Teenage Dream
.
( bosan ah dengan Homin jadi sekarang Minho saja ya)
( AU, fluff-sweet, PG)
Ide muncul akibat overdose playlist "Teenage Dream" by Katy Perry dan mengenang kembali perasaan saat pertama kali jatuh cinta *tsaaah*
.
.
CHAPTER 1
.
.
Bagi Shim Changmin yang dia tahu hanyalah bekerja menjadi artis yang menghibur banyak orang dan merasa paling ganteng saat menyanyi, apalagi lagu sendu. Sebenarnya itu bermula karena skill dance-nya termasuk payah dibanding 2 member grupnya sehingga dia mencari zona aman dengan fokus di suara. Dia tergabung dalam boyband idol yang bernama…Changmin tak ingin menyebut nama itu lagi karena sekarang sudah bubar. Meninggalkan Changmin terduduk sendiri di kantor agensi mereka.
Walau mengaku sedih di depan kamera dan fans, Changmin sebenarnya lega dengan bubarnya grupnya itu. Sekarang dia tidak perlu kena darah tinggi kebanyakan bertengkar. Tentu saja dia lega karena tidak perlu lagi menari. Grupnya fenomenal karena tariannya yang maha sulit. Sekarang dia bisa menjadi solois sejati. Sempurna.
Mulanya pihak agensi ingin memberi lampu hijau sebagai penyanyi solo ballad karena suara Changmin lebih dari mumpuni soal menghayati lagu ditinggal kekasih dan semua orang pun tahu itu. Namun akhirnya mereka malah ngotot untuk memperbanyak porsi dance dengan alasan sedang trend lah, bisa menyita perhatian lah, terlanjut imej grup lah dan apapun itu yang kira-kira bisa dijadikan alasan masuk akal. Dasar Changmin, akhirnya ia hanya bisa manut saja saat disodori konsep dengan gerakan dance lebih gila dari sebelumnya.
Sebenarnya...benar-benar jujur ini...Changmin tetap ikhlas menerima keputusan seperti itu meski setengah mati protes karena tahu itu demi karirnya sendiri. Just that. Tapi tampaknya pengorbanannya itu mendapat balasan setimpal. Semacam kejatuhan segepok red ginseng dari langit langsung di tangannya. Setelah sekian lama agak menyisihkan Sang Pencipta dari kamus hidupnya, pada suatu hari Changmin benar-benar otomatis langsung berterima kasih pada Tuhannya.
Apa sikap yang lebih tepat dilakukan jika dipertemukan dengan seseorang yang pernah begitu dipujanya setelah sekian lama berpisah? Tentunya berterima kasih pada Tuhan kan?
Mulai sekarang Changmin bisa bertemu dengan orang itu saban hari. Indah sekali kedengarannya. Seindah saat orang itu mengulurkan tangan untuk bersalaman yang malah disambut dengan Changmin mematung bego. Saat orang berambut coklat gelap hampir menyentuh bahu itu mulai menurunkan tangannya karena salting, Changmin terkesiap dan menyambarnya mantab.
"Shim Changmin."
...
"Jung Yunho."
...
Changmin merasa senyumnya terlalu lebar. Ah, peduli setan.
Changmin mengetahui, atau mengenal atau semacam itulah, sosok Jung Yunho ini saat masih di bangku SMP. Yunho adalah murid sekolah tetangga SMP yang dihuni Changmin. Namanya juga bocah puber yang katanya dalam masa pencarian jati diri, maka sekolah-sekolah itu juga punya murid bergelar preman yang hobi memalak anak-anak cupu demi eksistensi diri. Nah, Changmin termasuk kasta lemah yang kerap dipalak preman SMA tetangga sekolahnya itu.
Sejak masih sekolah dasar Changmin sudah sering dipalak jadi dia terbiasa, nyaris tak peduli asalkan tidak main fisik, namun saat SMP dia ketahuan menjadi trainee agensi sehingga perlakuan yang diterimanya lebih tidak menyenangkan lagi. Dia selalu ingat mereka memukulnya karena melawan saat dipalak dan berakhir membuatnya tidak bisa latihan selama seminggu. Sejak itu Changmin kembali diam agar tak dipukul. Namun diamnya dia saat itu bukan hanya karena itu saja, tapi karena ada sosok Yunho diantara pemalak sok gahar itu. Changmin selalu penasaran kenapa Yunho selalu diam saat teman-temannya memalak, padahal dia pernah lihat sendiri laki-laki itu bisa bersikap kasar dan menyebalkan pada yang lainnya.
"Ah, jadi kamu Shim Changmin yang itu?"
Changmin menganggukkan kepalanya setelah tadi ia mengingatkan Yunho siapa dirinya. Changmin jelas tidak terima kalau pria itu sampai tidak ingat. Kini Yunho tampak malu dan salah tingkah.
"Sudah kuduga, sejak awal aku melihatmu kamu itu bisa debut jadi artis," Yunho mengusap tengkuknya tanda gelisah. "Sekarang aku jadi malu."
"Itu bukan lips service kan?" goda Changmin yang akhirnya bisa membuat Yunho tersenyum lebih santai. "Kenapa harus malu? Kwencahana..."
