Aku terbangun ketika sebuah tangan kasar meraih kaki kecilku, tangan itu menyentakku hingga aku terduduk dan terjatuh di lantai.

Aku mengucek mataku yang masih terasa berat, lalu kulihat seorang laki-laki yang kukenali sebagai adik ibu berdiri garang di depanku.

"Cepat bangun!" bentaknya kasar.

Bukannya beranjak bangun, aku malah mengkeret ketakutan, kudekap boneka kelinci usang kesayanganku.

Seunghyun samchon terlihat geram, dia menarik tanganku dan menyeretnya. Aku berusaha memberontak dan mencoba untuk bertahan dengan meraih kaki ranjang yang kujadikan pegangan, sambil berteriak-teriak memanggil Ibu yang selalu bisa kuandalkan, selalu ada saat aku membutuhkannya.

Suaraku sudah serak, berteriak sekencang mungkin untuk mengalahkan bunyi gemuruh hujan di luar rumah. Namun Ibu tidak datang juga.

Ibu...Ibu...Di mana Ibu? Kenapa dia tidak datang-datang juga?

Pegangan tanganku terlepas hingga samchon bisa dengan mudahnya menyeretku yang masih berlutut ke luar dari kamar. Aku terkejut ketika melihat keadaan rumah yang berantakan, kursi dan meja saling tumpang tindih dalam keadaan terbalik.

Samchon terus menyeretku, aku meringis kesakitan ketika lututku terasa perih karena terkena beberapa pecahan beling yang berserakan di lantai.

Lalu aku melihat Ibu yang tergeletak di lantai ruang tengah, tubuhnya bersimbah darah, dan di sela-sela rambutnya yang berantakan, aku melihat matanya yang terbuka lebar dengan pandangan kosong.

Aku berteriak, lalu kuhentakkan tanganku yang dipegang samchon kuat-kuat dan berlari menabrak tubuh Ibu yang kini sudah tak bergerak.

Aku menggoyang-goyangkan tubuh Ibu dengan tangan kecilku, memanggilnya, dan memohon padanya agar dia terbangun dan memelukku, seperti yang biasanya dia lakukan padaku. Tapi Ibu tidak mau terbangun.

Wajah Ibu yang cantik sekarang pucat, matanya yang terbuka menatapku kosong. Aku tidak ingin menangis, Ibu bilang anak laki-laki tidak boleh cengeng. Tapi melihat Ibu yang seperti itu membuatku tidak bisa menghentikan air mataku.

Aku meraung pilu, melihat kenyataan bahwa Ibu sudah meninggalkanku. Aku menatap samchon dengan garang, aku yakin dialah yang membunuhnya. Dia selalu jahat pada kami, dia selalu memukuliku atau Ibu yang berusaha melindungiku.

Dipenuhi rasa marah yang mendera hatiku, aku meraih pisau penuh darah yang tergeletak di samping Ibu. Tangan kecilku bergetar, dan sambil berteriak marah, aku menyerang samchon dengan pisau yang ada di tanganku.

Tapi kemudian yang kurasakan adalah rasa sakit ketika tubuh kurusku menghantam ubin lantai, kemudian sebuah tendangan mendarat di kepalaku, membuat kepalaku berdengung dan seakan hendak meledak.

Lalu di ambang batas kesadaranku, aku melihat api yang berkobar dan kemudian semuanya menjadi...gelap.

.

.

.

DON'T LIKE! DON'T READ!

.

REMAKE HUNHAN GS! ROMANCE DRAMA FAMILY MATURE

pichaa remake hunhan ver

Emptiness Of The Soul

by Andros Luvena

.

Chapter 1: Sehun's Life

.

.

.

12 Tahun kemudian

Sehun adalah serigala yang terluka, tubuhnya kokoh dan kuat, namun hatinya terasa remuk. Sehun adalah serigala yang terkurung, berada di sudut gelap dan meringkuk sendirian. Sehun adalah serigala malam, hatinya adalah batu, jiwanya adalah kelam, dan... raganya adalah bayangan...

