IchiOchaMocha, Present

.

.

Maybe is True

","

","

Disclaimer : Tite Kubo

Pairing : Rukia Kuchiki & Ichigo Kurosaki

Genre : Hurt Comfort

Warning : Fic ini mengandung unsur OOC, AU, TYPOS(maybe), dan kewarasan author sendiri dalam menciptakan karakter unik. Tema yang saya ambil disini adalah dari kisah klasik Sam Pek dan Eng Tay. Untuk masalah ending karena ini event IR happy endding, maka saya sedikit mengubah endingnya.

Summarry : Ini kisah dua orang berbeda kasta, dipenuhi hal menarik tentang arti cinta dan pengorbanan. Rukia dan Ichigo, kisah cinta mereka akan di kenang sepanjang masa. #For The Story of Destiny, an IchiRuki Event.

....

Tahun 1789, Mansion Kuchiki

Hujan pagi ini begitu deras. Air yang menetes dari atas langit seolah tak ingin berhenti sampai tangisannya reda. Maklum saja, ini musim semi yang indah dimana cuaca tidak bisa diprediksi. Kadang matahari bersinar cerah, kadang juga hujan yang turun dengan deras. Namun dibalik itu semua, berkat matahari dan hujan, tumbuhan dan bunga-bunga bisa bersemi dengan indahnya.

"Hujan sepertinya tidak akan reda sampai nanti malam, ya," gadis yang bergumam itu sedang meringkuk di dalam selimut hangatnya sambil memandang keluar jendela di dalam kamarnya yang luas itu. Gadis itu, Rukia Kuchiki. Ia seorang keturunan bangsawan yang terkenal di kota Seiretei. Kecantikannya yang elok bak bidadari yang turun dari langit membuatnya sangat populer di antara para bangsawan lainnya. Rukia bukannya tidak peka kalau dirinya memang populer, ia hanya tidak ingin peduli tentang anggapan orang yang menganggap dirinya cantik dan sempurna.

"Rukia-sama, apa anda sudah bangun?" tanya seorang pria paruh baya bernama Joushiro Ukitake. Ia merupakan kepala pelayan di mansion Kuchiki yang telah lama mengabdi.

'Sialan, mengganggu saja acara tidur suciku.' Rukia membatin kesal. Ia berencana untuk bangun siang setelah semalam tidak bisa tidur karena belajar merajut. Rukia dengan terpaksa bangkit dari tempat tidur dan segera membuka pintu kamarnya.

Sreeettt...

"Ada apa? Kau mengganggu acara tidurku Ukitake-san," ucapnya cemberut. Ukitake yang melihatnya hanya tersenyum kecil melihat Rukia yang telah ia anggap seperti putrinya itu menggembungkan pipinya. Ia begitu suka ekspresi Rukia yang seperti anak kecil.

"Maafkan saya Rukia-sama, Byakuya-sama menunggu anda di ruang keluarga sekarang." Sang pelayan senior di mansion Kuchiki ini. Rukia yang mendengar nama kakaknya di sebut membelalakkan matanya. Tumben sekali kakaknya memanggilnya pagi-pagi seperti ini. 'Merepotkan sekali,' batin Rukia kesal.

Sambil menggembungkan pipinya Rukia berkata kepada pelayang kesayangannya dengan sedikit mengeraskan suaranya. "Sampaikan saja pada Nii-sama, sepuluh menit lagi aku menemuinya."

"Baikalah, nona." Segera setelah Rukia berkata seperti itu, Ukitake pergi meninggalkan tempatnya berdiri di depan kamar Rukia. Memasatikan Ukitake telah pergi, Rukia kemudian menyibakkan selimutnya dan memilih mandi dengan air hangat yang telah disiapkan pelayannya beberapa menit sebelum Ukitake datang.

... "."...

"Ada apa pagi-pagi nii-sama memanggilku?" Oh, astaga. Rukia lupa jika ia sedikit kurang sopan berbicara dengan nada setegas itu. Sepertinya gadis itu lupa jika ia harus bersikap lemah lembut pada kakaknya.

"Duduklah."

Rukia menurut saja. Ia segera duduk dikursi menghadap kakaknya. "Langsung katakan pada intinya, nii-sama," ucap Rukia tegas. Lagi-lagi, suara yang terdengar seperti mengintrogasi lolos keluar dari bibir mungilnya. Byakuya yang melihat tatapan adik angkatnya hanya menatap datar ke arah Rukia.

