Summary: Naruto dikenal sebagai Rameniac, game master dengan skor tertinggi di game center Konoha. Namun, apa jadinya jika rekor juara satunya itu tergeser oleh seorang gamer anon bernamakan Yellow Flash?
Naruto © Masashi Kishimoto
Rameniac VS Yellow Flash © Viero Eclipse
Pairing: MinaNaru
Genre: Romance/Humor
Rated: T
Warning: AU, Shonen-Ai, semi OOC
Don't like? Don't read!
Game Center Konoha.
Tempat itu selalu saja dipenuhi oleh kumpulan eksistensi. Tempat itu juga bisa disebut sebagai tempat pelarian rasa stress. Puluhan gamer ada di sana. Baik yang waras, jenius, pemikir strategi, maniak, psiko bahkan labil sekalipun. Suara tembakan, balap mobil, musik DDR, mesin kasino, bom-bom car, fighting machine, semua berbaur menjadi satu. Para penikmatnya terlihat menampakkan aura antusiasme dalam tingkatan supremasi.
YOU WIN!
"Yosh! Aku menang lagi, Dattebayo!"
Seorang pemuda berambut emas tampak begitu puas saat ia berhasil lagi mempertahankan rekornya. Lagi-lagi ia berhasil memenangkan hampir keseluruhan game yang ada di tempat itu. Kemenangan yang ia torehkan sangatlah gemilang. Tak pernah sekalipun mengukir prestasi kalah. Siapa lagi jika bukan Sang Rameniac, The game master. Ia dikenal sebagai seorang gamer dengan skor tertinggi di tempat itu. Tak ada yang bisa menandingi skornya.
Setidaknya sampai detik ini.
"Ck! Namamu terlalu norak, Dobe. Apa-apaan itu Rameniac? Tidak bisakah kau memikirkan nama yang lebih bagus selain ini?" Uchiha Sasuke tampak heran dan hanya dapat menyilakan kedua tangannya tepat di dada. Mahasiswa berambut raven itu menggeleng singkat. Ia sungguh tak paham dengan selera kawan berambut emasnya itu.
"Cerewet kau, Teme! Julukanku ini memiliki makna, tahu! Aku tak akan sembarangan dalam memilih nama. Kau tak akan pernah tahu arti dari julukan itu!" dan yang disinggung tampak sewot. Uzumaki Naruto. Itulah nama yang sebenarnya diemban oleh sang game master. Rameniac hanyalah nama julukannya saja saat berada di game center. Dan bagi Naruto, julukannya itu cukuplah keren.
"Takkan pernah tahu?" Sasuke menatap sinis, ia pun mulai melontarkan nada yang cukup remeh. "Hah! Dari susunan katanya saja, orang biasa pasti sudah tahu jika julukan Rameniacmu itu berasal dari dua kata yang digabung menjadi satu, yakni Ramen-maniac. Tsk! Rasa fanatikmu dengan ramen terlalu berlebihan, Dobe. Sesuka-sukanya aku dengan makanan, tapi aku tak akan mau menjuluki diriku sendiri dengan embel-embel nama makanan. Apalagi jika julukan itu harus terpampang di daftar skor tertinggi di setiap game yang ada di tempat ini. Sungguh memalukan."
Naruto menggertakkan deretan giginya, jengkel. Ia pun berbalik berjalan, membelakangi Sasuke. "Hah! Terserah apa katamu, Teme! Kau tak akan pernah mengerti nikmatnya aliran ramenism!"
"Dan aku sungguh bersyukur karena tak menaruh minat dalam aliran aneh seperti itu," sahut Sasuke sarkastik. Ia pun mulai menatap beberapa mesin permainan yang ada di sebelah kanan-kiri mereka. "Apa urusanmu sudah selesai, eh?"
"Ya. Sejauh ini skorku masihlah yang tertinggi di setiap list game yang ada. Besok, aku akan mengajak yang lainnya untuk menunjukkan skorku." Naruto menyimpulkan senyum bangga. Ia yakin bahwa tak akan ada yang bisa mengalahkan skornya di game center Konoha. Semenjak kecil, ia memang sudah berbakat dalam menguasai berbagai macam permainan. Dan kini, popularitas sebagai game master berada di genggamannya selama bertahun-tahun.
Hah! Mustahil jika sampai ada orang yang bisa mengalahkan sang Rameniac dalam medan game seperti ini!
Game Center Konoha akan selalu menjadi tahtanya!
"Hah! Coba kalian lihat daftar skor di semua mesin permainan yang ada! Kalian akan melihat nama Rameniac tercantum di urutan atas!"
