Disclaimer : Vocaloid milik Yamaha Corp, Crypton Future Media (CFM), dkk (dan konco-konconya), tapi cerita ini asli milik saeia.. =w=d
Genre : Romance, angst, hurt/comfort (maybe)
Rating : T
Warning : cerita abal dan semaunya, typo(s) *maybe*, aneh bin ajaib, luar binasa + gaje = unik.
Pairing : Kagamine Twins
Summary: Rin yang di tinggal mati oleh pacarnya, Rinto, frustasi dan disaat hari-hari tergelapnya Len selalu menemani Rin dan berusaha membuatnya kembali tersenyum. Tapi ternyata, Len juga menyimpan perasaan terhadap Rin saudara kembarnya.
Chapter 1
Rin PV
"Kenapa? Kenapa kamu pergi? Meninggalkanku sendiri di dunia ini? Aku membutuhkanmu! Kembalilah!" kata-kata yang selalu terulang di hatiku setiap hari, sekarang membuatku frustasi sendiri… Ya, benar! Sejak kejadian pada hari dimana kau pergi. Lebih baik aku juga pergi menjemputmu!
"Bodoh! Apa yang kau lakukan?" suara Len membuatku terbangun dari lamunanku. Dia menyambar pisau dari genggamanku dan melemparnya kesudut kamar mandi. "Bukan berarti Rinto meninggalkanmu, lantas kamu berbuat seperti ini!" Len mengangkat mukaku, membuatku bisa melihat wajah khawatirnya kemudian dia mendekapku kuat-kuat.
Len yang melihat pakaianku basah, menggantinya dengan baju tidurku. Dia menyelimuti tubuhku dengan selimut. "Aku akan membuatkanmu coklat panas, tunggu disini!". Suara decit teko menemani suara lagu instrumental yang ku dengar. Perlahan sepasang kaki melangkah mendekatiku. "Ini, minumlah! Itu akan membuatmu lebih baik." Ujar saudara kembarku.
"Sama sekali tidak. Itu tidak akan mengembalikan Rinto."
Len hanya menunduk dengan wajah nanarnya. Perlahan tangannya naik merangkulku dengan lembut. "Aku tahu kamu sangat mencintainya. Tapi jika kamu juga pergi, aku yang akan sendiri. Sudah cukup orangtua kita yang meninggal. Aku tidak mau merasakan kesedihan dan kesepian sekali lagi. Kamu satu-satunya yang kupunya sekarang. Kumohon, jangan lakukan sesuatu yang bisa membuatku kehilangan dirimu." Rangkulannya berubah menjadi sebuah pelukan yang erat. Dia menciumi rambutku tanpa henti. Aku bisa merasakan air matanya mengalir di dahiku. Aku pun membalas pelukannya itu.
"Maaf, maaf, maafkan aku Len! Kematian Rinto telah membuatku frustasi sehingga aku lupa bahwa aku masih memilikimu." Terbenam dalam pelukan Len, aku pun ikut menangis. Len melepaskan pelukannya dan menyeka air mataku dengan punggung tangannya. Dia tersenyum kemudian memberikan cangkir berisi coklat panas kepadaku. "Minumlah, setelah itu langsung tidur saja. Aku yakin kamu pasti capek."
Setelah menghabiskan coklat panasku, Len mengantarku menuju kamarku. Aku terbaring diatas kasur dengan Len yang duduk di sampingku. Dia menyelimutiku kemudian mengecup dan mengelus keningku. "Tidurlah!" bisiknya pelan. "unn.. oyasumi" Aku menutup mataku, namun tak terlelap. Aku masih bisa merasakan tangan Len yang masih mengelus rambutku. Dia masih menemaniku. Tanpa sengaja aku mendengar gumamannya, "Aku mencintaimu. Selalu… Sejak dulu, bahkan sebelum kau kenal dengan Rinto. Aku tidak peduli meskipun kita saudara, perasaan ini tidak bisa kubohongi. Oyasumi boku no kawaii kyoudai." Len pergi meninggalkan kamarku. Aku hanya termangu mendengar kata-katanya.