Jam hampir menunjukkan tengah malam ketika Sehun mengendarai mobil menembus jalanan Ibu kota. Derasnya hujan dan hembusan hawa dingin yang menggigit membuat orang enggan ke luar rumah.

Sehingga jalanan begitu sepi dan lengang. Suara hujan yang mengenai kaca mobil membuat Sehun sama sekali tidak merasa nyaman.

Sehun membenci hujan.

Sehun mengurangi kecepatan mobilnya ketika membelok menuju apartemen yang ia tinggali. Dengan sedikit terburu-buru Sehun memarkirkan mobilnya dan berlari menembus hujan menuju gedung apartemen.

Sehun menepis percikan air yang membasahi bahu sebelum memasuki lobi apartemen. Sehun sapu ke belakang dengan jarinya, helaian rambut yang menutupi pandangan.

Lalu Sehun memasuki pintu kaca lobby apartemen, ia menganggukkan kepala kepada satpam dan langsung menuju lift. Masuk ke dalam lift, Sehun menekan tombol yang bertuliskan angka 25.

Setengah melamun, memperhatikan angka-angka yang terus bergerak. Saat terdengar bunyi 'ping' dan pintu lift yang terbuka, Sehun segera melangkah ke luar.

Sehun membuka pintu apartemen dan melangkah masuk. Saat menutup pintu, Sehun mencium wangi lavender memenuhi ruangan apartemennya. Sehun menyeringai, ia tahu siapa si lavender itu.

Sehun menghampiri salah satu kamar yang ia jadikan kamar khusus, dan melihatnya di sana. Dia mengenakan lingerie warna merah maroon yang menampilkan lekuk tubuhnya yang membayang karena terkena pantulan cahaya dari lilin-lilin aromatherapy, satu-satunya cahaya yang ada di kamar khusus yang dinyalakannya. Melihat lekuk tubuhnya yang sempurna, membuat Sehun menelan air liur.

Dia sedang menuangkan minuman ke dalam gelas yang terletak di atas meja bundar kecil.

Sehun menghampirinya dan memeluk pinggangnya dari belakang, mencium lehernya, membuatnya terkikik geli.

"Tunggu tampan," bisiknya sensual.

"Aku tak bisa menunggu..."

Gumam Sehun terus menelusuri lehernya dengan bibirnya. Tangan Sehun mulai meraba payudaranya yang melebihi telapak tangannya, Sehun pilin putingnya dengan jari-jarinya, membuatnya menggelinjang, dia suka permainan tangan Sehun.

Dia mendesah, "Ssshhh...Bahkan kau belum melihat lingerie baruku..."

Tanpa melepaskan bibir Sehun dari lehernya, Sehun menggumam,

"Siapa yang butuh lingerie sialan ini, dia menghalangiku merasakan kulitmu yang halus."

Lalu dengan kasar Sehun robek lingerie yang menempel di tubuhnya.

Dia berbalik, dengan lingerie yang terkoyak di bagian dadanya, memperlihatkan payudaranya yang menantang sempurna. Dia menyambar bibir Sehun dan melumatnya dengan liar.

Shit! She's a good kisser.

Sehun membalas ciumannya dan meremas pantatnya yang kenyal, memajukan pinggulnya, menunjukkan padanya bahwa kejantanan Sehun sudah mengeras karenanya.

Merasakan kejantanan Sehun yang menusuk perutnya, dia melepas sweater Sehun dan melucuti celana denimnya. Kini Sehun telanjang di depannya, dengan kejantanannya yang tegak sempurna.

Dia berlutut di depan Sehun hingga wajahnya hanya berjarak beberapa inch dari kejantanannya. Dia mulai menciumi batang kemaluan Sehun, memainkan lidahnya pada frenulumnya dan sesekali membelai bolanya, kemudian mulut mungilnya menghisap kemaluan Sehun tanpa ampun, dan lidahnya menjilati cairan precum miliknya. Membuat Sehun tidak tahan karena sensasi kenikmatannya.

"HyunA..."

