Naruto Masashi Kishimoto
Kuroko no Basket Tadatoshi Fujimaki
Sebuah fiksi untuk #MariBerpuisi
[Saya tidak mengambil keuntungan material apapun dalam pembuatan fanfiksi ini]
Akashi Seijuuro | Hyuuga Hinata
Poetry, AU
[untitled]
Kita bertemu sebab kekalutan yang lelah kita simpan dalam lautan tenang
Matamu menyapa
bersama seulur tangan yang tidak menawarkan harapan
hanya hampa
dan
tidak ada apa-apa
Kita tenggelam,
tenggelam,
lalu menyesal
setelah itu
bersyukur
hari terakhir kita tidak sesepi yang kita kira
mungkin juga
hari ini akan punya nama
meski hanya untuk kita berdua
dan
udara
yang lepas dari genggaman semesta
Kita masih manusia
...
..
Akashi Seijuuro memang benar-benar terlihat seperti yang dibayangkan Hyuuga Hinata; muram, kumal, berantakan, tidak terurus. Ia mungkin—pasti—tidak peduli lagi pada dirinya sendiri. Hinata pun bukannya ingin mengambil pusing dan memperhatikan. Itu tidak penting. Toh ia juga sama saja. Sama-sama orang yang bertemu dan setuju untuk saling menemani pada waktu terakhir kali.
Terdorong oleh kebiasaan dan kewajaran, Seijuuro mengulurkan tangan. Tangan itu sama sekali tidak gemetar. Hinata mengangkat wajah lalu menyambut tangan itu. Hampa. Hambar. Tawar. Tapi, paling tidak masing-masing mereka masih bisa merasakan rasa-rasa yang tersisa.
"Akashi Seijuuro."
"Hyuuga Hinata."
Angin mengamini takdir itu. Ia tidak berbisik atau mencoba berembus mengusik.
Semua diam adalah jawaban.
Semua diam bebas menyandang persamaan makna.
...
..
Hidup dan mati adalah lengan yang memeluk bumi
Manusia adalah pemuja keberadaan
Keberadaan melahirkan aturan
Aturan berdiri atas pilihan-pilihan
Pilihan adalah lagu sumbang yang katanya milik semua orang
Memang
Lalu …
...
..
Mereka sampai di gerbang rimba. Ini adalah lautan pohon: Aokigahara. Hutan di kaki Fuji yang lebih juga terkenal sebagai tempat bunuh diri di negeri ini.
'No entry'
Seijuuro dan Hinata berhenti. Mereka memandang jauh ke depan. Pada kerapatan hutan yang seakan-akan menawarkan persembunyian yang tak akan terpecahkan. Pada kegelapan yang akan memakan semua kegelisahan dan keputusasaan.
Hinata mengangkat tangannnya menyentuh papan itu, "Kenapa harus ada tulisan ini jika nyatanya semua orang bisa melewatinya dalam satu lompatan kecil."
"Untuk pertimbangan, mungkin." Seijuuro mengangkat pandangan pada dahan-dahan pohon yang memayungi bumi dari tatapan nyalang langit dan matahari.
"Dari sini, kita punya pilihan," Seijuuro melanjutkan tanpa mengalihkan pandangan, "Menghilang, mencari diri sendiri, dan kembali."
Hinata memandang Seijuuro cukup lama. Meski ragu, Hinata memutuskan untuk mengutarakan pertanyaannya, "Akashi san … kenapa kau memutuskan untuk melarikan diri dengan cara ini?" Pertanyaan itu tidak benar-benar terdengar diucapkan pada seseorang.
Hinata bisa melihat pemuda itu menyunggingkan senyum miring. "Aku tidak lagi menemukan keberadaan, Hinata. Aku kalah dalam semua perjudian dunia dan manusia. Di sisiku, kesalahan bukan hal yang akan dapat permakluman."
Jeda lama.
Hinata menghiraukan Seijuuro yang langsung menyebut namanya.
"Kau?" Seijuuro sesungguhnya tidak benar-benar bertanya. Ia hanya menghalau debarannya yang bertambah cepat ketika langkahnya akhirnya berpindah memasuki gerbang hutan.
"Kupikir aku hanya mengambil pilihan."
Hinata menjamah tas punggungnya, "Aku punya tali sepanjang lima kilometer …"
Seijuuro berbalik dan memerhatikan Hinata yang bergerak melingkarkan ujung tali pita pada salah satu badan pohon. Ia paham. Mereka ternyata membawa pilihan yang berbeda. Ia yang memilih menghilang. Dan Hinata yang memilih mencari jawaban antara hilang dan kembali.
"Boleh aku menggenggam tanganmu ... Sei?"
Seijuuro menyerahkan tangannya. Namun ia tidak memberikan apa-apa.
...
..
Apa persamaan hutan dan manusia?
Mereka sama-sama rimba
Namun
Manusia adalah rimba tak terjamah meski ratusan teori mencoba memetakannya
Apa persamaan hutan dan manusia?
Mereka sama-sama menyimpan rahasia
Namun
Manusia adalah manipulator ulung yang pandai membolak-balik awan menjadi Unicorn atau Pegasus lalu mengubahnya menjadi sapi dan domba
Manusia itu hutan
Kamu akan tersesat jika memasukinya tanpa memberi tanda pada jejak
Semua kita adalah pengembara
...
..
Seijuuro dan Hinata berjalan beriringan. Diam-diam, pada tali yang mengulur renggang, sealun doa mengalir dan mencoba menggapai Tuhan dan semesta.
Selesai.
Terima Kasih,
Kavya.
[20 Januari 2018]
