Luka

Cardfight! Vanguard (c) Bushiroad. Itou Akira.
Fanfic by Ratu Galau

.

.

.

Sakit, bukan?

Ketika kau memandangnya dengan penuh kekaguman, membuncahkan rasa di dada. Tapi dia tak menengok balik padamu?

Sendou Aichi terduduk, meringkuk. Menenggelamkan kepalanya, seolah kilasan tatap dari kristal mungil berwarna hijau itu dapat dihindari.

.

.

Sakit, bukan?

Ketika kau berusaha mendekatinya dengan seluruh yang kaubisa. Berbicara seriang mungkin, memoles senyum termanis, melumuri pipi dengan rona tipis-tipis. Tapi dia tak memandangmu lebih. Hanya ekor matanya yang menangkap sosokmu.

Entah. Entah. Entah. Mengapa dada ini begitu sakit. Mengapa hati ini seolah tersayat. Bukankah Sendou Aichi masih tersenyum, menit lalu? Mengapa sekarang wajahnya muram? Gelap.

.

.

Sakit, bukan?

Kau dekat dengannya. Kau berada di sampingnya. Kau berada di posisi paling membahagiakan. Lantas apa lagi yang kurang? Mengapa kau begitu egois?

Kebahagiaan semu, kautahu?

.

.

Sakit, bukan?

Kaulakukan seluruhnya hanya demi dia. Kau turuti semua yang ia inginkan. Dia meminta tubuhmu, kauberikan itu. Dia meminta hatimu, kauberikan penuh. Hingga akhirnya kausadar, bahwa kau hanya diperbudak rasa, menjadi kacung atas cintamu, mengorbankan seluruhnya tanpa pikir panjang.

Aichi menggeram, merasakan pipih-dingin menggores kulit nadinya, semakin dalam dan dalam, terlebih ketika sosok pemuda berhelai cokelat itu melintasi benaknya.

.

.

"Aku mencintaimu."

.

.

Apa kau sudah merasa bodoh sekarang?

Benar, kau makhluk bodoh.

Apa dia melihat bagaimana rasa cintamu membuncah? Sebanyak apa pengorbanan yang kaulakukan hanya demi dirinya? Apa dia melihat luka yang tertoreh padamu?

Tidak.

[Dia memandang orang lain. Bukan aku.

Bukan aku. ]

.

.

"Benar. Aku bodoh. Sangat bodoh."

.

.

Sendou Aichi di sana, tergeletak tak berdaya. Pelupuk matanya basah, sementara tenggorokannya seolah tak dapat mengeluarkan suara lagi (terlalu lama menangis, terlalu lelah untuk memekik).

.

.

"Karena kesalahan terbesarku, adalah memelihara rasa ini untukmu."

.

.
Merah anyir membanjiri pergelangan tangannya. Pipih silet telah ternoda. Sakit. Sakit. Sakit. Tapi seluruhnya bias. Mati rasa. Batinnya lebih sakit. Hatinya sudah terkoyak.
.

.

Malam sebelum 6 Juni.
Sendou Aichi menutup mata. Mengabaikan seluruh cinta dan luka yang ada.
.

.
END