Sehun menggeram, memanggil namanya dan menariknya berdiri, lalu Sehun lumat bibirnya dengan rakus.

HyunA melepaskan ciuman Sehun, menyeringai dan mendorongnya ke atas ranjang, meraih kondom yang tersimpan di dalam laci nakas dan dengan terampil HyunA memakaikannya di kemaluan Sehun.

Kemudian secepat kilat HyunA menaiki Sehun, memasukkan kejantanannya ke dalam kewanitaannya yang sudah sangat basah. Sehun mengerang, karena mendapat serangan yang mendadak itu.

HyunA menggoyangkan pantatnya yang gemulai, disertai dengan cengkeraman dari lubang kewanitaannya ke ereksi Sehun, oh... demi seks dan segala kenikmatannya, HyunA melakukan kegel sialan itu lagi.

Sehun menusukkan kejantanannya dengan gerakan liar, mengikuti irama putaran pinggulnya, mencengkeram bongkahan pantatnya. Dari balik helaian rambut basah Sehun yang berwarna perunggu, ia menatap lapar payudara HyunA yang menggantung dan bergoyang-goyang.

Tangan Sehun beralih ke payudaranya, meremasnya dengan lembut. HyunA melentingkan punggungnya ke belakang, mendekatkan payudaranya ke bibir Sehun, Sehun sambar puting payudaranya dan mengulumnya dalam mulutnya. Menghisapnya dengan liar disertai gigitan-gigitan kecil.

Tangan kiri Sehun meremas pinggangnya, sedangkan tangannya yang satu lagi memilin-milin puting payudara HyunA yang bebas. Nafasnya memburu, bersahutan dengan deruan nafas Sehun, HyunA mencengkeram bahu Sehun hingga kuku-kukunya menusuk kulitnya.

"Oh...Sehun,"

HyunA mengerang, menyebut nama Sehun, kepalanya terdongak ke belakang. Sehun tahu HyunA hampir selesai, maka ia alihkan kedua tangannya pada pinggulnya dan Sehun ayunkan naik turun tubuhnya kuat-kuat, menimbulkan bunyi sensual yang menambah gairah Sehun.

Dan ketika HyunA menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Sehun dengan erangannya, Sehun pun menyusulnya, melepaskan orgasmenya.

.

.

.

Sehun telentang di sebelah HyunA yang berbaring menghadapnya, tangannya membelai lembut dada Sehun.

"Kau pulang malam sekali, dari mana saja?" tanya HyunA.

Sehun menatap HyunA , wanita yang 15 tahun lebih tua darinya, HyunA memiliki wajah eksotis khas Asia, matanya yang sedikit sipit, serta bibirnya yang penuh dan kulit tubuh yang putih mulus.

"Aku tidak tahu kau akan datang, tadi aku menindak lanjuti tawaran kerja ayah Chanyeol. Jadi aku harus mempelajari berbagai hal yang bersangkutan dengan properti kalau aku ingin bekerja di sana." Jawab sehun.

HyunA mendesah, "Yeonseok ada panggilan mendadak dari kantornya diluar kota, jadi aku memanfaatkan waktuku sebaik-baiknya."

Sehun terkekeh mendengar perkataannya.

"Kau tidak curiga dia berselingkuh?" Goda Sehun.

HyunA mendengus dan berbalik telentang, kedua tangannya diletakkan di atas kepalanya, Sehun melirik payudaranya yang terekspos sempurna.

"Dia impoten, kau ingat?" gumamnya.

Tentu saja Sehun ingat, karena itulah HyunA memelihara Sehun, bukankah begitu? Sehun meringis pedih mengingat kenyataan itu.

"Kau tahu kau tidak perlu bekerja Sehun," gumam HyunA kemudian.

"Aku sudah berumur 18 tahun, sebentar lagi aku lulus, jadi aku harus mempersiapkan diriku."

"Ya, aku mengerti. Tapi kau bisa fokus belajar jika waktumu tidak terbagi dengan bekerja. Aku masih bisa membiayai kuliahmu."

