Hetalia - Axis Powers (c) Hidekaz Himaruya. Notes: OOC, typos, dan kesalahan lain; ditulis untuk ulang tahun presiden ketujuh indonesia. untuk teman-teman yang tidak suka beliau, jangan dibaca okeee~


.

.

Ketika jahe-jahe dipotong dadu, maka itu adalah untuk campuran teh pendamping sarapan.

Ketika kangkung bayam dipetiki dan tempe tahu mulai dicuci, maka itu pertanda untuk beliau beristirahat dan bersiap menyantap makan siang.

Itu kata Koki Istana.

Indonesia tahu karena ia akrab dengan Pak Koki yang sering menawarkan menu makan siang dan malam. "Nak Indonesia, mau makan siang pake apa? Pak Presiden pengen sayur bening sama tahu goreng. Nak Indonesia mau juga atau mau dibuatkan yang lain?" kata Pak Koki.

"Makan saya disamakan dengan Pak Presiden aja, Pak." Indonesia itu tidak neko-neko. Dia doyan apa saja selama Pak Koki yang buat. Kalau sarapan, Indonesia lebih suka ketoprak atau bubur ayam depan Istana. Kadang-kadang juga nasi uduk. Bahkan, kalau lagi malas makan, dia cuma makan lontong dan gorengan dagangan Mbah Jumi.

Tapi, hari ini, 21 Juni, Indonesia ingin Pak Koki memasak makanan spesial. Masakan yang berbeda dari hari-hari biasa.

"Bukan buat saya, Pak. Tapi untuk Pak Presiden," jelasnya.

"Pak Presiden?"

"Beliau ulang tahun hari ini. Bagaimana kalau dibuatkan nasi tumpeng? Lauknya ayam bakar lalapan sama tempe kering."

Pak Koki tepuk jidat. Astagfirulloh, bagaimana mungkin dirinya bisa lupa ulang tahun Pak Presiden, padahal sudah mengabdi menjadi juru masak pribadi semenjak Pak Presiden menjadi walikota Solo.

"Iya, Pak Koki buatkan. Nak Indonesia ke dalam saja, kerja lagi. Jangan kecewakan Pak Presiden. Mottonya beliau kan 'kerja, kerja, kerja'. Kalau kamu leha-leha, ntar kena slentik kamu."

"Siap, Pak Koki."

Malam harinya, di ruang makan Istana, Indonesia membantu Pak Koki menata nasi tumpengan untuk Pak Presiden. Menurut jadwal, Pak Presiden akan kembali pada pukul tujuh malam. Hari ini beliau melakukan kunjungan ke Papua untuk memantau persiapan Stadion Papua Bangkit untuk persiapan PON 2020. Indonesia senang sekali akhirnya Papua bisa menyelenggarakan acara besar seperti PON ini.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Pak Bos."

"Lho lho lho, apa ini? Kok pada bikin tumpengan?"

"Hehehe. Selamat ulang tahun Pak Bos." Indonesia menggaruk tengkuk, gugup. "Seharian ini, ulang tahun Bapak jadi trending topik di Twitter. Saya juga tidak mau kalah dengan masyarakat. Sebagai partner Bapak, yang setiap hari bertemu Bapak, saya juga mau memberi sesuatu untuk Bapak—yah, meski cuma bantu Pak Koki menata ayam bakarnya saja sih, Pak."

"Terima kasih, ya. Padahal didoakan saja, Bapak sudah senang. Ini pakai segala dibuatkan tumpengan. Adohhh. Jadi merepotkan Pak Koki, nggeh, Pak?"

"Ndak, Pak. Saya senang bisa m'bantu Nak Indonesia bikin s'lametan buat Bapak. Sugeng ambal warsa, Pakde. Mugi tansah pinaringan, kasihatan, kawilujengan, katentreman, kaberkahan lan kesejahteraan dumateng Allah SWT." Pak Koki menarik kursi, mempersilakan Presiden duduk. "Mari. Monggo dimakan, Pak."

Di hari spesial ini, Indonesia ikut makan nasi tumpeng bersama Pak Presiden dan Ibu negara. Indonesia bercerita macam-macam pada Pak Presiden, mulai dari Singapura yang baru saja memujinya 'keren' karena LRT dan MRT yang sudah beroperasi, hingga Bu Menteri keuangan yang marah karena lagi-lagi kena hoaks kas negara. Pak Presiden pasti sudah tahu sih dari staff kepresidenan, tapi 'kan kalau Indonesia yang cerita langsung, rasanya berbeda.

Kalau boleh jujur, Indonesia senang bisa berpartner dengan Pak Presiden. Meski belum bisa swasembada, meski belum bisa lepas dari hutang, dan masih ada berbagai permasalahan lain yang takkan selesai dalam waktu singkat, tanpa terasa—meski sedikit—dirinya perlahan membaik, terutama di bagian 'wajah'. Hehe. Indonesia bahkan sempat berpikir untuk tebar pesona pada Japan atau Netherland.

Oops.

"Hei, kenapa ketawa-ketawa sendiri?"

"Hehehe—Nggak, Pak, anu, itu, tanggal 17 Agustus besok, Bapak masih jadi Inspektur Upacara hari Kemedekaan saya, kan, Pak?"

[]


.

a/n: ini ngarang ya, saya nggak tau hari ini pak presiden jadwalnya ngapain aja. dan maaf kalo bang indo ooc banget /sungkem. 'wajah' disini, mngkn bisa diartikan sbg ... infrastruktur (?) . sila dikoreksi klo salah /v/

.


[]

"Nak Indonesia, ada WA dari dek Solo."

"Iya, Pak."

Indonesia membuka ponselnya. Sesaat setelahnya, matanya membulat sempurna.

[Mas, bilangin Bapak.

Ojolali ... Jajane. *emoticon nangis ngakak* wekawekaweka]