, boleh-boleh saja. Lagipula, itu 'kan rumah pohonmu." Jawab SeeU.

"Hem," Miku mengangguk pelan, "tapi, mau ajak siapa, ya?"

"Hei, aku duluan ya, Miku! Ibuku sudah menanti di samping Sunday Cafe, jadi aku tak bisa pulang bersamamu." SeeU tersenyum kecut pada Miku.

"Ya. Jangan lupa besok kita menginap di rumah pohon kita." Miku tersenyum pada SeeU.

"Ok! Bye bye, Miku!" SeeU pun berlari meninggalkan Miku. Kini hanya tinggal Miku sendiri berjalan menuju stasiun. Jarak rumah dan sekolahnya memang agak jauh jadi ia harus naik kereta.

Sepanjang perjalanan Miku terus berpikir bagaimana caranya agar rumah pohonnya bisa jadi meriah dan bahkan melebihi dari keramaian kota. Kian lama ia berpikir, kian mustahil ide itu di kepalanya. Tapi kian idenya terlihat mustahil, kian semangat pula Miku untuk bisa membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia mampu mewujudkan impiannya itu. Dan tanpa terasa kereta pun tiba.

.

.

.

Teng teng teng!

"C'mon, SeeU!" Miku berseru seraya lonceng tanda berakhirnya sekolah berbunyi. SeeU pun berdiri dari kursinya, tapi terlihat lesu, "Maaf, Miku. Aku sepertinya harus pulang dulu sebentar karena aku belum bawa barang-barangku. Nanti aku datang diantar oleh Ibuku. Nggak apa-apa 'kan?"

Miku mengangguk. "Pulanglah saja dulu, SeeU. Aku siap-siap sendiri, deh." Miku tersenyum kecil. Meski merasa tak enak, mau bagaimana lagi, SeeU tak bisa membantu Miku siap-siap.

"Kalau begitu, aku duluan ya, Miku? Dadah!" SeeU melambai dan meninggalkan Miku sendirian di ruang kelas. Pupus sudah harapan Miku untuk bersenang-senang. Tapi, setidaknya ia masih bersama Ruuf di sana nanti.

"Yah, mau diapain lagi? SeeU memang sering sibuk, sih..." Gumam Miku lesu. Begitu ia keluar dari kelasnya, ia menangkap sepasang murid kembar yang sedang bertengkar. Miku agak kenal, tapi tak begitu dekat. Mereka adalah Kagamine Rin dan Kagamine Len.

"Kau egois, Rin! Sudah ah, aku bosan bicara denganmu!" Si kembar laki-laki meninggalkan saudaranya begitu saja.

"Len!" Rin menjerit memanggil nama Len tapi sang pemilik nama enggan tuk berbalik. Merasa kasihan, Miku pun mendekati Rin.

"Hai, ng, sorry," Miku merasa canggung. Rin berbalik dengan mata sembab. "Y-yah, jangan nangis, dong. Ng, mau ikut aku nggak?"

Rin menghapus airmatanya. "Ke mana?" Rin bertanya dengan suara serak.

"Rumah pohonku. Tempatnya enak, deh, dijamin kamu bisa melupakan masalahmu di sana." Miku membujuk Rin.

"I-ikut dong..." Rin menyeka habis airmatanya, "aku malas pulang ke rumah dan bertengkar dengan Len lagi. Ia yang egois, huh."

Takut Rin tambah sedih, Miku tak menanyakan alasan Rin marah pada saudara kembarnya itu. "Well, yuk berangkat?" Ajak Miku.

"Baiklah," Rin menjawab dengan suaranya yang masih serak.

Dan, yak, Miku berhasil mengajak seorang lagi ke rumah pohonnya. Itu artinya, ia akan punya teman sampai SeeU akan datang ke rumah pohonnya nanti.

Sudah dua kali terpeleset, kini Miku sudah hafal jalanan menuju ke rumah pohonnya. Ia mengajak Rin turun pelan-pelan agar tak satupun dari mereka terpeleset. Sampai disana mereka langsung disambut oleh Ruuf.

"Ruuf! Ruuf!" Ruuf nampak bahagia sekali melihat Miku datang lagi ke rumah pohon.

"Hai, Ruuf! Aku bawa hadiah untukmu," Miku merogoh tasnya dan mengeluarkan sekantong makanan anjing. Miku membukanya dan membiarkan Ruuf makan dengan lahap. "wah, kau suka rupanya? Aku senang sekali! Hihihi..." Miku tertawa.

"Ini anjingmu?" Tanya Rin.

"Bukan, sih. Tapi, aku menyukainya jadi aku pelihara saja di sini. Habisnya aku tak boleh memelihara anjing di rumah, sih." Jawab Miku. Rin hanya ber-oh-ria.

"By the way, namamu siapa?" Tanya Rin. Miku menjitak dirinya sendiri karena lupa, "Namaku Hatsune Miku. Hihi... Maaf aku lupa tadi," ucap Miku. Rin mengangguk-angguk dan asal naik saja ke rumah pohon Miku.

