Langit tak henti-hentinya bergemuruh. Air matanya seolah mampu melautkan daratan. Kilatan cahaya seolah menunjukkan ia sedang marah. Angin kencang bahkan menemaninya, seolah saling berbagi rasa seperti sahabat karib. Sang angin menerjang pohon-pohon yang tidak bersalah, menerobos dan menjatuhkan apapun yang ada dihadapannya. Malam ini Langit dan Angin bekerjasama menggetarkan bumi.

Orang-orang lebih memilih berlindung di dalam rumah nyamannya. Bergelung dibalik selimut tebal yang lembut. Meminum coklat hangat bersama orang terkasih sambil bercerita ringan, jangan lupakan kue yang baru keluar dari oven itu, dari baunya sudah tercium aroma lezat dan manis.

Tapi ia tidak bergelung di selimut atau menikmati kue yang lezat itu, namja itu sepertinya akan menantang Dewa Langit, dengan beraninya ia berdiri di tengah taman yang bahkan tak ada orang lain di sana. Taman ini biasanya ramai, orang-orang akan datang ketika pagi untuk berolahraga lalu sore dan malam di mana mereka memilih mengambil istirahat sambil menikmati pemandangan bunga-bunga yang tersusun rapi. Oh, ingatkan kepala taman ini, jika bunga-bunganya sudah dirusak oleh si -sialan- angin.

Pada hari sabtu seperti malam ini, akan ada sebuah pertunjukan musik dari klub musik kota. Pasangan muda-mudi yang menikmati malam minggunya selalu datang menikmati musik yang disuguhkan. Menjadikan taman ini daftar list teratas sebagi tempat kencan yang akan mereka datangi. Namun mereka hanya bisa merutuk ketika rencana kencan mereka gagal. Baca: gagal total. Namja yang berdiri itu menyeringai, tertawa ketika memikirkan nasib para pasangan itu. Sepertinya doa orang-orang single diluar sana terjawab.

Tiba-tiba saja tubuhnya tidak basah, ia mendongak dan menemukan payung menghalangi hujan yang mengenainya.

"Pergilah Kai" ia memejamkan mata dan menggeram.

"Tidak sebelum kau juga ikut aku untuk pergi Chanyeol" ucap namja berkulit tan.

"Aku tidak bisa,ini sedang hujan" Chanyeol masih mencoba bersabar.

"Justru karena ini hujan bung,mari kembali, kau seperti mayat" ledek Kai yang memang bukan hanya ledekan. Lihatlah bibir merah mudanya yang kini membiru. Kulit ujung jari-jarinya mengkerut. Giginya bergelemutuk. Wajahnya pucat seolah tidak ada darah yang mampu mengalir kesana. Jelas sekali jika ia tengah kedinginan sekarang.

"Jangan melakukan ini lagi Kai, kau tau ini hanya sia-sia. Aku tak akan pergi sebelum hujan ini reda"

Namun Kai hanya tersenyum.

"Tak ada yang sia-sia di dunia ini kawan, pulanglah, ibumu khawatir sekali"

Chanyeol yang geram memukulkan tangannya ke payung diatasnya, membuat payung biru itu terlempar dari tangan si pemilik. Kini Kai ikut menggigil dikenai hujan.

"Wow Chan, aku baru tau di sini sangat sangat dingin, kau sangat kuat kawan, mari kemba-" ajakannya terhenti karena ia mendengar suara isakan.

Tak ragu lagi suara itu dari namja tinggi yang sudah menjadi karibnya sejak dulu. Kai segera merangkul pundak sahabatnya dan memberikan kata penenang.

"Kau tau dia sangat suka hujan Kai, aku hanya ingin mengingatnya dengan berdiri di tengah hujan" adunya sambil diselingi isakan.