Keesokan harinya, aku terbangun dari mimpiku. Berjalan menuju cermin, melihat mataku yang sembab karena menangis selama 1 minggu. "Begitu buruknya raut mukaku" ujarku sambil sedikit tertawa. Aku turun menuju ruang makan, wangi masakan mulai memasuki hidungku. Terlihat disana Len sedang menyiapkan sarapan. Aku pun menghampirinya.
"Ohayou Len." Ujarku.
"Ah, ohayou.." Len tersentak karena kaget. Kemudian dia membawa piring berisi omelet ke meja makan.
"Biarku bantu."
"Tidak usah, kau mandi saja dulu!"
"Ahhh~! Ya sudah.."
Selesai mandi, aku langsung mengganti pakaianku dengan seragam sekolah dan kembali ke ruang makan untuk sarapan. Len kaget melihatku yang memakai seragam. "Kau ingin pergi sekolah?" tanyanya. Aku hanya mengangguk sambil melahap omeletku.
"Apa kau yakin? Kau belum tenang betul. Lebih baik istirahat."
"Aku tidak apa-apa. Aku tidak mau membuat orang sekolah khawatir."
"Baiklah, tapi kalau ingin pulang bilang saja."
Kami pun berangkat sekolah bersama. Len memboncengku dengan sepedanya. Selama diperjalanan, aku hanya melamuni gumaman Len tadi malam. Sebuah gumaman yang menyatakan bahwa dia mencintaiku. Sampai pada akhirnya suara Len yang memanggil namaku membuyarkan semua lamunanku. Dan begitu tersadar kami sudah berada di sekolah.
"Ada apa? Kau melamun terus?"
"ah, tidak apa-apa."
"Kalau kau merasa kurang sehat, aku akan mengantarmu pulang."
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Baiklah, ayo kita ke kelas!" ujar Len. Kami berjalan menuju kelas. Disana teman-temanku menyambutku dengan dengan hangat. Mereka sangat khawatir padaku. "Kau baik-baik saja kan Rin?" Tanya Miku sambil memelukku. Aku hanya mengangguk sambil membalas pelukannya.
"Apa Lenka belum masuk?" tanyaku pada Miku.
"Eh? Apa kau tidak tahu? Rencananya Lenka akan pindah kerumah orangtuanya di Hokaido besok."
"Ehhh?"
Jam istirahat.
Aku hanya termangu tanpa menyentuh bentou-ku sedikit pun. Lenka pindah, apakah karena Rinto sudah tidak ada jadi dia memilih untuk kembali ke rumah orang tuanya. Lenka adalah saudara kembar Rinto. Dia juga teman dekatku dan Len. Pasti dia juga sangat sedih karena ditinggal Rinto. Bagaimanapun juga aku harus datang menemuinya. Sepulang sekolah aku akan meminta Len mengantarku ke apartemennya Lenka.
"Eh? Kau mau ke apartemennya Lenka?"
"Ya, ku dengar dia akan pindah besok. Aku ingin menemuinya sebelum dia pergi."
"Baiklah kalau begitu. Aku juga ikut."
Kami pun berangkat menuju apartemen Lenka. Sesampainya disana, kami melihat Lenka sedang mengemasi barang-barangnya. Kami mendekatinya. Aku melihat matanya yang tak jauh beda dengan mataku sekarang. Sembab karena menangisi kepergian Rinto. Dia membawa kami masuk kedalam apartemennya. Dia menyuguhi kami beberapa potong kue dan lemon tea.
"Sepertinya kita sama-sama merasa sangat kehilangan ya, Rin?" Tanya Lenka
"Hahaha…" aku hanya tertawa nanar.
"Setelah Rinto pergi, kau juga akan pergi meninggalkan kami?" Tanya Len
"Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi disini."
"Kamu masih punya kami, kan?"
"Ya, tapi jika aku terlalu lama disini, aku akan teringat Rinto lagi. Orang tuaku pun memintaku untuk kembali ke Hokaido."
"Kami tidak bisa menahanmu. Kalau begitu kami akan mengantarmu besok sampai ke bandara."
"Terimah kasih, Len."
Bzzzt…. Suara vibrasi keitai Len terdengar. Ia membuka keitainya dan membaca pesan yang ternyata dari salah satu anggota club music. Len diminta untuk datang kesekolah membantu persiapan festival sekolah nanti.
