Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: OOC, AU, typo(s), shonen-ai, gaje, aneh, dll.
Ada-ada saja ulah para fans untuk menyatukan Sasori dan Deidara, seniman dan artis terkenal yang sedang naik daun. Mereka bahkan membuat sebuah perkumpulan dan menamai diri mereka sebagai 'Reloves'. Apakah 'misi' mereka akan berhasil?
~SasoDei FansClub: Reloves~
"Kyaaaaaa Deidaraaa!"
"Deidara-kuuun"
"Deidara, I love youuu!"
Seorang pemuda berambut pirang keemasan hanya tersenyum kepada para gadis yang terus berteriak memanggil namanya.
"Deidara-chan~ Kau cantik sekali!"
Dan memberikan sebuah deathglare kepada seorang laki-laki yang mengatakan ia 'cantik'.
Ia tersenyum sekali lagi lalu sedikit melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam sebuah tempat wisata ditemani oleh beberapa bodyguard dan seorang manager. Walaupun tak ada satupun fans yang bisa masuk ke dalam tempat wisata –yang hari ini dipesan khusus untuknya, namun teriakan mereka tetap terdengar dari dalam tempat wisata tersebut.
Deidara adalah seorang artis yang sedang naik daun dan sedang mencapai puncak kesuksesan dalam kariernya sebagai artis. Ia mengisi beberapa film layar lebar sebagai pemeran utama. Penggemar? Tentunya ia memiliki penggemar. Sangat banyak bahkan. Namun berbeda dengan artis lainnya, penggemar Deidara bukan hanya dari kalangan gadis namun kalangan pria juga. Mungkin karena rambut panjang Deidara dan tubuhnya yang lumayan ramping, membuatnya terlihat menarik.
Seorang laki-laki berambut hitam panjang menyodorkan sebuah handuk kering kepada Deidara. "Kau berkeringat," ucapnya. Sang manager.
Deidara menghela napas dan menerima handuk itu dari tangan managernya, lalu megusap peluh di pelipisnya. "Aku yakin kita hari ini pergi ke tempat ini bukan untuk refreshing un."
"Ya, kau memang benar," ucap sang manager yang tetap berjalan di sebelah Deidara.
"Lalu untuk apa aku kesini, Itachi?"
Laki-laki bernama Itachi yang merupakan managernya itu sedikit melirik artisnya, dan menjawab dengan nada datar "untuk sebuah keperluan di luar pekerjaan."
Deidara memutar bola matanya.
Mereka terus berjalan hingga tiba di sebuah taman yang begitu luas dengan berbagai tanaman tertanam di sana. Rerumputan yang rapi menjadi karpet hijau di taman tersebut. Beberapa pohon rindang berbagai ukuran pun memenuhi taman yang terlihat begitu alami. Tempat wisata yang menyejukkan mata.
Deidara berhenti melangkah karena tertegun melihat pemandangan yang entah sudah berapa lama tak dilihatnya. Sedangkan Itachi tetap berjalan, menghampiri seorang laki-laki yang duduk menyendiri di bangku taman. Deidara mengernyitkan dahinya, memperhatikan Itachi yang tengah berbicara dengan seorang laki-laki berambut merah darah.
Setelah beberapa lama mereka membicarakan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh Deidara, Itachi menoleh ke arah Deidara dan memberi isyarat agar ia mendekat. Mengerti maksud Itachi, Deidara melangkah mendekati mereka berdua.
Laki-laki berambut merah itu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Deidara. Deidara tersenyum tipis kemudian membalas uluran tangan tersebut.
"Sasori."
"Deidara, un."
Un?
Laki-laki bernama Sasori itu mengernyitkan dahi sesaat namun sesaat kemudian raut wajahnya terlihat datar kembali.
"Sasori adalah pelukis terkenal." Itachi menjelaskan "Seorang seniman terkenal yang sa_"
"Seniman un?" ucapan Itachi terpotong oleh pertanyaan Deidara. Deidara mengerutkan dahinya dan melipat kedua tangannya di depan dada. Memberi tatapan tidak terima.
Itachi mengabaikan pertanyaan Deidara dan melanjutkan penjelasannya. "Intinya Sasori akan melukismu."
Kerutan di dahi Deidara bertambah. "Melukisku un? Untuk apa?"
"Ayahmu yang memintanya. Sudahlah, ikuti saja," ucap Itachi seraya menjauh dari mereka berdua.