Sehun berbalik menghadapnya dan memeluk pinggangnya,

"Terima kasih, tapi aku ingin mandiri. Kau tahu kan, aku terbiasa hidup keras dari kecil, jadi aku tidak akan membiarkanmu membuatku menjadi pria manja."

HyunA berbalik membelakangi Sehun dan merapatkan punggungnya ke dadanya.

"Ya sudah, kalau itu maumu."

Tak berapa lama kemudian Sehun sudah mendengar dengkuran halusnya.

Melihatnya sudah tertidur, Sehun bangun dan meraih boxernya yang tadi terlempar dan tergeletak di lantai, setelah memakai boxernya, Sehun menyelimuti HyunA dengan bed cover. Lalu ia melangkah ke luar kamar.

Sehun menuju bar yang terletak di sudut dapur, menghampiri tempat penyimpanan anggur, dan melihat-lihat isinya. Pilihan Sehun jatuh pada Armand de Brignac, Sehun meraih botolnya dan membawanya ke meja bar.

Sehun duduk dan menuangkan champagne itu ke dalam gelas yang langsung ia tenggak habis. Sensasi manisnya mengalir di tenggorokannya. Mengernyitkan kening, Sehun menatap botol Armand de Brignac yang mewah itu, berdiri dengan anggunnya di atas meja bar.

Champagne biasanya di minum saat sedang merayakan sesuatu bukan? Tapi sekarang, Sehun meminumnya, apa yang sedang ia rayakan? Keberhasilan Sehun menjadi gigolo? Sehun tersenyum miris mengingat itu. Apa Sehun seorang gigolo?

Sehun sudah berhubungan seks dengan HyunA sejak berumur 15 tahun, di hari pertama dia menemukan Sehun. Saat HyunA melakukannya, Sehun dalam keadaan kacau, tapi HyunA tahu cara menenangkannya. Dan HyunA membawa Sehun ke perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, gairah.

HyunA. Dialah penyelamatku.

flashback on...

Sehun kecil sedang meringkuk di pinggir jalan ketika Dia menemukannya, tangan Sehun yang gemetar mendekap erat tubuhnya yang kedinginan. Dia menghentikan mobilnya dan turun menghampiri Sehun. Setengah berlutut, dia menyentuh bahunya, Sehun menatapnya ketakutan.

"Jangan takut," bisiknya.

"Apakah kau sendirian?" tanyanya.

Sehun hanya menganggukkan kepalanya lemah. Dia tersenyum lembut,

"Ikutlah denganku."

Kemudian dia membantu Sehun berdiri dan membimbingnya menuju mobilnya. Mobil berwarna merah yang sangat bagus. Dia membukakan pintu penumpang dan menuntun Sehun memasuki mobil itu. Lalu dia berjalan kembali ke sisi kiri mobil dan duduk di belakang kemudi.

Melihat Sehun yang menggigil kedinginan, dia mematikan AC mobil dan berbalik meraih jaketnya yang tergeletak di kursi belakang.

"Ini akan membuatmu lebih hangat,"

Gumamnya sambil menyelimuti tubuh Sehun dengan jaketnya. Sehun menatapnya penuh rasa terima kasih. Dia kembali tersenyum,

"Namaku HyunA, siapa namamu?"

"Sehun."

"Okay Sehun, kau akan ke rumahku sekarang..."

Katanya sambil menatap lurus ke depan dan melajukan mobilnya. Saat mobil melaju, Sehun memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong.

Apa yang akan terjadi padanya selanjutnya?

Mobil memasuki sebuah halaman yang sangat luas. HyunA menghentikan mobilnya di depan rumah tiga lantai yang terlihat sangat mewah. Sehun melongo, menatap kemegahan rumah itu, dengan teras berlantaikan marmer yang ada pilar-pilar besar berwarna putih di setiap sisinya. Di depannya terdapat pintu utama dengan dua daun pintu yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran yang sangat indah.

HyunA ke luar dari mobil dan kembali membukakan pintu untuk Sehun. Dia membimbingnya menuju rumah itu. Sehun mengikuti langkahnya menaiki anak tangga, dan memasuki rumah itu.