"Nanti malam akan ada pesta di rumah keluarga Shiba. Aku harap kau datang mewakiliku."

"Baik, aku akan datang. Tapi aku tidak bisa lama."

"Renji akan mengantarmu. Kau boleh kembali ke kamarmu, Rukia."

"Aku permisi, nii-sama." Setelahnya Rukia meninggalkan Byakuya, sang kepala keluarga Kuchiki hanya memandang punggung Rukia yang semakin menjau dari pandangannya. Sambil mendecih sebal, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela. 'Mungkin dia masih marah padaku, Hisana,' batin Byakuya.

...","...

...","...

"Kau akan datang kesana, Rukia? Kau kan sangat membenci pesta? Kenapa kau bersedia menerima tawaran kakakmu?" Renji Abarai, orang kepercayaan Byakuya sekaligus teman kecil Rukia melontarkan pertanyaan yang sulit Rukia jawab. Bagaimana tidak, Renji bertanya tanpa tanda titik. Rukia bahkan tidak sempat menyela pertanyaan Renji.

"Hei, nanas. Jangan memberondongku dengan pertanyaanmu itu, baka!"

Dimulai dari situ, Renji diam sejenak dan mencerna ucapan yang lolos dari bibir Rukia. "Aku tidak baka."

"Huh. Dasar nanas."

"Kau ini mau menjawab pertanyaanku apa tidak sih. Jangan bertele-tele." Dalam mode ini, Renji terlihat semakin kesal dengan sahabatnya sekaligus cinta pertamanya itu. Dengan sedikit wajah cuek, ia berusaha merayu Rukia agar mau menjelaskan semuanya kepada dirinya.

"Hemm.. iya-iya. Aku kesana hanya penasaran dengan seseorang. Dia bernama Kaein Shiba. Kau ingat sesorang yang pernah menolongku? Dia adalah orangnya." Penjelasan Rukia sedikit membuat Renji merasa cemburu. Bagaimana tidak, ia sudah lama memendam perasaan pada Rukia sudah sejak lama.

"Jadi begitu ya?"

"Begitulah. Hei, kenapa reaksimu begitu? Kau tidak senang jika aku menemukan penolongku?"

"Ah, tidak. Hanya saja..."

"Hanya saja... ah, selamat kau akhirnya bisa mengetahui jati diri orang yang selalu kau bicarakan akhir-akhir ini, Rukia."

"Ada apa denganmu. Kau aneh sekali ketika aku menyebut nama penolongku, Renji."

Ya. Renji melupakan satu hal jika Rukia tidak mengetahui perasaannya selama ini pada majikannya itu. Renji lebih menutup perasaannya dan enggan mengungkapkannya pada Rukia karna ia takut akan penolakan gadis itu. Renji kembali memandang gadis itu dengan tatapan sulit diartikan oleh gadis itu, ia lantas mengalihkan tudingan Rukia padanya. "Lupakan saja. Sebaiknya aku pamit. Kakakmu akan membunuhku jika tidak segera menghadapnya."

"Ya sudah. Hati-hati Renji, kakakku sedang 'ada tamu' (kesal)," kata Rukia menggoda.

"Aku akan berhati-hati, chibi."

'Sialan kau nanas. Awas saja memanggilku chibi. Aku ini nona Kuchiki,' batin Rukia kesal.

...

Malam ini, pesta para bangsawan yang di adakan di mansion Shiba akan berlangsung. Rukia saat ini sedang berias untuk menghadiri acara tersebut. Baru kali ini dirinya sangat antusias datang ke pesta para bangsawan. Tentu saja, sebentar lagi harapannya bertemu dengan Kaien Shiba akan segera terwujud.

"Kau sangat cantik malam ini, Rukia," gumamnya pada cermin di depannya. Setidaknya apa yang ia katakan itu benar. Rukia tampak cantik dengan kimono berbahan sutera dan bermotif bunga itu, di tambah dengan haori juga tak lupa riasan yang minimalis namun terkesan imut yang melengkapi penampilannya malam ini. Rukia sepertinya akan menjadi bintangnya di pesta malam ini.

"Rukia-sama. Renji-san sudah menunggu anda," ucap sang pelayan.

"Aku segera menemuinya." Rukia tersenyum puas melihat pantulan dirinya di cermin. Ia kemudian bangkit dan segera menemui Renji yang telah menunggunya sejak tadi. Rukia sebenarnya sedikit berdebar-debar ketika nantinya bertemu dengan Kaein. Namun demi harga dirinya sebagai seorang bangsawan, ia tetap harus menjaga tingkah lakunya sebagai wanita dengan strata sosial tinggi.