Keesokan harinya, sepulang dari kampus, Naruto kembali ke dalam game center Konoha. Kali ini, ia kembali menuju ke dalam tahtanya itu bersama beberapa kawan-kawannya. Sasuke, Lee, Sai, Gaara, dan satu lagi yang ikut datang tapi tidak ikhlas, yakni Shikamaru. Sebenarnya ia lebih memilih tidur di kelas ketimbang ikut ke game center hanya untuk melihat skor tertinggi yang dibangga-banggakan oleh Naruto. Namun, pemuda berambut emas itu langsung sewot dan semakin memaksanya untuk ikut. Sungguh merepotkan. Mau tak mau, Shikamaru haruslah ikut juga.
Naruto seakan berada di puncak kejayaannya. Tak ada yang lebih menyenangkan selain hanya menunjukkan rekor skor tertingginya di game center. Tak peduli meski kawan-kawannya itu tak terlalu tertarik sama sekali dengan kebanggaannya itu. Persetan! Naruto hanya membutuhkan beberapa saksi untuk mengartifakkan prestasinya.
"Ayo, Sai. Cepat bacakan nama yang terpampang dalam daftar skornya! Siapa yang tertinggi! Hah! Aku yakin, pasti tak ada perubahan di sana. Akulah yang nomer satu!" Naruto menggemakan tawa lebarnya. Semua kawannya bertampang aneh menatap pemuda fanatik ramen itu. Sungguh kurang kerjaan. Mereka sungguh terlihat seperti sekumpulan mahasiswa norak saja. Terutama kawan pirang mereka yang satu itu. Hawa pasrah semakin mendominasi.
"Sudahlah, Sai. Cepat segera bacakan saja namanya agar kita bisa segera kembali pulang. Aku sudah ngantuk. Hoaam..." Shikamaru tampak menguap. Dengan pasrah dan tampang datar, Sai pun menghampiri mesin permainan tembak menembak dan menatap daftar nama yang ada dalam list skor. Dan ia pun mulai menarik napasnya dalam-dalam.
"Here we go, gentleman. Skor tertinggi dalam game tembak-tembakan kali ini dengan ranking S, tingkat kesuksesan seratus persen. Adalah..." Sai memberikan sejenak jeda. Hawa garing terasa. Naruto masih tampak begitu antusias menunggu julukannya menggema dari mulut Sai. Sasuke dan yang lain hanya melayangkan tatapan bosan.
'Ayo, Sai! Sebutkan julukanku dengan nada yang wow! Sebutkanlah dengan heboh dan elegan!' batin Naruto menjerit histeris. Ia mulai menggosok-gosok telapak tangannya dengan semangat. Nada drumband seakan keras berdentang di bagian background. Naruto hampir berada di puncak euforia.
Ayolah, Sai!
"Skor tertinggi kali ini dipegang oleh..."
Jeng! Jeng! Jeng!
Hawa klimaks semakin terasa. Sasuke dan kawan-kawan semakin bosan. Shikamaru menguap untuk yang kesekian kali. Dan Naruto mengepalkan kedua tangannya, berdebar-debar.
'Rameniac! Rameniac! Sebutkan Rameniac, Sai! Rameniac!'
Sebutir keringat mulai menetes di samping kening Sai. Pemuda berkulit pucat itupun menggemakan pernyataannya. "Teman-teman sekalian, silahkan kalian berikan tepuk tangan yang meriah untuk pemegang skor tertinggi kali ini, yakni..."
...
...
...
"...Yellow Flash."
Plok! Plok! Plok!
Suara tepuk tangan pasrah mulai digemakan oleh Gaara dan yang lainnya. Tak ada aura yang mengesankan di momen itu. Naruto mulai tertawa dengan lebar. Ia pun menepuk dadanya berulang kali.
"Haha! Aku sungguh tak terkalahkan! Yeah! Ayo, tepuk tangan yang lebih keras lagi untuk Yellow Flash kalian yang membanggakan ini!" Naruto memaparkan seringai puas.
Namun sekejap kemudian, nalarnya mulai kembali bekerja.
"Hehehe... Yellow Flash..."
...
...
Tunggu sebentar.
Yellow... Flash?
...
...
Kedua cobalt melotot.
Mulut pun menganga lebar.
BRUAAKK!
"Ah~ Aku terhempas..." dalam hitungan detik, Tubuh Sai dengan brutalnya telah digebrak ke samping. Ia pun terhempas ke bawah tanpa ekspresi sakit sedikitpun. Wajahnya tetap datar. Dan Naruto, pelaku yang sudah menghempas tubuhnya kini seakan kebakaran jenggot.