Sehun lebih terkagum-kagum lagi saat memasuki rumah, tapi HyunA tidak membiarkan Sehun terlalu lama mengagumi seisi rumah itu.

Dia mengajak Sehun ke lantai dua dan memasuki sebuah kamar yang sangat luas, dengan ranjang yang besar dan kasur yang terlihat empuk. Sangat berbeda dengan kamar Sehun di rumah Seunghyun.

HyunA menuntun Sehun memasuki sebuah ruangan yang ada di kamar itu. Sehun kembali melongo ketika mengetahui ruangan yang besarnya lima kali kamar Sehun itu adalah sebuah kamar mandi. Sehun tersentak ketika HyunA mengangkat kaosnya.

"Angkat tanganmu," bisiknya lembut. "Tidak apa-apa, kau harus mandi," katanya ketika melihat Sehun hanya diam saja.

Sehun menurut dan mengangkat tangan, HyunA melepas kaosnya. Kemudian jarinya membuka kancing celana pendek Sehun dan melepasnya, Sehun tertunduk malu ketika menyadari dibaliknya ia sama sekali tidak mengenakan apa-apa lagi.

Tidak pernah terpikirkan oleh Sehun sebelumnya untuk membeli celana dalam, bisa memakai baju saja sudah untung.

Tapi HyunA tidak mempedulikannya, dia menarik tangan Sehun menuju shower. HyunA menyalakan shower, kemudian dia meraih botol sabun dan menuangkannya di telapak tangannya.

Tercium wangi lavender saat HyunA menggosok kedua telapak tangannya sehingga menghasilkan busa yang melimpah, membuat Sehun merasa tenang dan nyaman.

Lalu HyunA meraih spons dan menggosokkannya di dada Sehun menuju ke bawah hingga perutnya. Sehun merasakan kenyamanan saat jari-jari HyunA menyentuh kulitnya, seperti dibelai Ibu saat Sehun menangis, atau Seohyun imo saat mengantarkan Sehun tidur.

HyunA berjongkok dan mulai menggosok kaki dan pahanya. Sehun mengernyit ketika merasakan sesuatu yang menegang di antara pahanya saat HyunA menyentuhnya.

Otomatis Sehun menunduk, dan beradu pandang dengan mata HyunA yang sedang menatapnya tajam, Sehun merasa pipinya memerah.

Ketika HyunA sudah selesai memandikannya, dia meraih handuk dan melilitkannya di pinggang Sehun. Kemudian dia melepas pakaiannya yang basah karena terkena air.

Sehun ternganga melihatnya yang kini sudah telanjang bulat, merasa malu Sehun mengalihkan pandangannya. Perlahan HyunA mendekati Sehun dan menuntunnya ke luar dari kamar mandi tanpa mempedulikan ketelanjangannya.

Lalu dia mendudukkan Sehun di ranjang. HyunA berdiri di depannya, tangannya membelai lembut bahu Sehun. Dibelai HyunA dengan ketelanjangannya terasa berbeda dengan tadi, Sehun merasakan ada yang menggelenyar di dalam perutnya.

Sehun merasakan sengatan listrik yang mengalir di tubuhnya saat HyunA membungkuk dan mencium bibirnya, mula-mula terasa lembut, tapi kemudian semakin liar dan menuntut. Dia memasukkan lidahnya ke dalam mulut Sehun, dada Sehun langsung berdesir.

Selanjutnya Sehun merasa diselimuti bayangan sehingga ia tidak bisa mengingat pasti kejadiannya. Yang Sehun ingat kemudian adalah ia sudah terbaring dengan HyunA di atasnya, menggoyangkan tubuhnya dengan nafasnya yang memburu. Sehun terbelalak ketika merasakan sensasi aneh saat kejantanannya berada di dalam kewanitaannya.

Aliran darah Sehun mengalir lebih cepat dari yang ia ingat, dan Sehun mengerang, merasakan kebingungan dengan sensasi yang belum pernah Sehun rasakan ini.