"Aku tau, aku sangat tau. Tapi tidak perluh melakukan ini Chan, dia akan tetap berada di hatimu walau kau tak bemain hujan-hujan seperti anak kecil"

"Diamlah Kai, kau tidak tau, kau tidak pernah merasakannya"

"Aku memang tidak pernah merasakannya, tapi sebagai sahabat popokmu, aku tau bagaimana sakitnya, aku faham perasaanmu kawan. Jadi kuharap kau juga mengerti perasaanku yang sekarang mulai.. .. Dingin. Sialan, ini dingin sekali. Kau harus beruntung memiliki sahabat sepertiku".

"Pergilah,aku baik-baik saja"

"Kau gila? Seperti ini? Baik-baik saja? Tidakkah kau lihat bibirmu yang puc-"

"Pergilah Kai" tangan Chanyeol mulai mengepal. Ia menutup matanya tajam.

Kai yang mengerti menghela nafasnya.

"Baiklah aku pergi, coklat hangat sudah menunggumu kawan. Akan kusiapkan selimut tebal ketika kau datang".

Dengan perginya Kai, ingatan-ingatan yang selalu menghantuinya berputar lagi, ia tersenyum mengingat memori yang selalu ia penjarakan di otaknya. Matanya yang berbentuk bulan sabit ketika tersenyum, hidungnya yang mungil, bibir tipisnya yang manis, dan aroma strawberry yang selalu membuatnya tersihir. Namja manis.

*

"Apa? Kencan buta" Chanyeol menatap tak percaya pada sahabat kecilnya.

"Tenanglah kawan,dia mengajakku untuk double date, apa yang bisa kulakukan selain meminta pertolongan pada sahabat popok ku yang tinggi ini" pintanya sambil memelas.

"Tidak" Chanyeol kembali memainkan gitarnya, mengabaikan Kai yang kini berguling-guling diatas ranjang.

"Chan, kau kan tahu, Kyungsoo itu namja incaranku, sejak dulu, kau ingat? Tiga tahun bung, ku habiskan masa SMA kita untuk mengagumi namja itu. Dan sekarang,di detik-detik kelulusan kita, aku berhasil mengajaknya kencan. Tidakkah kau merasa kasihan kepadaku?"

Kai masih melanjutkan cerocosannya, sekali-kali menyinggung bagaimana tidak pekanya Chanyeol sebagai sahabat atau betapa beruntungnya Chanyeol memiliki sahabat sepertinya. Bukannya Chanyeol ini tidak pengertian, hanya saja ia juga punya namja incaran sendiri. Namja manis dengan aroma strawberry. Walaupun mereka tidak berkencan, bahkan Chanyeol tidak yakin namja itu mengenalnya.Tapi tetap saja, ia akan seolah menghianati hatinya jika memilih mengikuti kencan buta ini. Ia dengan tegas menolak. Namun ternyata, omelan Kai lebih parah dari omelan ibunya. Sudah berlalu dua jam dan namja tan itu masih dikamarnya, mengatainya dan menganggu konsentrasinya yang kini tengah membuat sebuah lagu.

"Ahhh...Oke-oke.Aku akan datang. Sekarang berhentilah mengomel dan pergi dari kamarku" usirnya sambil menendang tubuh Kai yang bergelayut di kasur. Kai yang mendengarnya langsung bangkit dan bediri tegap.

"Ay Yay kapten" Kai menekuk tangannya membentuk hormat dan berlari keluar kamar, sebelum sampai di pintu ia menoleh dan meringis yang entah kenapa membuat Chanyeol mual.

"Jumat sore pukul 6 cafe Cofdee, jangan lupa kawan, aku akan menjemputmu" katanya setelah itu sambil berlari kecil dan bernyanyi 'ada cinta' di sepanjang koridor rumahnya dengan sangat keras yang saat ini sungguh membuat Chanyeol benar-benar muntah.