"A-Apa-apaan ini, hah! Kau tak salah lihat 'kan, Sai! Harusnya kau menyebut namaku! Julukanku! Yakni Rameniac!" Naruto mulai histeris, tak terima. Sai mulai bangkit perlahan-lahan untuk berdiri dan menunjuk daftar skor dengan pasrah pada layar mesin game di hadapannya.
"Kau menyuruhku untuk membacakan nama yang memiliki skor tertinggi 'kan? Rameniac memang tercantum, tapi itu tepat dibawah skor Yellow Flash. Kau turun ke peringkat dua, Naruto."
"Apa? Na-Namaku ada di peringkat... du-dua?" Tak percaya. Naruto sungguh tak percaya mendengar itu. Ia pun langsung memperhatikan daftar skor dengan mata kepalanya sendiri. Dan cobaltnya terbelalak syok. Yang dikatakan Sai ternyata benar.
"First score... Yellow Flash, Ranking S, one hundred percent success. Second place... Rameniac, Ranking A, ninety seven percent success..." tubuh Naruto seakan bergetar. Sebongkah batu es seakan menghantam tubuhnya dengan begitu keras. Ini horor. Rekor tertingginya terpecahkan dengan begitu mudahnya.
Setelah bertahun-tahun berjaya, pada akhirnya sang juara bertahan Rameniac kalah oleh gamer anon bernama... Yellow Flash?
Ia bahkan tak pernah mendengar nama gamer itu selama ini.
Siapa pula si bedebah Yellow Flash ini, hah!
"Li-Lihatlah, Naruto! Yellow Flash ini juga menempati skor tertinggi di mesin kasino, car racing, dan bahkan di DDR juga?"
"APA?"
Blataaaarr!
Naruto seakan tersambar petir saat mendengar kesaksian Lee. Dengan sigap, ia pun mulai menatap daftar skor di semua permainan. Dan mimpi buruk Naruto pun menjadi kenyataan.
Skor tertingginya di semua mesin permainan kini sudah tergeser mundur.
Yellow Flash merajai skor tertinggi game center Konoha.
"I-Ini tidak mungkin! Pa-Pasti mesin permainannya sedang error!" Naruto menggelengkan kepalanya dengan sangat terguncang dan syok. Gaara tampak menepuk bahu kawan pirangnya itu dengan maksud untuk menenangkannya. Sasuke menghela napasnya. Ia juga tak menyangka dengan semua ini.
"Tak kusangka bahwa masa ini akan tiba juga. Pada akhirnya ada orang yang berhasil menggeser kemenanganmu, Dobe." perkataan Sasuke malah membuat situasi tampak semakin buruk. Naruto lemas seketika. Pemuda bermata cobalt itu hanya dapat berlutut pasrah seraya tertunduk. Kedua tangannya terkepal erat. Ia gertakkan deretan giginya. Aura dendam mendominasi. Sungguh tak terima jika harus turun tahta seperti ini. Game center Konoha adalah kerajaannya. Dan kini...
Ia harus turun peringkat hanya dalam sehari saja.
...
...
"AAAAARRRGGHHH! TERKUTUK KAU, YELLOW FLASH!"
Hancur.
Hanya itu yang Naruto rasakan. Hanya dalam sehari, kejayaannya pun telah lenyap, runtuh begitu saja. Tahtanya tertebas dengan begitu sadis oleh kemenangan seseorang. Kini, hanya bisa terduduk pasrah di dalam kelas dengan kedua cobaltnya yang seakan hampa. Pemandangan suram itu sungguh membuat Sasuke merasa terganggu.
"Sudahlah, Dobe! Kau terlalu mendramatisir keadaan! Itu hanyalah skor game! Kau terlihat seperti kehilangan semangat hidup saja!" Naruto menggertakkan deretan giginya mendengar itu. Emosi kembali hidup di dalam dirinya.
"Kau tak mengerti, Teme! Ini tidak hanya sekedar skor! Harga diriku dipertaruhkan di sini! Setelah bertahun-tahun aku berjaya, apa kau pikir, aku bisa ikhlas begitu saja jika rekorku ini dikalahkan begitu saja, hah! Tidak semudah itu!"
Brakk!
Meja tergebrak dengan begitu keras. Naruto semakin terlihat frustasi.
Sang Uchiha melayangkan tatapan aneh.
"Ck! Tak akan ada yang menganggap heboh kejadian kemarin. Dasar idiot..." rutuk Sasuke singkat. Belum sempat Naruto merespon, keadaan itu terintervensi.