Kemudian Sehun merasakan ujung kejantanannya membengkak dan terasa penuh, disebabkan oleh naluri, Sehun mendorong pinggulnya kuat-kuat, menggeram seolah tak tahu malu, lalu... meledaklah semuanya.

Langit seakan bersorak untuknya, menaburkan bintang-bintang yang bercahaya dengan indahnya. Bumi seakan mendukung Sehun dan melemparkannya dan kemudian dihempaskan pada kelembutan awan yang menyelimutinya dengan kehalusannya.

Sehun merasa berbeda, merasa sangat luar biasa dengan denyutan pada kejantanannya, dan tubuh HyunA yang terbaring di atas Sehun. Membuat Sehun melupakan semua permasalahannya.

Yang Sehun ingat selanjutnya adalah samar-samar, Sehun merasa HyunA melepaskan sesuatu dari kemaluannya, dan membuangnya ke sudut ruangan. Sebuah kantung karet bening yang penuh berisi cairan.

.

.

Pagi harinya HyunA membawakan Sehun makanan yang sangat banyak ke dalam kamar, Sehun makan dengan sangat lahap. Kegiatannya semalam benar-benar menguras tenaga. Muka Sehun terasa panas mengingat kejadian semalam, Sehun menunduk malu.

HyunA yang duduk di depan Sehun tersenyum lembut, seolah-olah mengerti dengan apa yang ia pikirkan. Dia meraih roti bakar yang ada di nampan Sehun dan menyuapkannya padanya,

"Kau harus makan yang banyak,"

Gumamnya, kemudian HyunA menyuapkan untuk dirinya sendiri.

"Jadi berapa usiamu?"

Sehun mengunyah makanannya dan menjawab pertanyaannya dengan gumaman,

"15 tahun."

Sehun melihat HyunA seperti tersedak, segera Sehun raih gelas minumannya dan menyodorkannya. HyunA menerimanya dan meminum habis air putih yang ada di dalamnya.

HyunA berdehem, "Well, kau tidak terlihat seperti... berusia 15 tahun," gumamnya kemudian.

Sehun tersipu, "Aku memang lebih besar dari anak-anak lain yang seusiaku," gumam Sehun. "Mungkin ini gen dari Ayahku yang orang Jerman..."

Kata Sehun kemudian sambil mengerutkan hidungnya karena merasa ragu.

"Ayahmu orang Jerman?" HyunA terlihat tertarik.

"Kata Ibuku..."

"Kau...tidak pernah bertemu dengannya." Itu pernyataan bukan pertanyaan.

Sehun menggeleng.

"Lalu sekarang di mana ibumu?"

Sehun menunduk, "Sudah meninggal."

Jawabnya pelan. HyunA menutup mulutnya dengan telapak tangannya,

"Oh...Maaf..."

HyunA terlihat sangat menyesal. Sehun tersenyum menenangkannya,

"Tidak apa-apa, kejadiannya sudah sangat lama."

Sehun berbincang-bincang dengan HyunA cukup lama, sama sekali tidak menyinggung kejadian semalam. HyunA tidak mengorek-ngorek masa lalu Sehun sehingga membuatnya merasa nyaman bersamanya.

Saat suaminya pulang HyunA mengenalkan Sehun kepada suaminya, Yeonseok. Pria yang tampan dan baik hati. Yeonseok mengijinkan Sehun tinggal di rumahnya.

HyunA bahkan memasukkan Sehun ke sekolah elit bertaraf internasional, dia mendaftarkannya sebagai keponakannya. Sehun diterima sebagai murid kelas 9, sama seperti waktu di sekolah yang lama.

Sehun selalu belajar dengan tekun, dan berusaha bersikap baik, ia tidak ingin mengecewakan Yeonseok dan HyunA yang sudah begitu baik mau menampungnya.

Tentu saja Yeonseok tidak tahu apa yang dilakukan HyunA bersama Sehun saat dia tidak ada di rumah. Tapi terlepas dari hubungan terlarang Sehun dengan HyunA, Sehun sangat menghormati Yeonseok.