'Kita akan bertemu lagi Kaein.'

... "."...

..."."...

Rukia dan Renji akhirnya tiba di kediaman keluarga Shiba. Renji yang duduk disamping Rukia terlebih dulu turun dari kereta kencana kebanggaan Kuchiki. Ia lantas mengulurkan tangannya pada Rukia agar gadis itu turun perlahan-lahan dari atas kereta.

"Hati-hati Rukia," kata Renji ketika membantu Rukia turun dari kereta. Maklum saja, kimono yang digunakan Rukia sedikit mempersulit ia turun kereta.

"Yap. Terima kasih Renji. Ayo masuk kedalam," ucap gadis itu senang.

Renji yang melihat senyum Rukia itu hanya bisa tersenyum sambil sesekali mengejek Rukia. "Kau semangat sekali."

"Hehehe.. tentu saja." Mereka kemudian masuk kedalam mansion keluarga Shiba. Rukia menggandeng tangan Renji. hal ini tentu tak disia-siakan Renji. 'Setidaknya, untuk malam ini saja Rukia,' batin Renji.

...

Pesta yang di adakan di mansion itu sangat meriah dan hanya di hadiri para bangsawan saja. Mereka yang datang bersuka cita dalam glamournya dunia bangsawan. Ada yang berdansa juga ada yang hanya sekedar makan dan bergurau dengan sesama bangsawan. Jujur saja, pemandangan ini membuat Rukia muak. Gadis itu menganggap bahwa kaum bangswan sama saja penjilat. Kalau bukan karena Byakuya dan Kaein Shiba, ia tidak mau datang ke pesta ini.

"Renji, pestanya ramai sekali. Bagaimana bisa menemukan orang itu kalau seramai ini," ucap Rukia cemas.

"Nanti juga ketemu. Ayo kita kesana." Renji mengajak Rukia untuk menyapa tuan rumah. Belum sampai melangkahkan kakinya, sura seseorang memanggil Rukia.

"Maaf, kau Rukia Kuchiki bukan?" tanya seseorang dari belakang Rukia.

'Suara itu,' batin Rukia. Rukia yang merasa mengenal suara itu langsung berbalik kebelakang. Betapa terkejutnya ia ketika seseorang yang ia cari memanggil dan mengingat namanya dengan baik.

"Oh, anda yang waktu itu ya? Kaien Shiba. Ah, sekarang saya mengingatnya," ungkap Rukia malu-malu. Gadis itu sangat berbunga-bunga saat ini. Ia bahkan tidak mampu menyembunyikan rona merah di pipinya karena merasa bahagia.

"Anda ternyata masih mengingatku. Aku sunggu tersanjung mendengarnya. Terima kasih banyak, nona."

"Panggil saja aku Rukia." Keduanya tertawa salah tingkah. Benar, keduanya sama-sama salah tingkah karena keduanya juga saling mengagumi satu sama lain sejak pandangan pertama mereka bertemu.

"Kalau begitu, kau juga harus Kaein. Kita seumuran, jadi panggil saja dengan nama itu ya," ucap Kaein tersenyum.

"Ah, perkenalkan, dia sahabatku, Renji Abarai," kata Rukia memperkenalkan Renji pada Kaein.

"Senang berkenalanan denganmu Abarai-san." Kaein dan Renji saling bersalaman. Ini pertama kalinya mereka bertemu, kecuali Rukia yang telah dua kali bertemu dengan Kaein.

"Ya, aku juga," kata Renji cuek.

"Mau ke halaman belakang rumah kami, Rukia? Sebenarnya aku tidak terlalu suka keramainan dan pesta seperti ini," kata pria bernama Kaein itu.

"Ah, aku juga tidak suka dengan keramaian, Kaein." Tentu saja Rukia tidak menyukai pesta ini, karena ada Kaein disampingnya jadi berbeda rasanya jika di banding sendirian larut dalam pesta. Rukia kemudian melirik ke arah Renji.

"Renji, aku ingin bicara dengan Kaein di belakang, kau nikmati saja pestanya. Oke," ucap Rukia enteng.

"Huft, baiklah kalau begitu," ucap Renji pasrah.

Kaein yang merasa mendapat tatapan intimidasi dari Renji, bermaksud meminta ijin untuk berbicara dengan Rukia. "Aku ke belakang dulu bersama Rukia, Abarai-san. Silahkan saja nikmati pestanya. Selamat menikmati acaranya."