"Dengar, murid-muridku semuanya! Saatnya aku memberikan tugas baru untuk kalian!"
Triiing! TRIIIIING! BZZZZTTT!
"Akkhh! Demi Jashin! Kecilkan frekuensi toamu, Gai-sensei!" Sakura tampak mengeluh. Hampir keseluruhan mahasiswa dalam kelas mulai menutupi kedua telinga mereka masing-masing. Selalu saja begini. Dosen mereka yang satu itu selalu memberikan tugas dengan gaya orasi. Memakai Toa. Berdiri tegap dengan satu kaki di atas meja. Tak lupa juga dengan tangan kanan terkepal diangkat tinggi-tinggi.
Semua ini terlalu berlebihan.
"Baiklah, Anak-anak! Tugas kalian kali ini adalah... bZZTT! TRIiing! GemeresekKks... Tugas kalian adalah...BRsskkktt... Membuat... Ngiign... Laporan ilmiah mengenai hubungan kemasyarakatan NggooNgg... Deadline tiga hari dari sekarang! Tebal laporan minimal 70 halaman lembar HVS! Bzzztt!"
"Ah, man..." semua mahasiswa menggaungkan keluhan mereka. Aura suram semakin menyelubungi kelas. Tugas yang tak tanggung-tanggung. Lee pun tampak meneteskan air mata tanda terharu.
"Kau memang seorang dosen yang berdedikasi tinggi, Gai-sensei! A-Aku semakin mengagumimu! Aku pasti akan mengerjakan tugas ini tepat waktu! Bahkan tebalnya akan melebihi 200 lembar HVS! Lihatlah kerja kerasku ini!" deburan ombak seakan menjadi background pemandangan di belakang Lee. Gai pun tampak berbinar menatap murid kesayangannya itu. Mereka berdua terlarut dalam semangat masa muda. Dan hal itu sukses membuat semua mahasiswa menjadi sweatdrop seraya menganga dengan tampang aneh.
"Sudahlah, hiraukan mereka berdua. Sebaiknya kita segera ke perpustakaan untuk meminjam buku sebagai referensi!"
"Setuju!"
Usul Ino ternyata disetujui secara universal oleh semua penghuni kelas sosial politik. 98 persen orang yang ada di dalam kelas mulai berbondong-bondong untuk pergi ke perpustakaan. Kini, ruang kelas hanya menyisakan lima orang saja. Guru Gai, Lee, Sasuke yang tampak santai, Naruto yang masih muram dan Shikamaru yang tertidur di kursinya.
"Hei, Dobe. Kau tak lekas ke perpus, eh? Kau akan kehabisan buku jika tidak cepat-cepat ke sana."
"Huh?" lamunan kesuraman Naruto terpecahkan. Sasuke menghela napas pasrah melihat itu.
"Jangan bilang kau tak mendengarkan perkataan guru Gai tadi, Dobe! Kita diberi tugas untuk membuat laporan ilmiah mengenai hubungan kemasyarakatan. Deadlinenya tiga hari dari sekarang. Tebal lembar halaman minimal 70 HVS."
"A-Apa? Tu-Tujuh puluh halaman?" Naruto berparas horor dalam sekejap, mulutnya menganga. Ia pun melontarkan tatapan skeptis ke arah pemuda bermata onyx itu, "La-Lalu jika begitu, kenapa kau malah bisa santai disini, hah!"
"Tsk! Tentu saja aku bisa santai karena aku bisa meminta bantuan pada aniki." Sasuke melipat kedua tangannya dan mulai bersandar di hamparan kursi. Semakin menikmati ekspresi kepanikan yang terpapar pada paras Naruto. Mahasiswa berambut emas itu lekas menatap sekelilingnya.
Kedua cobaltnya mendapati Shikamaru yang tampak tidur. Pemuda itu bisa bersantai karena ia pintar.
Lalu Guru Gai dan Lee yang masih melakukan ritual semangat masa muda...
...
Chikuso! Persetan dengan mereka!
"Si-Siaal! Kenapa kau tidak bilang dari tadi, Teme!" dalam hitungan detik, sang game master itupun melesat cepat keluar kelas dan menuju perpustakaan kampus. Sasuke hanya menghela napas dan menggelengkan kepalanya dengan singkat.
"Dasar idiot..."
Terlambat.
Firasat buruk pun menghinggapi Naruto di saat kedua cobaltnya mulai menatap sekerumunan anak yang berhasil mendapatkan buku-buku referensi yang mereka cari. Pucat mewarnai parasnya. Ia hanya bisa berharap bahwa masih ada buku yang tersisa untuknya. Tapi melihat puluhan kawan-kawannya tadi...