"Seharusnya aku bersikap lebih baik lagi padamu...dulu."
"It's okay. Hyung dulu yang paling baik padaku dibanding berandal-berandal itu. Kamu kan juga sempat membelaku," Changmin melihat ada ekspresi kaget di wajah Yunho. Mungkin tidak menyangka akan diingat begitu detil. "Eh, aku panggil hyung saja ya. Mulai sekarang kita kan partner."
Yunho hanya mengangguk dan sedikit tersenyum mendengar kata "berandal". Masa lalu yang menyebalkan, batinnya kecut. Takdir memang lucu.
"Tampaknya hyung sudah berubah banyak," Changmin memberanikan diri bertanya secara blak-blakan. Ia masih menatap Yunho karena merasa heran laki-laki itu kini terlihat begitu tenang dan kalem. Jauh berbeda dengan yang ditemuinya dibalik tembok belakang sekolah dulu. Orang sekarang tak akan menyangka Yunho dulu termasuk ditakuti para berandalan berseragam itu.
"Banyak hal yang terjadi," jawab Yunho singkat. "Baiklah kita bahas jadwal saja. Tadi manajer-shii bilang waktumu hanya 15 menit di sini."
Seketika Changmin mengutuk jadwalnya hari ini. Dia masih ingin berlama-lama dengan Yunho, entah kenapa. Lain kali harus cari cara minta jatah waktu lebih banyak nih.
Changmin sebenarnya hanya merasa nyaman mengobrol dengan Yunho di sela-sela latihan dance mereka. Yunho memang tegas sekali untuk urusan dance. Namun ia juga telaten menuntun step by step pada Changmin yang kemampuan otaknya begitu buruk dalam menghafal gerakan kualitas tinggi. Apalagi jika gurunya adalah Jung Yunho.
Yunho benar-benar membuat Changmin semakin sulit konsentrasi.
Pasalnya, mata Changmin lebih sering mengkhianati sang pemilik dengan tetap lekat Yunho di depannya. Misalnya saja sekarang ini yang seharusnya Changmin focus menghapal posisi back dancer lainnya. Yunho hanya mengenakan jeans belel, kaos putih polos biasa dengan jaket blue parasut warna hitam, namun di mata Changmin tampak begitu luar biasa. Bukan tampan, karena Changmin yakin masih lebih ganteng dirinya, tapi charming. Penampilan sangat biasa itu jauh lebih menawan daripada para selebriti gemerlapan yang biasa dijumpainya.
Sebuah kesederhaan memang menjadi teramat mahal untuk dunia Shim Changmin.
Yunho adalah dunia yang sederhana bagi kamus hidup Changmin. Tawanya tak pernah terdengar palsu, antusiasmenya selalu tulus, sapaan hangatnya tak pernah pilih-pilih orang, apa adanya meski kerap digoda sebagai anak kampung. Malah itu yang membuatnya menarik.
Yunho yang selalu ceria itu tak pernah mengeluh meski tekanan di ruang latihan ataupun rapat team sangat tinggi. Dia selalu tersenyum dan melucu dengan cara yang kadang berakhir garing. Meski semua orang di kantor mengatakan selera humor Yunho aneh dan kadang mood killer dengan kelemotan responnya terhadap lelucon tapi Changmin malah selalu tertawa kegirangan. Ia suka mempermainkan koreografornya itu karena sering tidak sadar sedang digoda. Saat suntuk hiburannya adalah melihat wajah salting Yunho jika kalah adu argumen dengannya.
Semua hal pada diri Yunho membuat Changmin tertarik secara alamiah.
Bahkan dalam sekejab Changmin hafal dengan kebiasaan Yunho. Seperti bagaimana dia baru akan mengganti kaosnya jika belum benar-benar basah total hingga keringatnya bisa diperas. Gara-gara itu juga dia sering masuk angin dan jadi bahan bercanda Changmin. Belum lagi keteledorannya menaruh ponsel yang teramat parah atau beta pa paniknya kalau datang telat.
Yunho versi apapun, serius hingga berantakan, membuat Changmin tidak pernah bosan.
"Kamu sedang jatuh cinta," tembak Kyuhyun begitu saja membuat Changmin bengong dan berakhir kalah main game.
"Hyaaaa!"
"Gak usah bilang tidak. percuma. Seantero kantor juga tahu…eh, curiga."
"Hyaaaaa...!"
"Kamu dan Jung Yunho-shii itu kan? Mereka semua membicarakannya. Perubahanmu kentara sekali sejak kedatangan orang itu," Kyuhyun masih menceracau sambil memainkan konsol game miliknya. Changmin yang sibuk mengalahkan teman satu agensinya itu sampai tidak bisa memikirkan jawaban dengan tepat. Dia memang selalu kalah dalam urusan berpikir dua cabang kalau ditandingkan Kyuhyun.
"Hyaaaaa!" kali ini Changmin melempar joysticknya ke badan Kyuhyun yang disambut suara mengaduh. Changmin kesal setengah mati dikalahkan sekaligus dicecar pertanyaan seperti itu.