"Maaf, aku harus kembali kesekolah. Kau bisa pulang sendiri kan, Rin? Karena persiapannya mungkin sampai malam."
"Ya, tentu." Len pun pergi meninggalkanku bersama Lenka. Kami berbincang-bicang berdua untuk menghilangkan ke jenuhan kami. Sesekali aku pun membantu Lenka mengemasi barangnya. Setelah lelah mengemasi barang, kami pergi kesebuah café. Lenka memintaku untuk menemaninya jalan-jalan di kota untuk terakhir kalinya.
"Sudah lama kita tidak jalan-jalan bersama. Terakhir kali ke café ini waktu menemanimu dan Rinto nge-date. Len juga ada." Kata Lenka
"Iya.." aku hanya tertunduk.
"Tapi kau tau? Kau beruntung masih memiliki Len. Dia sangat menyayangimu sampai merelakan saudara yang dicintainya berpacaran dengan lelaki yang dicintainya."
"EH?"
"Kamu tidak tau ya? Len lah yang membantumu sehingga kamu bisa bersama Rinto."
-Flash Back : 6 month ago-
Lenka PV
Rin yang dari dulu selalu memperhatikan Rinto, saudara kembarku, disadari oleh Len. Len yang merasa kasihan melihat Rin yang hanya bisa memperhatikan Rinto dari jauh, memintaku untuk membantunya mempersatukan mereka berdua. Awalnya aku menolak karena aku pun juga menyukai Rinto. Tapi aku juga tahu bahwa Rinto sebenarnya menyukai Rin. Aku pun setuju dengan ajakan Len.
Rencana awal Len adalah mempertemukan mereka berdua dan membiarkan mereka saling mengobrol. Len memintaku untuk mengajak Rinto ke taman dibelakang sekolah dengan alasan untuk makan bentou bersama. Disana sudah berdiri Rin dan Len yang menunggu kami. Tampaknya Ren juga berhasil mengajak Rin. Setelah sedikit berbasa-basi, aku dan Len pergi meninggalkan mereka berdua dengan alasan disuruh oleh guru untuk membantu membereskan buku di perpustakaan.
Rencana Len berhasil. Semenjak kejadian itu mereka jadi sering makan pada jam istirahat bersama. Selanjutnya Ren memintaku dan Rinto untuk mengikuti club music karena Len dan Rin pun mengikuti club itu. Pada saat festival seni disekolah kami, Len meminta Rin dan Rinto bernyanyi duet. Padahal biasanya Len lah pasangan duetnya Rin. Tapi demi mempersatukan mereka, dia rela melakukan itu.
Pada akhirnya. Rin dan Rinto pun jadian pada malam tanabata matsuri yang kami hadiri bersama. Dari kejauhan Len hanya memandang mereka dengan senyuman. "Terima kasih telah menolongku." Ujar Ren padaku.
"Kenapa kau melakukan ini? Bukankah kau menyukainya?"
"Ya, justru karena aku menyukainya aku harus mendukung percintaannya. Selama dia senang, aku akan senang juga… jika dia depresi, aku akan sedih." Ujarnya.
"Aku yakin kamu pun pasti begitu, karena kamu juga sebenarnya menyukai Rinto kan? Ketika kamu melihat orang yang kamu sayang bisa tertawa dengan bahagia tidak ada yang lebih memuaskan dari itu." lanjut Len. Aku hanya terdiam mendengar kata-katanya. Memang benar apa yang dia katakan, aku tidak mau melihat Rinto sedih. Maka aku akan menahan perasaanku padanya.
-Back to Normal Time-
Rin PV
Aku tak menyadari itu. Dia yang mempersatukan aku dengan Rinto? Kembaranku sendiri? Dia mempertaruhkan perasaannya sendiri hanya demi aku? Kebahagianku? Dan aku tidak menyadarinya? Maafkan aku Len, aku tidak menyadari perasaanmu.
"Rin? Kau kenapa! Kau menangis!" Tanya Lenka yang khawatir melihat air mata berjatuhan. Dengan sigap aku mengusapnya dengan punggung tanganku. "Aku tak apa-apa." jawabku. Kami pun melanjutkan menyantap cake kami. Jam tanganku menunjukan pukul 5.30 sore. Kami memutuskan untuk pulang. Aku pun harus menyiapkan makan malam untuk Len.