Sepertinya peluang itu kecil.
"Kumohon... Semoga saja ada! Kemarin aku sudah cukup mengalami nasib sial karena skorku dikalahkan oleh si bedebah Yellow Flash baka itu! Kumohon, Kami-sama! Jangan biarkan aku mengalami nasib sial lagi!" Naruto mengatup-ngatupkan mulutnya untuk berdoa. Ia langkahkan kedua kakinya, memasuki perpustakaan dan lekas bergegas menuju ke sektor buku-buku sosial. Dan firasat buruknya pun benar. Hampir tiga baris rak buku kosong, tak ada satupun buku sama sekali. Ia mulai pucat.
"Tidak. Aku tak boleh menyerah di sini. Setidaknya, aku bisa mencari di sekitar sektor politik. Semoga ada buku sosial terselip di sana." dengan semangat penghabisan, kedua cobalt Naruto mulai meneliti barisan buku dengan seksama. Sebulir keringat mengalir di samping keningnya.
Bukan.
Bukan ini.
Peternakan pragmatis? Bukan ini.
Korupsi mania... Apalagi ini?
Masih belum ketemu.
Perhatikan lagi...
Ah, Sektor psikologi antar manusia...?
Sedikit lagi.
Ayolah!
Interaksi dan sistem antar masyarakat edisi revisi.
Ah, I-Itu dia! Ketemu!
Seringai lega tergambar jelas di paras Naruto. Teks tadi terpampang jelas pada pinggiran sebuah buku besar berwarna putih. Buku itu sama seperti buku referensi yang di bawa oleh sekumpulan kawan-kawannya tadi.
Ternyata nasib baik masih berpihak kepadanya.
"Yosh! Kau sangat beruntung, Naruto! Sekarang tinggal ambil bukunya dan selesai!" dengan antusias tinggi, pemuda berambut pirang itu mulai mengarahkan tangan kanannya untuk meraih buku referensi itu. Semua sungguh terasa mudah pada awalnya.
Namun, tak pernah ada yang tahu tentang kapan datangnya sebuah transisi masa.
Seperti saat ini...
Tap!
"Eh?"
"Huh?"
...
Hening.
Seseorang terlihat menyentuh buku yang ditargetkan oleh Naruto.
Mereka menyentuh secara bersamaan.
Kedua tangan mereka saling bertumpuk.
Kedua cobalt saling menghantam satu sama lain.
Naruto tampak terdiam untuk sesaat. Sedikit syok dengan semua kejadian ini. Seorang pria kini sudah tampak berada di hadapannya. Berdiri dengan regalnya. Menatapnya. Menatap dengan kedua tatapan cobalt yang ia miliki. Bagai sebuah imitasi. Pria itu juga memiliki warna rambut pirang keemasan yang sama seperti Naruto. Pria itu lebih dewasa.
Bahkan sangat... tampan.
Naruto seakan tercekat saat pria itu menatapnya tanpa jeda. Kedua cobaltnya lebih tajam dari miliknya. Mulutnya juga terkatup rapat tanpa suara. Tak mengatakan apapun. Hanya diam.
Dan terus saja menatap Naruto dengan seksama.
"Ah, maaf. Aku ambil bukunya." ada nada tak nyaman dalam perkataan Naruto. Game master itu pun mulai menarik buku yang ia pegang. Ia hanya ingin segera mendapatkan buku itu dan mengerjakan tugasnya.
Tapi pria itu tak mau melepas bukunya.
O'oh... sepertinya ini bukan pertanda baik.
"Maaf, aku ambil bukunya!" Naruto mulai tegas. Ia pun mencoba menarik buku itu dengan kuat. Sungguh sial. Pria yang ada di hadapannya tetap persisten untuk tidak melepas bukunya. Lipatan sewot mulai terbentuk di kening Naruto.
'Apa-apaan pria ini? Kenapa ia tak mau melepas bukunya? Yang menemukan buku ini 'kan aku duluan!' amarah semakin terbentuk dalam diri sang Rameniac. Ia menggertakkan deretan giginya. Kembali ia tarik buku itu dengan sekuat tenaga. Kali ini Naruto menarik dengan kedua tangannya seraya ngotot.
Hal itu membuat simpulan senyum terbentuk di paras pria tampan itu.
'Anak ini lucu sekali...'