Itu karena Yeonseok orang yang baik dan bijaksana. Tak jarang Sehun membantunya merekap data-data perusahaannya, Sehun cepat belajar, dan Yeonseok sangat senang dengan hasilnya.

Bencana datang saat Yeonseok memergoki Sehun sedang bercinta dengan HyunA di kamarnya, itu setahun yang lalu. Yeonseok marah besar, dia hampir memukul Sehun kalau HyunA tidak mendekapnya dan menyuruhnya lari, dan ketika Sehun sudah di luar kamar, HyunA mengunci pintu kamarnya.

Sehun berdiri di depan pintu kamar hanya mengenakan boxer, mendengar suara teriakan Yeonseok dan pecahan benda-benda yang dibanting. Lalu samar-samar, ia mendengar HyunA berkata-kata menenangkan Yeonseok.

"Ini hanya seks, sayang. Aku membutuhkannya... Setelah kecelakaan itu, aku tidak bisa mendapatkan kebutuhan seksualku darimu, bertahun-tahun aku menahannya, aku tidak pernah berpaling, aku mencintaimu... Sekarang pun aku mencintaimu. Yang kulakukan bersama Sehun hanyalah seks semata, bukan cinta. Ini bukan salahnya, aku yang memulai..."

"Sejak kapan?"

Sehun mendengar nada putus asa pada suara Yeonseok. Tidak ada jawaban.

"Apakah sejak pertama kau membawanya ke sini?"

Sehun tidak mendengar HyunA menjawabnya, tapi kemudian terdengar suara benda dibanting, membuatnya mengerti jawaban yang diberikan HyunA .

"Aku membutuhkannya, Yeonseok... Aku wanita normal..."

Sehun mendengar HyunA berkata dengan suara bergetar. Lalu Sehun mendengar Yeonseok menangis,

"Maafkan aku...Aku tidak bisa menjadi suami yang sempurna."

Hening sesaat.

"...Jangan di sini,"

Yeonseok kembali bersuara dengan lemah.

"...Bawa dia pergi, jangan melakukannya di sini... Aku sudah terlanjur menyayanginya..."

Kemudian Sehun meninggalkan tempat itu, dan berjalan menuju kamarnya dengan mata berkaca-kaca. Sehun benar-benar merasa seperti seorang bajingan. Dari dalam kamarnya, Sehun melihat Yeonseok pergi dengan mobilnya.

flashback off...

Sekarang di sinilah Sehun berada, tinggal di sebuah apartemen mewah, hidup berlimpah harta dengan semua fasilitas yang ada, tapi sama sekali tidak memiliki hati.

Sehun sudah membuang hatinya bersama dengan harga dirinya.

"Kau tidak tidur?"

Sehun menoleh dan melihat HyunA bersandar di pintu dapur, dia sudah mengenakan jubah tidurnya.

Sehun tersenyum kepadanya, "Kau terbangun ya?"

HyunA menghampiri Sehun,

"Tidurlah. Besok kau harus sekolah kan?"

Sehun mengangguk, lalu berdiri dan meraih pinggangnya, membimbingnya ke kamar.

"Temani aku tidur," gumam Sehun.

Sehun merangkak naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya, diikuti oleh HyunA. HyunA menyelimuti Sehun, kemudian merebahkan kepalanya di lengan Sehun, tangan HyunA memeluk pinggangnya.

"Tidurlah," bisik HyunA lembut.

Sehun mengusap-usap rambutnya sampai dia tertidur, tapi mata Sehun masih saja terbuka.

Inilah kutukannya.

Sehun tidak akan pernah bisa tidur jika ada orang lain di sisinya. Tidak akan pernah...

.

.

.

Mobil Sehun memasuki gerbang sekolah dengan perlahan, ia belokkan mobilnya ke tempat parkir dan memarkirkannya di tempat yang tidak terlalu jauh dari gerbang sekolah. Itu selalu Sehun lakukan agar ia bisa dengan mudah ke luar saat pulang nanti.