Sesampainya dirumah aku pun langsung menuju dapur, menyiapkan bahan makanan dan mulai memasak. Aku membuat soup, salad 'n steak, orange milkshake dan banana milkshake untuk makan malam hari ini. Aku yakin Len pasti capek dan tidak akan sempat makan diluar. Jam dinding menunjukan pukul 7.15 malam. Seseorang membuka pintu apartemenku.
"Tadaima"
Suara yang kukenal itu bergema ditelingaku. Aku pun langsung menghampirinya dan menyambutnya, "Okaerinasai, Ren." Ucapku. Dia hanya tersenyum padaku, terlihat di wajahnya dia sangat kelelahan.
"Apa kau lapar, Len?" tanyaku.
"Ya." Jawabnya singkat.
"Aku sudah menyiapkan makan malam."
"Kalau begitu aku mandi dulu."
"Okay."
Akhirnya Len keluar dari kamar mandi. Dia sudah berganti pakaian dengan piyama bermotif pisang kesukaannya. Dia langsung berjalan menuju ruang makan dan mengambil tempat duduk menghadap kearahku.
"Wah, kau yang membuat semua ini?" Tanya Ren kagum.
"Yupsy!"
"Sepertinya enak. Itadakimasuuuu..!"
Selesai makan aku menuju ruang keluarga, menonton konser Gazette. Sedangkan Len dia masih di dapur, mencuci piring sisa makan malam tadi. Aku berniat untuk membantunya, tapi dia melarangku karena aku sudah membuatkannya makan malam. Padahal dia pasti masih capek karena persiapan festifal sekolah tadi. Setelah selesai mencuci piring dan membereskan dapur, Len bergabung denganku di ruang keluarga. Dia memberiku beberapa kertas berisi lyric lagu.
"Ini lagu yang akan kita bawakan di festifal sekolah nanti. Kita akan berduet."
"Adolescence dan Bonus Stage? Kau yang buat?"
"Yap, sebenarnya itu kubuat 6 bulan lalu. Tapi waktu itu kau sedang berduet dengan Rinto. Aku sangat ingin menyanyikan lagu ini dengan Rin. Sudah lama sejak 6 bulan yang lalu kita tidak berduet. Aku merindukannya. Hehe.." ucap Len sembari tersenyum nanar. Melihat wajahnya membuatku ingin menangis. Sejak dulu dia menanggung kesepiannya sendiri.
"Rin?"
Dengan sigap aku memeluk tubuhnya dengan erat. Aku bisa merasakan tubuhnya sedikit tersentak kaget karena kupeluk. "Hmn, aku juga ingin bernyanyi lagi bersama Len." Kataku. Aku bisa merasakan Len membalas pelukanku. Perlahan kami melepaskan pelukan kami.
"Sebaiknya kita tidur sekarang, besok kita harus mengantar Lenka ke bandara." Ujar Len.
"Ya, kau benar. Oyasumi Len.". Kami pun menuju kamar masing-masing. Mengistirahatkan mata kami yang lelah.
~SKIP: NEXT DAY~
Pagi-pagi sekali kami bangun. Hari ini Ren yang menyiapkan sarapan. Dia membuat roti isi selai jeruk dan pisang juga susu rasa jeruk dan pisang. Dia membuatkan sarapan yang simple karena kami harus segera ke apartemen Lenka dan mengantarnya menuju bandara. Setelah selesai sarapan, kami langsung menuju apartemen Lenka. Ternyata dia sudah menunggu kami di depan apartemennya.
"Maaf kami lama." Ujarku.
"Tidak, aku juga baru menunggu disini setengah menit yang lalu."
"Ayo kita pergi!" ajak Len.
~SKIP PLACE: AIRPORT~
"Sepertinya kita harus berpisah disini ya?" ucap Lenka. Kami berdua hanya bisa diam dan tersenyum nanar padanya. Kami pasti akan merindukan Lenka. Aku memeluknya, sebagai tanda perpisahan kami. "Oh, ya. Aku mau memberimu ini." Lenka merogoh saku jacketnya dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna kuning dengan pita merah. Dia memberikannya padaku.