Namikaze Minato sungguh ingin menahan simpulan senyuman di mulutnya agar tak melebar. Dalam seumur hidupnya, tak pernah ia merasa setertarik ini dalam memperhatikan seseorang. Ia adalah mahasiswa jurusan sosial politik angkatan senior yang juga mendapat tugas untuk membuat sebuah laporan ilmiah kemasyarakatan. Secara kebetulan, buku yang ia cari ternyata merupakan buku yang sama dengan yang diinginkan oleh anak di hadapannya itu.
Dan memperhatikan tingkah keras kepala dari pemuda imitasinya itu sungguhlah mampu membuat sebelah alisnya terangkat.
Benar-benar unik dan menarik.
Ia tak pernah melihat pemuda cilik ini sebelumnya.
'Apa dia angkatan junior?' ya, itulah spekulasi yang ada di kepala Minato. Melihat perawakan Naruto yang tampak lebih muda darinya.
Ia yakin bahwa imitasinya itu pasti mahasiswa tingkat junior.
"Argh! Le-lepaskan bukunya! Kenapa kau tak mau melepaskannya, hah! Aku yang menemukan buku ini terlebih dahulu!" Naruto mulai marah. Ia pun melayangkan tatapan tajam ke arah Minato. Dan ia pun tercengang saat pria itu masih saja tak mengucapkan apapun. Pria itu justru...
Tersenyum padanya?
Brengsek! Apa-apaan orang ini?
Dasar aneh! Orang gila!
"Errgggh! Lepaasskaan! Brengseeek!" perebutan buku semakin memanas. Paras Naruto memerah karena ngotot. Ia terus dan terus saja berusaha menarik bukunya. Sungguh pantang menyerah. Minato memutuskan untuk sedikit berbaik hati padanya.
"Baiklah."
"Eeeekkhh! W-Whoaaaaaah!"
Bruukk!
"Ouch!" Naruto meringis menahan sakit saat ia harus mendarat ke bawah dengan cara tak terhormat. Ia mencoba mengelus-elus bagian bokongnya yang sakit. Kedua cobaltnya mulai terarah ke arah bukunya yang sudah tergeletak di sebelahnya. Belum sempat ia mengambilnya, pria itu pun tampak kembali mengarahkan tangan kanannya untuk mengambil buku itu dari jangkauan Naruto. Game master itu pun melotot dengan realitas itu.
"Hei! Apa-Apaan kau! Kenapa kau rebut bukuku, hah!" Minato kembali tersenyum mendengar itu. Ia pun mengayunkan telunjuknya dan mulai tersenyum tenang ke arah Naruto.
"Maaf, aku pinjam dulu buku ini. Setelah tugasku selesai, kau bisa membawanya."
"APA!" Naruto semakin terbelalak syok. Dengan cepatnya, Minato mulai berbalik dan langsung bergegas keluar dari perpustakaan. Kedua tangan Naruto terkepal dengan eratnya. Giginya tergertak dengan sangat rapat. Suara geraman terdengar. Marah. Aura pembunuh semakin terasa, menyelubungi benaknya. Sungguh kurang ajar.
"Akan segera kurebut buku itu darimu! DASAR ORANG ANEH!"
DUAAAKK!
"OUCH!"
Sebuah buku tebal melesat cepat, menghantam kepala sang Rameniac dengan begitu keras. Naruto merintih sakit. Nenek Chiyo, sang penjaga perpustakaan mulai melayangkan tatapan pembunuh.
"JANGAN BERISIK DI PERPUSTAKAAN, ANAK NISTA!"
Oops...
"Go-Gomenasai, Dattebayo!"
Chikuso...
BRUAAAAKKK!
Tak pernah terbayangkan bagi segenap penghuni kelas jurusan sosial politik angkatan senior bahwa properti kelas mereka berupa pintu, kini harus tergebrak dengan begitu kerasnya hingga menghantam dinding. Suara gema gebrakannya teriringi dengan penampakan sesosok figur pemuda yang mulai menapakkan kedua kakinya untuk memasuki kelas. Beberapa dari mereka sedikit heran saat seorang Uzumaki Naruto mulai berdiri dengan raut emosi di parasnya. Kedua tatapan cobaltnya kini tertuju ke arah seseorang. Lebih tepatnya seorang pria yang sedang tampak duduk diam di mejanya seraya membaca sebuah buku.
"Hah! Menemukanmu ternyata tak sesulit yang aku kira, Durian busuk!"
"Hmm?" dahi Minato berkerut. Belum sempat nalarnya mencerna realitas apa yang baru saja terjadi sebenarnya, seseorang sudah tampak berdiri di hadapannya dan mulai menggebrak mejanya dengan begitu keras. Minato terdiam sejenak.