"Aku cuma sebentar, Renji."

"Hn. Sebaiknya aku masuk ke dalam. Siapa tahu di meja ada pisang," ucap Renji menghibur diri.

"Kau ini. Nanti aku masuk kedalam menyusulmu. Jaa-nee." Kemudian Renji meninggalkan Rukia dan Kaein hanya berdua saja.

"Mari ikut denganku, Rukia." bersamaan dengan itu, Kaein menggandeng tangan Rukia dan menuntunnya ke halaman belakang milik keluarga Shiba. Mereka berjalan dalam diam, menikmati kesunyian berdua tanpa suara bising di dalam. Baik Rukia dan Kaein saat ini sama-sama berpikir agar keadaan sunyi seperti ini sedikit mencair.

"Rukia, kita sudah sampai. Kita duduk di rumah kaca itu saja, bangku di luar basah karena tadi pagi hujan deras," ucap Kaein menyadarkan Rukia dari lamunannya.

"Ah, iya. Maaf aku sedikit melamun," ucap Rukia canggung. Ia merasa tidak enak mengabaikan keberadaan Kaein di sampingnya.

"Tidak apa-apa." Keduanya saling memaklumi keadaan seperti saat ini. Mereka akhirnya saling mengobrol satu sama lain dan melupakan sejenak pesta yang di adakan keluarga Shiba. Baik Rukia dan Kaein saling melempar gurauannya dan melupakan status mereka sebagai seorang bangsawan.

"Ternyata kau tidak seperti yang orang lain bayangkan ya, Rukia." Ucapan jujur dari Kaein tak pelak membuat Rukia cengo.

"Maksudmu? Aku tidak mengerti?" tanya Rukia tidak mengerti apa yang Kaein.

"Mereka sering beranggapan kau itu bangsawan yang angkuh, tapi setelah bertemu denganmu semua anggapan mereka salah besar."

"Benarkah? Jadi sudut pandang mereka seperti itu, Kaein?" tanya Rukia polos.

"Ya. Banyak dari mereka yang memujimu, tapi banyak juga yang beranggapan seperti yang aku katakan tadi, Rukia," jawab Kaein dengan anggukan kecil dan senyum yang terukir di bibirnya.

Rukia tertawa kecil, sedangkan Kaein yang melihat tingkah Rukia ikut tertawa karena bagi Kaein tingkah Rukia ini benar-benar lucu dan polos. "Ya, ampun. Aku sungguh tak menyangka aku terkenal," ucap Rukia sambil terkekeh. Sepertinya malam ini akan menjadi malam terindah bagi Rukia. Ya, semoga saja ini bukan hanya mimpi untuk selanjutnya.

..."."..

Esok harinya

"Nii-sama, aku ingin masuk ke Akademi Huece Mundo," pinta Rukia pada kakaknya. Byakuya yang mendengar permintaan adiknya hampir saja menyemburkan tehnya karena keterkejutannya. Bagaimana tidak kaget, adiknya sejak tadi pagi ingin berbicara dengannya hanya untuk urusan ini.

"Itu akademi khusus pria. Kau tidak boleh masuk ke sana," ucap Byakuya tegas.

"Nii-sama, aku ingin belajar soal pemerintahan. Aku sudah menguasai semua pelajaran yang di ajarkan Unohana-san kok. Jadi, tolonglah nii-sama."

Byakuya memandang lagi wajah adiknya yang sedang menggunakan jurus mautnya. Ia merasa tatapan Rukia itu seperti mengintimidasinya agar mau menyetujui permintaannya. Namun Rukia lupa, meyakinkan Byakuya tidaklah mudah. "Sekali tidak tetap tidak, Rukia," kata Byakuya lagi.

"Hiks... Nii-sama kejam sekali padaku." Lagi-lagi, Rukia mengeluarkan jurus terakhirnya untuk meluluhkan hati Byakuya.

Melihat adiknya menangis, ia menjadi tidak tega. Ia akhirnya mengalah pada Rukia. "Baiklah, aku ijinkan kau belajar di akademi. Tapi ada syaratnya," kata Byakuya mengalah.

Wajah Rukia seketika berbinar-binar. Ia tak menyangka jurusnya akan berhasil meluluhkan hati kakaknya. "Apa, nii-sama?" tanya Rukia antusias.

"Kau herus menyamar sebagai seorang laki-laki. Aku tidak ingin mereka tahu kau wanita. Jadi jangan bocorkan rahasia ini pada siapapun. Bagaimana, kau setuju dengan syarat ini, Rukia?"