"Apa ini?" tanyaku
"Buka saja!" Lenka menyuruhku membukanya. Ketika kubuka, ternyata isinya sebuah gelang dengan berlian bermotif bintang yang sejak dulu kuinginkan. Aku kaget melihatnya. Bagaimana Lenka bisa tahu? Aku hanya menceritakan hal itu kepada Rinto. Akhh! Rinto?
"Benar Rin, itu dari Rinto. Hadiah ulang tahunmu darinya. Hari ketika dia meninggal itu sehari sebelum hari ulang tahunmu. Dia pergi ke toko perhiasan untuk membeli hadiah untukmu. Tapi ketika dijalan pulang, kecelakaan itu merenggutnya dan dia tidak sempat memberikan itu padamu. Dia menitipkanya padaku sebelum dia pergi. Dia menyuruhku untuk memberikannya padamu, dia juga memintaku untuk menyampaikan kata-kata terakhirnya padamu. Dia bilang 'otanjoubi omedetou dan aishiteru, Rin!'."
Aku memeluk erat kado pemberian Rinto. Air mataku perlahan-lahan jatuh. Aku kembali teringat akan kenangan-kenangan bersama Rinto. Tiba-tiba aku merasakan tangan hangat Len merangkulku. Dia mencoba untuk menghiburku. Aku menatapnya dan tersenyum padanya memberi isyarat bahwa aku tidak apa-apa. Len membalas senyumku dan melepaskan rangkulannya.
"Ah, maaf aku harus segera berangkat sekarang." Ujar Lenka sambil melihat jam tangannya.
"Jangan lupa kirim kami e-mail ya." Ucapku
"Ya, tentu. Oh ya Len, meskipun hanya sebentar aku merasakannya aku ingin bilang kalau aku… 'menyukaimu'."
"EH!" aku dan Len kaget mendengar perkataan Lenka. Perlahan Lenka mendekati Ren dan mencium pipi Len. Aku bisa melihat muka Len berubah menjadi merah seperti tomat. Sepertinya ia kaget ketika Lenka mencium pipinya. Dan entah kenapa dadaku terasa sesak juga merasa sedikit kesal.
"Jaga Rin baik-baik ya Len." Ujar Lenka sambil mengedipkan sebelah matanya pada Len. Dia pun membalikan badannya dan berjalan menuju pesawat. Kami berdua terus menatapnya sampai ia lepas dari pandangan kami. Kami pun kembali menuju apartemen kami.
Lenka PV
Aku mengatakannya! Akhirnya aku mengatakannya. Perasaanku pada Len yang kupunya sejak malam Tanabata Matsuri akhirnya tersampaikan sebelum kami berpisah. Len Kagamine, sosok yang kuanggap bodoh karena merelakan orang yang dicintainya bersama orang lain. Dia datang padaku untuk meminta bantuanku mempersatukan Rin Kagamine, saudara kembarnya dengan saudara kembarku Rinto Kagami.
Aku awalnya tidak setuju karena aku sangat menyukai kembaranku itu. Tapi aku juga tahu kalau Rinto mempunyai perasaan yang sama dengan Rin. Aku bingung harus berbuat apa, akhirnya aku menyetujui ajakan Len.
"Kau menyukai Rinto kan?" Tanya Len yang membuyarkan lamunanku ketika kami sedang membicarakan 'strategi mempersatukan 2 burung merpati' yang dibuat oleh Len. Dia memang tampan, pintar, baik, dan pandai bermain music. Dia seperti idola di sekolahku, tapi sepertinya dia coretbodohcoret dalam menentukan nama strategi yang ia buat.
"Dari mana kau tau?"
"Aku hanya menebaknya dan ternyata benar ya? Aku melihat matamu yang selalu memperhatikan Rinto penuh dengan rasa sayang. Sama ketika aku melihat Rin." ujarnya sambil menopang dagunya dengan tangan kirinya.
"Lalu kenapa?"
"Tidak kenapa-kenapa. Ini strategi pertama kita, membuat mereka makan bentou bersama saat jam istirahat." Ucapnya sambil memberikanku secarik kertas.