Tanpa melihat pun, ia sudah tahu, siapa orang yang sudah berada di hadapannya itu.
"Baru lima belas menit aku meninggalkanmu di perpustakaan. Tak kusangka kau sudah serindu itu padaku sampai-sampai mendatangi kelasku segala."
"HAH?" mulut Naruto menganga lebar mendengar itu. Beberapa mahasiswa seangkatan Minato langsung tertawa mendengar perkataan pria tampan itu. Rona merah merajalela di paras Naruto dalam sekejap. Ia pun menggeram dan mulai marah.
"Cih! Rindu katamu? Enak saja! Jangan sembarangan jika bicara, Brengsek! Aku kemari untuk meminta buku itu! Dan lagi, buat apa aku merindukan durian busuk sepertimu, hah!" nada Naruto semakin meninggi teriringi emosi. Minato berusaha menahan diri untuk tak tersenyum.
"Dan aku hanya bercanda saja tadi. Kenapa kau sudah semarah itu? Tenangkan dirimu. Tak perlu salah tingkah begitu." sungguh tempramen sekali anak lucu ini. Minato menghela napasnya untuk sesaat. Kedua cobaltnya menatap lurus ke arah Naruto, "Dan... Durian busuk? Hei, sadarlah. Kau sendiri juga seperti durian, Durian bau."
"DURIAN BAU?" paras Naruto semakin memerah. Kemarahannya telah berlumur dengan rasa malu. Apa itu tadi? Durian bau katanya? Benar-benar kurang ajar. Berani-beraninya si bedebah ini mempermalukannya seperti ini?
Dasar durian busuk laknat!
BRAAKKK!
Lagi-lagi Naruto menggebrak meja Minato dengan cukup keras. Pemuda berambut emas itu pun lekas menuding telunjuknya ke arah Minato dan berkata dengan cukup tegas.
"Dengarkan aku, Orang aneh. Aku tak ingin mencari masalah di sini. Yang kuinginkan hanyalah buku itu. Aku mendapat tugas untuk membuat laporan mengenai studi hubungan masyarakat. Dan deadline tugas itu adalah tiga hari dari sekarang. Aku harus segera menyelesaikan tugas itu. Jadi sebaiknya, cepat berikan buku itu padaku dan aku akan pergi dari sini." tatapan tajam terlontar dari kedua cobalt Naruto. Minato terdiam sejenak. Kembali ditatapnya imitasi mudanya itu dengan cukup datar. Ia berusaha bersikap tenang.
"Aku... juga mendapat sebuah tugas untuk membuat laporan ilmiah mengenai sistem kemasyarakatan. Dan deadlinenya juga dimulai tiga hari dari sekarang. Tugasku juga sama-sama prioritasnya, Anak unik. Kau tak bisa menentukan skala prioritas hanya dengan penilaian subyektifmu saja."
Sungguh keras kepala. Naruto mulai mengepalkan kedua tangannya mendengar pernyataan itu. Sungguh menyebalkan. Beradu mulut tak akan menyelesaikan permasalahan yang ada. Pria di hadapannya ini sepertinya sudah teguh dengan pendiriannya untuk tak menyerahkan buku itu pada Naruto. Mahasiswa penggila ramen itu pun hanya dapat menggertakkan deretan giginya menahan amarah. Ia bisa saja mengambil jalan alternatif lain dengan mengerjakan tugas di rumah Sai ataupun kawan-kawannya yang lain.
Tapi harga diri Naruto sungguh tak bisa menerima semua ini.
Ia tak akan terima jika berada dalam posisi mengalah.
Ia tak suka kekalahan.
Ia adalah Rameniac, sang game master yang pernah menjuarai skor tertinggi di Game Center Konoha selama bertahun-tahun. Meski tahtanya sudah runtuh karena skornya dikalahkan oleh orang lain, akan tetapi...
Ia tak akan mau merasakan kekalahan lagi.
Sudah cukup ia merasakan kekalahan saat di game center kemarin.
Jika perebutan buku ini adalah sebuah permainan...
Maka ia lah, yang akan memenangkannya!
"Begini saja, sebaiknya kita adakan sebuah kompetisi sportif untuk memperebutkan buku ini. Siapa yang menang, dia bisa membawa buku ini dengan adil dan jelas!" Naruto memberikan usul. Kedua alis Minato bertaut mendengar itu.
Oh... Sungguh menarik.
"Kompetisi? Dalam hal?" seringai sinis terlahir dalam paras Naruto. Ia menatap remeh ke arah kompetitornya.