"Oke. Dengarkan aku baik-baik. Aku hanya mengidolakannya, seperti yang selama ini kamu tahu. Tidak ada campuran asmara, hasrat, atau apapun itu."
"Bukan tidak ada tapi belum ada," sambar Kyuhyun yang masih punya nyali meralat. Changmin hanya memutar bola matanya jengah.
"Lihat saja nanti. Kamu pasti akan jatuh ke pesonanya," Kyuhyun meneruskan ucapannya sambil membereskan konsol game kesayangannya. "Sejak pertama kali aku melihatnya, aku tahu dia jenis orang yang bisa membuatmu terpesona."
Changmin tiba-tiba hening sendiri mencerna omongan Kyuhyun yang sebenarnya racun itu. Sudah sepenting itukah sosok Yunho dalam lekuk abu-abu otaknya? Dia memang mengidolakan Yunho sejak masih makan bangku sekolah tapi ya hanya sebatas itu, seperti menjadi fans seorang artis.
"Katamu tadi aku jadi berubah kan? Jadi bagaimana?" tanya Changmin menuruti rasa penasarannya.
"Banyak yang heran sekarang kamu tidak judes lagi. Murah senyum pula."
"Jinjja? Aku merasa biasa-biasa saja," Changmin berusaha berakting karena sebenarnya merasakan juga akhir-akhir ini menganggap langit selalu biru walaupun mendung akan hujan.
"Buktinya….aku bilang begini tidak kamu lempar kan?" Kyuhyun mengatakannya sambil melesat masuk ke dalam kamarnya. Changmin yang tersadar langsung meraih komik di jangkauan tangannya dan melemparnya ke pintu kamar Kyuhyun.
"Sialan!"
Selama beberapa hari Changmin terus memikirkan provokasi Kyuhyun. Jadwal syuting iklan, rekaman dan pemotretan di Jepang selama dua minggu penuh digunakan sebaik-baiknya untuk mencoba melupakan eksistensi Yunho dalam hidupnya. Cukup berhasil sih menurut Shim Changmin.
Namun Changmin tahu itu gagal total saat kakinya menginjak bandara dan memaksa manajernya untuk mampir ke kantor agensi. Dia tidak tahu kenapa, hanya merasa harus ke sana. Tapi kakinya otomatis melangkah ke studio latihan dan tiba-tiba merasa sedih tidak menemukan Yunho di sana. Tanpa disadarinya juga kakinya melangkah ke seluruh ruangan yang ada untuk mencari pria itu.
Hati Changmin mendadak mengkerut seperti jeruk kering ketika tetap tak menemukan Yunho.
Entah kenapa dia memencet nomor Yunho dan langsung mencecarnya saat terdengar jawaban halo. "Hyung, kenapa nggak ke studio?"
"Lho, bukannya hari ini kita tidak ada jadwal? Chakkeman…" terdengar jeda sesaat yang membuat Changmin sadar dan menyumpahi dirinya sendiri.
"Seharusnya sih besok kita latihan untuk terakhir kali. Kamu pasti salah hari karena terlalu bersemangat ya?" lanjut Yunho dengan nada usil, seperti biasanya kalau mendapati mood Changmin agak buruk.
Changmin merasa ingin menceburkan diri ke kolam ikan dan tidak usah muncul lagi. Kalau perlu berubah jadi binatang air tawar sekalian. Sebenarnya Changmin tidak lupa tapi lepas kontrol menuruti jiwa impulsifnya. Godaan Yunho itu membuat wajahnya merah padam di tempat dengan beberapa orang melewatinya dengan tatapan heran.
"Sepertinya aku masih jetlag. Terlalu banyak minum semalam," Changmin merutuk dalam hati, kenapa mesti menjelaskan begini! "Baiklah. Jangan telat ya besok."
Tanpa menunggu jawaban, Changmin langsung menutup ponselnya dan kabur masuk ke dalam van. Dia memilih meringkuk di jok paling belakang dan pojok, membuat manajernya bingung.
Nice! Mati kau Shim Changmin!
Changmin tidak tahu kalau Yunho di seberang telepon hanya menganggapnya lupa jadwal. Anak ini benar-benar jetlag ya?
.
.
*TBC*
.
.
Author's Speak:
Bagaimana reader-san? Aneh tidak? *nervous*
Ini pertama kalinya saia bikin dan publish dengan setting AU. Sekaligus chaptered fic pertamaku, jadi kemungkinan besar akan yang ringan-ringan saja dulu ya. Kalau udah pede kapan-kapan bikin lebih rumit.
Tadinya sih mau oneshoot tapi kok bablas. Jadi ya sudahlah. Tapi sejak awal memang berencana bikin cerita "gak penting" karena saia lagi ogah terlibat intrik maupun bersikap sok puitis. Jadi tenang saja…kalian tak perlu penasaran karena ceritanya pasaran dan akan saia bikin chapter sedikit. Sepertinya akan sering update juga...tp mungkin lho ya berhubung bulan ini puasa *dikeplak berjamaah*.
Karena ini serba pertama saia minta pendapat anda sekalian ya reader-san ^^