Strategi yang ia buat berjalan dengan mulus. Sekarang Rinto dan Rin sering makan bentou bersama ketika jam istirahat. Kami berdua hanya bisa melihat mereka dari kejauhan. Jujur saja, dadaku sakit melihat itu. Tapi dibalik rasa sakit itu juga aku merasa senang karena bisa melihat Rinto tersenyum bahagia. Cinta itu memang aneh.
Strategi Len berikutnya adalah memasukan kami berdua ke klub music yang ia kelola. Yup, dia adalah ketua klub music di sekolahku. Dia sengaja memasukan kami agar Rin bisa selalu bersama Rinto. Dia juga sengaja menyuruh Rin dan Rinto berduet ketika festifal sekolah. Dia juga tak jarang menuliskan lagu untuk mereka berdua nyanyikan. Padahal biasanya dialah yang berduet dengan Rin.
Suatu hari aku melihat Len sedang duduk di halaman belakang sekolah. Sepertinya dia sedang menulis lagu lagi. Aku pun menghampirinya dan ternyata benar apa yang kupikirkan.
"Kau menulis lagu lagi? Untuk Rin dan Rinto, kah?"
"Akh! Kau rupanya, jangan muncul tiba-tiba." Ucapnya kaget. Aku tertawa kecil.
"Tidak. Yang ini untuk aku dan Rin."
"Jadi kau memutuskan untuk kembali duet dengan saudaramu?"
"Hanya untuk simpan-simpan saja kalau aku bisa bernyanyi bersamanya lagi." Ujar Len sambil tersenyum. Meskipun dia tersenyum, aku tahu dia sedang menangis. Kadang aku merasa kasihan melihatnya. Mempertaruhkan perasaannya sendiri demi orang yang disayang. Aku mengambil kertas lyric lagu itu. Tertulis disana 'Adolescence' dan 'Bonus Stage', dua lagu duet yang ia buat untuk dirinya dan saudara kesayangannya. Mungkin sekarang kamu sudah memperlihatkan lyric lagu itu pada Rin dan akan menyanyikannya di festifal sekolah nanti.
Strategi terakhir yang Len buat adalah mengajak Rin, Rinto dan aku pergi ke Tanabata Matsuri. Dia bilang ini akan menjadi 'Strategi Pamungkas'. Dan ternyata benar, pada malam Tanabata Matsuri Rinto menyatakan rasa sukanya pada Rin setelah kami tinggalkan mereka berdua. Karena Rin memiliki perasaan yang sama, tentu saja dia menerimanya.
Kami berdua hanya melihat mereka dari kejauhan. Melihat kedua merpati yang kini telah menyatu. Aku benar-benar ingin menangis. Tiba-tiba Len memberiku sapu tangannya. "Kau ingin menangiskan? Pakai ini!" ucapnya. Aku mengambil sapu tangannya dan mulai menangis.
"Kenapa kau melakukan ini? Bukankah kau juga menyukainya?"
"Ya, justru karena aku menyukainya aku harus mendukung percintaannya. Selama dia senang, aku akan senang juga… jika dia depresi, aku akan sedih." Ujarnya.
"Aku yakin kamu pun pasti begitu, karena kamu juga menyukai Rinto kan? Ketika kamu melihat orang yang kamu sayang bisa tertawa dengan bahagia tidak ada yang lebih memuaskan dari itu." Ujar Ren sambil tersenyum.
Len pada malam Tanabata Matsuri itu sangat terlihat tampan dimataku. Wajah tersenyumnya yang terkena sinar bulan membuat dia menjadi laki-laki yang paling tampan pada saat itu. Karena senyumanmu dan ketangguhanmu, aku mulai menyukaimu. Tapi sekarang ada Rin disisimu. Semoga kau hidup bahagia dengan Rin. Aku tahu hubungan kalian terlarang, tapi aku akan terus mendukung kalian. Karena dulu pun aku memiliki perasaan itu.
~oOo~
V
V
V
V
Chapter 1
END
Ahahaha…. Crita pertama saeia. Hope you like it! Saeia member baru disini, jadi maaf bila ada salah-salah kata, wasssalamu'alaikum . *tonjoked*. Untuk para senpai-senpai mohon kritik dan sarannya ye… bimbinglah saeia supaya jdi author yang baik dan benar (?).
…..Akhir kata...
…R n R onegaishimasu…!
