Rain

© KHR by Amano Akira

"Waduh! Hujan!" Kelihatanya, peruntungan tokoh utama kita kali ini sedikit buruk. "Aku lupa bawa payung lagi…" Sang tokoh utama berambut coklat ini pun menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi tidak satupun dari orang-orang yang diharapkannya muncul disaat seperti ini, terlihat dalam jarak pandang matanya. Tsuna hanya menghela nafas panjang, di letakkannya tasnya diatas kepala dan kakinya sudah siap berlari untuk menerjang hujan. Namun, suara lembut seseorang yang sangat ia kenal menghentikan langkah nekatnya. Wajahnya segera berubah warna menjadi kemerahan saat mendengar suara tersebut.

"Tsuna-kun? Kok belum pulang?" Gadis idaman sang tokoh utama pun menampakkan diri sambil tersenyum dan membawa payung, bersiap untuk pulang sama seperti Tsuna.

"A-ah… Kyoko-chan… Iya aku mau pulang…" Tsuna berusahaa menutupi kecanggungannya dengan menoleh kearah Kyoko, namun hal tersebut malah membuatnya gugup dan deg-degan. Kyoko menyadari sesuatu yang aneh dari Tsuna dan langsung buka mulut.

"Payungmu?" hanya sepatah kata yang keluar dari mulut sang gadis dan mampu membuat Tsuna langsung tersadar dan tersenyum kecut.

"Payungku… Ketinggalan…" Tsuna hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengalihkan pandangannya ketempat lain. Kyoko hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku Tsuna. Gadis itu membuka payungnya dan memberikannya pada Tsuna.

"Kita bisa jalan sama-sama." Kata-kata yang tak pernah dibayangkan Tsuna untuk keluar dari mulut sang gadis. Tsuna dengan senang hati menerima paying yang di sodorkan Kyoko, namun saat tangan mereka saling bersentuhan, semburat merah langsung muncul di kedua pipi Tsuna maupun Kyoko.

Tsuna langsung mengalihkan perhatiannya ke aspal di bawah kakinya yang nampak begitu menarik. Rona merah di wajahnya masih belum pudar, begitu pula dengan gadis yang kini berjalan di bawah payung yang sama dengannya.

Tak tahan dengan kesunyian yang meliputi mereka berdua, Tsuna pun memutuskan untuk membuka pembicaraan walau hatinya berdetak tidak keruan.

"Ne, Kyoko-chan… Memang kejadian ini sudah lama, tapi apa kau masih ingat saat aku menyatakan perasaanku sampai aku harus bertengkar dengan Mochida-senpai?" Kyoko hanya menjawab dengan anggukan pelan, namun tak disadari Tsuna, wajah Kyoko makin merona merah.

"Sebenarnya… Waktu itu aku serius…" Tsuna mengucapkan kata demi kata dengan suara yang semakin lemah dan sedih, dia takut jika Kyoko tidak menyukainya. Tsuna segera berhenti menyadari langkah gadis disampingnya yang terhenti setelah dirinya selesai dengan kata-katanya. Kyoko segera menatap Tsuna yang kini sudah lebih tinggi darinya, dan tersenyum manis, manis sekali.

"Kau tau, Tsuna-kun… Sebenarnya, sejak kita pergi ke masa depan dan kau bertarung demi kami semua, aku mulai merenungkan kata-katamu waktu itu." Mata Tsuna langsung melebar mendengar kata-kata Kyoko. Hatinya bergejolak, menunggu lanjutan kalimat sang gadis.

"Aku sering kali lupa waktu saat memikirkan hal itu… Tapi…" hati Tsuna serasa begitu takut dan sakit saat mendengar kata tapi. Dia takut jika Kyoko mengatakan jika dia bukanlah orang yang disukai gadis itu.

"Aku tidak menyadari perasaanku, sampai beberapa minggu yang lalu." Senyuman Kyoko bertambah manis dan lembut. Gadis itu kemudian meraih tangan Tsuna dan meletakkannya di pipinya yang merona.

"Aku mencintaimu… Tsuna-kun…" Jantung Tsuna serasa berhenti saat dirinya mendengar kata-kata yang selama ini sangat ingin ia dengar dari mulut sang gadis. Bibirnya langsung menyunggingkan senyuman puas dan gembira. Tanpa peduli hujan yang masih mengguyur bumi menurunkan suhu badan mereka berdua, Tsuna meraih tubuh gadis itu, dan bibirnya mengecup pelan dahi Kyoko.

"Aku juga... Mencintaimu, Kyoko-chan..."