*

Chanyeol duduk tergugup, tak henti-hentinya ia berdehem,namun nyatanya kegugupannya tidak pergi. Sungguh ini diluar kuasanya,seharusnya ia harus menanyakan dulu pada Kai siapa namja yang akan berkencan dengannya. Melupakan fakta bahwa saat ini ia tengah 'kencan buta' yang tentu saja Kai juga tidak tahu siapa namja itu.

Aroma strawberry favoritnya menguak disekelilingnya, yang ada hanya kata nyaman yang Chanyeol rasakan. Ah, seandainya ia tahu kalau Byun Baekhyun lah yang menjadi teman kencannya, ia akan memakai pakaian yang lebih pantas. Lihatlah apa yang dipakai namja tinggi itu, kaos oblong dengan jins robek-robek di lututnya. Rambutnya bahkan terkesan seperti baru bangun tidur. Berbada sekali dengan namja didepannya yang sedang menyesap susu strawberry dengan sweater soft pink yang terlihat serasi dengan kulitnya yang putih. Chanyeol melirik meja di seberangnya dan berdecak lagi melihat Kai begitu tampan dengan baju kemeja dan celana bahannya.

"Jadi, Chanyeol, bukankah kita berada di klub musik kota? Aku sering melihatmu memainkan gitar. Kebetulan sekali". Chanyeol tersenyum mengetahui Baekhyun mengenalnya. Jadi ia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dan pernyataan Baekhyun.

"Apa kau juga musisi? Atau komposer?"

"Ya.. Ka-kadang-kadang aku menciptakan musik"

"Waw, itu keren, aku hanya bisa memainkan musik saja, dan itupun hanya piano" Baekhyun terkekeh pelan.

"Aku bisa mengajarimu bermain yang lainnya. Aku bisa memainkan Gitar, Bass dan Drum"

"Wah.. Tentu saja, siapa yang melewatkan les privat musik gratis dari namja tampan dan berbakat sepertimu" Baekhyun tersenyum manis dan sedikit merona.

Cantik. Chanyeol bahkan tak bisa berkedip melihat bidadari di depannya. Baekhyun bahkan lebih cantik dari bidadari. Lupakan Kai yang menyukai Kyungsoo selama tiga tahun. Enam tahun, iya, enam tahun ia menyimpan rasa pada Baekhyun.

Dimulai ketika ia memasuki kumpulan pemusik kota, ia melihat namja manis itu bermain piano dengan suaranya yang sangat merdu. Bisa dibilang, ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan namja itu. Chanyeol selalu diam-diam mendengarnya menyanyi di balik pintu sambil tersenyum.

Namun sayang, sudah tiga bulan ini Baekhyun tidak lagi datang untuk bermain musik. Ingin sekali ia menanyakan apa yang terjadi pada sahabat Baekhyun atau pelatihnya, namun sayang, perasaan gugup dan takut lebih mendominasi dan membuatnya urung melakukannya.

"Akhir-akhir ini aku sibuk sehingga tidak bermusik, tapi aku akan segera kembali. Mungkin besok aku akan mulai ikut konser di taman. Kau juga ikut kan?" tanya Baekhyun.

"Iya, mari kita pergi bersama, aku akan menjempetmu" tawar Chanyeol.

"Tunggu dulu Mr.Park, kau fikir kencan kita sekarang akan berlanjut begitu?" Baekhyun mengangkat sebelah alisnya, yang sejujurnya tidak bisa ia lakukan sehingga kedua alisnya terangkat membuat Chanyeol menahan tawanya karena menganggap itu lucu.

"I-iya, jika kau tidak keberatan"

"Sebenarnya aku keberatan. Tapi, baiklah, aku takut guru les baruku ini tidak jadi mengajarku lagi karena aku tolak" Baekhyun tertawa setelahnya membuat Chanyeol juga menyahut dan tawa mereka melebur bersama, membentuk nada nyata dari sebuah definisi bahagia.

*

First Story about my fav couple.

Hope you like it, Its still Continue.

Happy reading

Dan,

Salam Chanbaek is real