"H-hei, rumah pohonnya masih kosong loh!" Miku menahan Rin. Rin menoleh pada Miku, "Cuma numpang bobok, boleh 'kan?" Rin memasang puppy eyes dan membuat Miku sweatdrop.

"Boleh, tapi aku pasangin kasur tidurku dulu, deh." Rin kembali naik begitu Miku mengizinkan. Setelah keduanya tiba di atas, Miku menggelar kasur lipatnya yang ia bawa sejak tadi pagi. Rin pun langsung tidur seenaknya. Pada akhirnya, Miku tetap sendirian sambil menunggu SeeU.

"Ah, mending aku tidur juga, deh." Miku menyandarkan dirinya di pojok ruangan dan ikut terlelap bersama Rin hingga petang.

.

.

.

"Hei, bangun, hei!" SeeU menggoyang-goyangkan tubuh Miku.

"He... Aku dimana?" Gumam Miku yang masih setengah sadar dari tidurnya, "Eh?! Rin mana?!" Miku menyadari di ruangan tersebut hanya ada SeeU.

"Gadis yang punya saudara kembar unyu-unyu itu? Dia ada di bawah dengan sepupuku, Teto." Jawab SeeU.

"Teto?," Miku baru saja bertanya tiba-tiba gadis berambut merah marun diikat dua masuk. "SeeU, anjing bernama Ruuf itu nakal! Ia membawa kabur rotiku!"

"Nah, itu yang bernama Teto." SeeU menunjuk gadis yang wajahnya sedang menunjukan rasa jengkel luar biasa, "dia memang begitu kalau rotinya diambil orang." sambung SeeU.

"Halo, Teto. Namaku Hatsune Miku, salam kenal." Miku berkenalan dengan Teto. Teto membuang muka, "Akan ku perkenalkan diriku jika kau sudah menghukum anjingmu itu," dengusnya. Miku sweatdrop.

"Seperti yang tadi ku bilang, dia akan selalu begitu kalau rotinya diambil," komentar SeeU. Rin masuk juga ke rumah pohon. Hanya Rin dan Miku yang masih mengenakan seragam.

"Aku pikir kalian mau menginap disini. Aku tak sengaja melihat seluruh perlengkapan kalian. Boleh aku bergabung?" Pinta Rin dengan amat sangat.

"Tapi, nanti kau dimarahi orangtuamu, Rin..." Miku menyentuh lengan Rin.

"Tak apa! Aku akan telepon orangtuaku malam ini dan bilang aku menginap di rumah temanku. Aku masih kesal pada Len! Hihihi..." Rin malah nyengir.

"Ya sudahlah, kau boleh bergabung." Miku tersenyum mengizinkan. Rin melompat kesenangan. Miku menoleh pada Teto, "dia juga ikut bergabung dengan kita, SeeU?"

SeeU mengangguk. "Kebetulan ia sedang berkunjung ke tempatku, jadi aku ajak saja ia ke sini. Tak apa 'kan, Miku?"

"Makin banyak makin seru!" Sorak Miku lalu tertawa diikuti tiga gadis lainnya.

Petualangan Miku di rumah pohonnya pun di mulai bersama SeeU, Rin, dan Teto. Apa sajakah yang akan terjadi selanjutnya? Jangan lupa baca update fic ini selanjutnya! Dadah!

.

.

.

-Behind the scene Rainbow Treehouse-

Failed Take 1

"Pas jatuh pertama sakit beneran, loh... Aduh..." Miku mengelus bokongnya. Author malah ngakak ngeliatnya. Bukannya bantuin atau prihatin malah diketawain. Kasihan ya Miku? Hahaha...

Failed Take 2

"Aku akan bawa banyak snack dan minuman untuk kita habiskan sepanjang malam!" Seru Miku.

"Lalu kita akan kencan sampai pagi!" SeeU langsung dijitak oleh Miku tapi karena kekencengan SeeU mengaduh, "Aduh! Pelanan dikit dong, Miku!" SeeU mengerucutkan bibirnya. Miku malah tertawa-tawa.

"Miku, jangan terlalu kencang saat menjitak SeeU." Tegur author.

"Maaf, thor. Aku terbawa suasana, seakan-akan Kaito atau Mikuo-nii yang mengajakku kencan. Malah kalau beneran mereka aku bakal jitak lebih kencang! Hahaha..." Miku tertawa lebar. Siap-siaplah saja Mikuo atau Kaito. Hahaha...

Failed Take 3

"Tak apa! Aku akan telepon orangtuaku malam ini dan bilang aku menginap di rumah temanku. Aku masih kesal pada Len! Hihihi..." Rin nyengir.

Tiba-tiba, "Lenny, jangan syediiih~!," terdengar suara lelembut yang samar-samar terdengar di kamera. Ternyata itu suara Kaito, Mikuo, dan Piko yang lagi ngeledekin Len yang lagi pundung. Hahaha...

Udahan dulu, ya, BTS nya? Hahaha... Dadaaah!

P.S : Review ya? :3