"Aku sanggup nii-sama. "Terima kasih banyak nii-sama, aku sayang nii-sama." Rukia lantas memeluk kakaknya. Entahlah, Rukia sangat menyayangi Byakuya seperti kakak kandungnya sendiri. Meskipun Byakuya terlihat dingin, namun itu tidak membuatnya membenci Byakuya.

"Ukitake akan segera menyiapkan keperluanmu. Dua hari lagi kau bisa mulai masuk ke Akademi itu," kata Byakuya datar. Ya, sosok Byakuya memang tidak pernah menunjukkan sisi hangatnya secara langsung pada Rukia.

"Lalu aku tinggal dimana nii-sama?" tanya Rukia lagi.

"Kau tinggal di rumah peristirahatanku di sana. Aku tidak ingin kau tinggal di asrama. Itu akan berbahaya jika kedokmu terbongkar," jawab Byakuya.

"Umm, baiklah kalau begitu."

...

Siang ini, Rukia bermaksud menyampaikan kabar bahagia ini pada Renji. Ia akan berangkat menemui Renji di kantor kakaknya. Sepanjang perjalanan menggunakan kereta kuda milik keluarga Kuchiki, Rukia tak henti-hentinya memikirkan akan berlajar bersama Kaein. Ya, meski sebenarnya ia ragu akan penyamarannya, namun demi dekat dengan Kaein ia menyetujui syarat kakaknya.

"Nona, kita sudah sampai," ucap sang pelayan yang mengantar Rukia ke tempat kantor kakaknya.

"Terima kasih Ikaku-san. Tunggu aku disini ya. Aku tidak lama." Setelah berkata seperti itu, Rukia langsung keluar dari kereta dan melangkahkan kakinya masuk kedalam kantor itu.

"Rukia? Kenapa kau disini?" tanya Renji heran.

Rukia menarik tangan Renji dan membawanya ke ruangan kerja Renji. Renji hanya bisa pasrah ketika tangannya di tarik oleh Rukia. "Dimana nii-sama? Sebenarnya ada yang harus aku bicarakan padamu, Renji," kata Rukia tersenyum misterius.

"Sabar dong, jangan menarikku seperti itu, Rukia. Kakakmu sedang melihat pabrik di belakang. Kau ingin mengatakan apa padaku?"

"Kau tahu, besok aku akan ke Huece Mundo untuk tiga tahun kedepan, Renji."

"Apa? Kau serius? Tidak bercanda kan?" Renji sangat terkejut dengan pernyataan Rukia. Ia merasa jika ini hanya sebuah lelucon yang dibuat gadis Kuchiki itu untuk mengerjainya.

"Jangan berlebihan seperti itu, Renji. Aku sangat serius, bahkan nii-sama sudah mengijinkanku. Kau tenang saja aku akan kembali kok," kata Rukia enteng.

"Ini terlalu mendadak," kata Renji lirih. Dari ucapan Renji, ia terlihat tidak terima dengan keputusan Rukia yang begitu mendadak.

"Heheheh, aku ingin memberimu kejutan, baka!"

Dengan perasaan sedih, ia berusaha untuk tetap terlihat tenang agar Rukia tidak curiga. "Aku harap setelah disana kau bisa menjaga diri baik-baik, Rukia," kata Renji memberi dukungan.

"Oke-oke boss," jawab Rukia enteng. Sebenarnya, tanpa Rukia tahu, Renji begitu sedih mendengar keputusan Rukia untuk tinggal di Huece Mundo. Renji tidak ingin kehilangan Rukia. Ia ingin selalu melihat Rukia, namun sepertinya Rukia sangat sulit ia gapai. Ya, sepertinya ia harus menunggu kepulangannya dan mengatakan isi hatinya pada Rukia.

To be countinued

A/N : Setting yang saya ambil abad pertengahan. Ya, dimana kaum bangsawan sangat kental auranya..hehehhe. Oya, Byakuya disini merupakan pengusaha kain sutera terkenal di Karakura, ia memiliki kantor di wilayah yang tersebar sampai Huece Mundo. Chara Byakuya disini nggak sekaku biasanya, dan Rukia saya buat seceria mungkin. Oke, sekian dulu.

Fic ini khusus saya buat event IR juga buat KayKeyKoi, yang pengen ide Sam Pek dan Eng Tay terwujud, terima kasih buat yang mau nyempetin baca fic gaje ini.. see u next chapter ..