Sehun ke luar dari mobil dan membanting pintu mobilnya, menimbulkan suara yang menarik perhatian murid-murid lainnya. Tapi itu tidak membuat Sehun terganggu, tanpa mempedulikan tatapan mereka, Sehun melangkah menuju kelasnya.

Dari balik kacamata hitamnya, Sehun melihat beberapa gerombolan anak perempuan yang mencuri pandang ke arahnya, mereka berbisik-bisik dan kemudian cekikikan.

Sehun hampir sampai kelasnya ketika berpapasan dengan Victoria sam, salah satu staf TU di sekolahnya. Sehun menghentikan langkahnya dan melepas kacamatanya.

"Pagi, sam." Sapa Sehun sopan.

Victoria menghentikan langkahnya dan tersenyum melihat Sehun.

"Pagi, Sehun."

"Apa hari ini Anda membawa berita bagus untukku?"

Wanita setengah baya itu tertawa melihat Sehun yang memandangnya dengan tatapan memohon.

"Apa yang sedang kau nantikan?"

Victoria balik bertanya dengan senyuman di matanya.

"Sesuatu seperti...surat misalnya."

"Surat apa?" desaknya.

"Surat pemberitahuan lulus seleksi beasiswa," gumam Sehun ragu.

"Yap! Maka kau mendapatkannya,"

Kata Victoria sambil mengeluarkan sebuah amplop putih.

Hampir saja Sehun terlonjak gembira, ia menerima amplop putih yang diulurkan Victoria padanya. Amplop putih dengan logo sebuah perguruan tinggi yang paling berkelas dan berkualitas di kota ini.

"Kau hebat Sehun, se-Korea hanya lima orang yang mendapatkan beasiswa ini, dan kau mendapatkannya, selamat ya." Kata Victoria tulus.

Sehun mengangguk gembira, "Terima kasih,."

"Okay, semangat."

Victoria meninggalkan Sehun sambil melambaikan tangannya.

Sehun tersenyum simpul menatap amplop di tangannya, ini akan membuat semuanya menjadi lebih mudah. Sehun memasukkan amplop itu ke dalam tasnya dan meneruskan langkahnya menuju kelas.

Melihat para murid perempuan yang memandang Sehun dengan tatapan memuja, dan murid laki-laki yang memandangnya dengan tatapan ingin membunuh, Sehun hanya mengangkat bahu acuh, mereka hanya iri.

.

.

.

tobe continue

.

.

.

9 Januari 2018

hoi hoi haiiii... ada remake baruu yuhuyyy, disini ceritanya beda banget ama FIY, segala macam rasa bakalan kalian rasain, dan aku sukaaaa banget ama ceritanya, yes!

eeeh, sebelumnya kalian tau yoo yeonseok kan??? itu lho oppa2 yg mirip sehun wkwkk keknya itu orang lagi ngehitz bgt dikalangan exol, semenjak 1 varietyshow ama sehun, eaaa hahaha dan mereka emang mirip, lucuuu

buat yang suka remake ini, bisa di fav, buat yg belum ngefeel ama ceritanya bisa di follow dulu, siapa tau sukakk hehe buat yg sayang ama aku bisa langsung di fav follow and revieeww kkkkk~.

oiya aku mau promote niih, para author hunhan gs bikin 1 akun bersama yang isinya ff2 hunhan project, jangan lupa follow yaaa, nama akun nya...

Daisy Universe

see yaaa kesayangan2kuuhh!! chu~

.

cast:

Sehun: pengusaha

Luhan: wanita mempesona, kkk~

HyunA: penyelamatnya sehun waktu kecil

Yeonseok: suami hyuna

Chanyeol: teman sehun

Seunghyun(TOP): om nya sehun

Seohyun: istri TOP / tantenya sehun

Victoria: gurunya sehun (cameo)

cast soon:

Hayong: temen deket luhan

Irene: wanita di bar (cameo)

Donghae: ayahnya luhan

YoonA: ibunya luhan

Tiffany: bibinya luhan

Joongki: ayahnya chanyeol

Hyekyo: ibunya chanyeol

Yoora: kakaknya chanyeol