"Aku tantang kau bermain game di Game Center Konoha. Jika kau berhasil mengalahkanku, maka kau bisa membawa buku itu. Tapi jika aku yang menang, maka kau harus menyerahkan buku itu padaku." begitu percaya diri. Sisi optimis sang Rameniac semakin terpancar dalam parasnya. Hah! Naruto percaya, bahwa ia akan bisa dengan mudah mengalahkan Minato dalam hal ini. Apalagi, pria di hadapannya ini sepertinya bukan tipe orang penggila game sama sekali. Cih! Sungguh mudah. Menghadapi amatiran sungguh bagai menghadapi seekor lalat kecil.
Ia akan membantai pria ini habis-habisan dan mempermalukannya atas kekalahannya sendiri.
Gambaran itu membuat Naruto tersenyum puas.
Dan Minato tampak menyangga pipinya dengan telapak tangannya. Ia menatap Naruto dengan simpulan senyum polos di bibirnya, "Dan jika aku... tak tertarik dengan tawaran ini?"
"Eh?" Naruto terbelalak kaget mendengar itu. Mahasiswa senior itu selalu saja berhasil membuatnya terperanjat. "Ah, Ti-Tidak bisa! Kau harus menyanggupi kompetisi ini! Umm... begini saja, aku bersedia menaikkan rewardnya! Jika kau berhasil mengalahkanku secara mutlak, kau bisa minta apa saja dariku. Aku akan menyanggupi satu permintaanmu. Itu jika kau berhasil mengalahkanku secara mutlak."
'Itu pun jika kau bisa mengalahkanku. Dan kau tak akan pernah bisa mengalahkan aku! Rameniac, Sang Game master! Hahaha!' batin Naruto tertawa nista. Ia sungguh memandang remeh akan kemampuan Minato. Ia bisa memastikan bahwa pria yang ada di hadapannya itu adalah seratus persen seorang amatir. Bahkan jika Minato merupakan pemain game yang ahli sekalipun, Naruto pasti bisa mengalahkannya dengan mudah. Asalkan ia bukan Sang Yellow Flash, gamer anon yang sudah merebut tahta dan mengalahkan skornya.
Hah! Tidak mungkin mahasiswa senior di hadapannya itu adalah Si Yellow Flash.
'Perbandingan dan peluangnya terlalu jauh,' batin Naruto singkat.
Sebuah senyum tajam tersimpul di mulut Minato. Ia bisa meminta apa saja dari anak ini katanya? Hah, sungguh sebuah penawaran yang menguntungkan.
Ia bisa selangkah lebih dekat dengan anak ini.
Semenjak ia menatap imitasinya itu, ia sudah mengalami suatu ketertarikan rasa.
Tak akan ia lewatkan kesempatan ini begitu saja.
"Baiklah, aku setuju."
"Yosh! Besok sore, kutunggu kedatanganmu di game center Konoha. Kau tak bisa mundur dari kompetisi ini. Ingat itu!" dan pada akhirnya, Naruto berlalu pergi dengan rasa puas di hatinya. Minato hanya terdiam dan tersenyum seraya menatap lekat kepergian Naruto dari kelasnya. Kakashi, tampak menyeringai dari belakang mejanya. Ia seakan tertawa melihat segenap drama yang baru saja terjadi diantara kawannya dan anak tadi.
"Hahaha... kau menyanggupi tawarannya? Sepertinya anak itu harus bersiap mental menghadapi seorang Raja game sepertimu. Hah, tak kusangka kau bisa berakting seperti amatiran begitu di hadapannya, Minato."
Minato terkekeh perlahan mendengar itu. Ia pun kembali terlarut dalam buku yang ia baca seraya berkata dengan cukup lugas. "Ia sudah menantangku dan sebagai seorang gamer sejati... aku tak bisa lari dari tantangan itu."
"Hahaha, aku sungguh merasa kasihan dengan anak itu. Ia tak akan tahu dengan siapa ia akan berhadapan. Kau pasti akan membuatnya jantungan, Yellow Flash."
Seringai sinis terpapar di paras Minato saat mendengar nama julukannya terlontar dari mulut Kakashi. Ia sudah yakin akan hasil pertandingan game besok.
"Kita lihat saja nanti..."
TBC
A/N: Hahaha... sebenarnya fic ini berupa oneshot tapi dikarenakan wordnya yang banyak, akhirnya saya bagi dua menjadi twoshot. Lusa chapter 2 akan langsung saya publish. Wokeh, mind to review? Daaan saya juga turut mengucapkan happy Namikazecest day~ :D