Deidara memberikan tatapan tidak suka dan tidak terima kepada Itachi namun tidak bisa berbuat apa-apa karena Itachi sudah menjauh dari mereka dan duduk di bawah sebuah pohon, sibuk dengan ponselnya.
"Duduk."
Deidara menoleh ke arah Sasori saat mendengar suara yang dingin itu seolah memberi perintah padanya.
"Kau memintaku untuk duduk atau menyuruhku untuk duduk un?"
"Keduanya," ucap Sasori sekedarnya seraya menyiapkan perlengkapan lukisnya. Ia duduk di depan sebuah kanvas besar dan mulai memilih pensil sedangkan Deidara masih berdiri dengan raut wajah cemberut.
"Kau anggap lukisan itu seni un?"
"Ya."
"Kau salah un. Seni itu adalah sesuatu yang ra_"
"Aku tidak meminta pendapatmu. Cepat duduk dan selesaikan ini."
Deidara sebenarnya ingin menentang. Sasori di hadapannya ini benar-benar menyebalkan. Tapi Deidara setuju, ia ingin ini cepat selesai lalu ia bisa pulang dan istirahat di rumahnya. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di bangku taman dengan posisi santai.
Ia berpikir sebentar lagi ia akan mendengarkan protes dari Sasori mengenai posisi kakinya yang terlalu santai.
Tapi ternyata ia salah.
"Tatap kesini."
Hanya itu yang Sasori katakan.
Deidara menatap mata Sasori. Iris biru Aqumarine mata Deidara bertemu dengan iris Hazel mata Sasori. Untuk beberapa detik, mereka bertatapan dalam diam.
Kemudian Sasori tersadar dan mulai menggoreskan pensil kayu di permukaan kanvas, membuat sketsa dari wajah indah Deidara.
Tunggu.
... indah?
Sasori mengabaikan satu kata yang terlintas begitu saja di pikirannya. Ia mulai fokus melukis, menunjukan bakat seni yang sudah ia miliki sejak lahir.
Sekitar setengah jam duduk diam tidak bergerak, Deidara merasa tubuhnya mulai pegal dan ia memutuskan untuk sedikit mengubah posisi duduknya. Sasori menaikan sebelah alisnya saat melihat posisi duduk Deidara yang berubah.
"Kembali ke posisi semula," ujarnya.
"Tapi un, aku lelah un."
"Kembali. Ke. Posisi. Semula." Ucap Sasori memberi penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.
Deidara menghela napas, "Baiklah baiklah." Ia mencoba untuk kembali ke posisi duduknya yang semula namun sesaat kemudian ia terdiam.
"Ada apa?" tanya Sasori.
"Aku..." Deidara tersenyum dengan raut wajah bersalah, "lupa bagaimana posisi dudukku tadi un."
Ada apa dengan bocah ini? Sasori berbisik dalam hatinya.
Sasori menghela napas kemudian berdiri dan mendekati Deidara. Ia berdiri di sebelah tempat duduk Deidara. Dengan tangannya sendiri, ia membenarkan posisi duduk Deidara. Mulai dari kakinya, pundaknya, lalu kepalanya.
Sekali lagi Sasori membenarkan posisi pundak Deidara, tanpa sengaja tangan dinginnya menyentuh leher Deidara.
Deidara tersentak saat merasakan jemari Sasori menyentuh lehernya, ia segera menoleh ke arah Sasori. "Jangan sentuh le_"
'cup'
Tanpa sengaja bibirnya bersentuhan dengan bibir Sasori.
"..."
"..."
'jepret'
Mereka sama-sama tersentak kaget kemudian saling menjauhkan diri dengan wajah sama-sama memerah karena terkejut dan juga malu. Deidara segera mengusap bibirnya dengan tangannya sendiri sedangkan Sasori terdiam.
"Kyaaaaaaa!"
Sasori dan Deidara serentak menoleh ke arah asalnya teriakan tersebut.
Seorang gadis terlihat keluar dari balik pohon seraya melompat-lompat girang. Ia menatap layar kameranya sekali lagi lalu kembali berteriak.
"KYAAAAA SASODEIIII!"
Saso—apa?
_TBC_
Hehe sekian dulu pembukaan untuk fanfic ini. x3
Tertarik dan berkenan meninggalkan review?
