Akashi lengket. Dimanapun berada, ia akan selalu ikut tergeret. Karena itu maunya. Kakak Akashi baik, selalu pengertian pada Adiknya yang paling imut, melebihi marmut. Seperti saat ini, Kakak Akashi memutuskan untuk beristirahat dari dunia entertainment sehingga, dengan membawa Akashi yang sudah memasuki usia empat tahun, ia menuju ruang produser untuk menyerahkan surat pengunduran diri.
Tok. Tok. Tok.
"Permisi,"
"Masuklah,"
Pintu digeser, Paman yang terlihat pedo—dimata Akashi—memilin kumisnya sambil melihat kearah laptopnya. Senyumnya mesum. Akashi langsung mempererat gendongannya dengan memeluk Kakaknya—takut nanti oppai Kakaknya diapa - apain. Kakak Akashi menyerahkan surat pengunduran diri. Si kumis pedo—panggilan dari Akashi—mengalihkan perhatiannya. Tangannya tergerak untuk mengambil, kemudian membaca surat itu.
"Jadi, itu keputusanmu ?"
"Ya, begitulah Pak Produser..."
Singkat, tapi cukup jelas untuk dimengerti.
"Tapi Akashi-san..." Ada jeda yang cukup lama, "er... maaf? kau ketularan sifat Ayahmu?"
Kakak Akashi mengernyit heran, Pak Produser dengan perlahan membalik surat pengunduran diri. Kakak membaca dengan teliti.
"...dan, setauku tulisanmu itu bagus dan rapi... maaf lagi, Akashi-san? Ini seperti ceker Ayam."
Gunting melayang, Pak Produser pingsan.
"Sei-chan, kau yang melakukannya ?"
"Ya,"
Pantas saja.
.
.
.
.
Kuroko no Basuke Fanfiction © Tadatoshi Fujimaki
Warning; Typo bertebaran, OOC, Chibi! AU, Reader/OC as Kakak Akashi berdasarkan sudut pandang orang ke dua (niatku sih X3 #dibuang), OC bertebaran, dll.
.
.
.
.
Chapter 1: Ada Onee-chan, Ada Tetsuya.
Akashi Seijūrō membuat kedua orang tuanya ribut dan kesusahan, dipagi hari. Otou-sama dan Okaa-sama terpaksa bangun demi anak laki-laki tercinta mereka—biasanya jam segini mereka masih tidur. Otou-sama sibuk menyiapkan buku apa yang akan Akashi bawa sedangkan Okaa-sama sibuk menyiapkan perlengkapan sehari - hari. Kakak ? Sebenarnya Akashi masih ingin mengeloni Kakaknya, namun karena hari ini ia harus pergi sekolah, Akashi meminta Kakak untuk memandikannya. Modus.
Hari ini pertama kalinya Akashi Seijūrō akan pergi ke TK, Otou-sama sih lebih suka ia homeschooling. Akan tetapi karena keberadaan Okaa-sama yang ingin anaknya berbaur dengan sosial, terpaksa Otou-sama iya - iya aja... daripada diceraiin dengan alasan 'mendingan-incestan-sama-Kakak' nggak elit 'kan ?—oh rupanya ini yang membuat Akashi junior cinta pada Kakak, genetika dari ibu rupanya.
Setelah selesai menyiapkan perlengkapan untuk Akashi kecil, Okaa-sama melirik kearah jam tangan. Ah, waktunya Akashi kecil kesekolah.
Okaa-sama pergi ke kamar Kakak, mengetuknya pelan. Terdengar Akashi merengek.
"Onee-chan.. Aku nggak mau sekolah. Nanti burungku gimana ?"
"Tidak apa Sei.. Onee-chan dan Okaa-sama akan menjaganya,"
"Tetep nggak mau."
Akashi kecil tau kok, kalau sekolahnya menetapkan sistem pesantren, karantina—maksudnya nginep selama sekolah gitulah—yang akan membuatnya tak bisa ketemu Kakak. Tapi, disana ia bisa bertemu Tetsuya. Akashi dilema. Gimana dong ?
Okaa-sama membuka pintu, senyum lembut terpatri diwajahnya. Ia mengelus kepala Akashi dengan lembut.
"Sei, bisa tinggalkan Ibu dan Onee-chan." Sei penurut, karena kata Kakak ia imut. Kalau Okaa-sama dan Kakak yang meminta, ia menurut. Kalau Otou-sama ? Ya sudi amat.
.
.
.
Setelah perdebatan yang cukup lama. Akhirnya Akashi kecil mau sekolah, dengan syarat... Onee-chan harus jadi Sensei, biar Sei bisa deket sama Onee-chan.
Otou-sama awalnya merasa terasingkan saat mengantar perpisahan mereka. Yah, siapa suruh dia sok mau baca dokumen dikantor—tapi biar dicap jadi Otou-sama yang keren, akhirnya ia menyingkirkan si supir dan mengantar Akashi.
Aura Akashi kelam, aura Kakak Akashi ceria. Tetsuya yang melihat mereka turun dari mobil keluarga Akashi yang langkanya nggak bisa dicari dimana-mana—cuma satu di dunia—pun mendekati mereka. Akashi berbunga-bunga, siap memeluk Tetsuya, dalam angan-angan.
"Akashi-kun ?" Suara imutnya yang jernih membuat Akashi melayang, "ini Onee-chanmu ?" Akashi mengangguk.
Ia keturunan Akashi, meskipun orang lain susah melihat Tetsuya karena hawa keberadaannya yang tipis, tapi kalau perkara itu sih mudah untuk Kakak Akashi selesaikan.
Tetsuya membungkuk. "Salam kenal Onee-chan," mereka berdua kemudian bertatapan, Akashi merasa ada sesuatu yang nggak beres.
"Tetsuya shota, imutnya~" pipi Tetsuya dicubit, dan diciumi. Wajah si biru muda masih tenang.
JLEB. Nee-chan tidak pernah bilang aku shota. Tapi Akashi iri.
"Terimakasih, Onee-chan juga cantik sekali."
JLEB. Tetsuya tak pernah memujiku. Akashi kaku.
Dan jadi butiran debu.
