Axis Power Hetalia
_Himaruya Hidekazu_
That Blind Man
"Kiku masih menyalahkan dirinya atas insiden yang menimpa Arthur, membuat ia kehilangan penglihatannya"
Rated : T
AsaKiku pairing
Warning :
OOT, typo(s), bahasa masih rendah, dan (sangat) sedikit bumbu dewasa
.
.
.
.
Enjoy Reading!
"Selamat ulang tahun, sakuraku. Akan kulakukan apapun untukmu.."
-oOo-
11 Februari 2017
Seorang pria dengan kimono hijaunya menatap kosong taman didepannya. Semilir angin dengan lembutnya mengayunkan rambut pirang sang pria, menjadikan bunga-bunga sakura jatuh dan berhamburan disekitar beranda rumah. Ia menunggu-nya, sosok yang akan membuka pintu itu. Hanya ditemani secangkir teh hijau yang mulai dingin ditangannya, ia kembali menyeruput tetesan-tetesan hijau itu. Menikmati aroma khas teh hijau yang tak akan diberikan teh jenis lain selain ketenangan dan ingatan akan diri-nya. Perlahan menenangkan jiwanya di senja hari itu.
Drap, drap, drap!
Ceklek!
Derapan langkah dari kejahuan ia rasakan. Suara engsel pintu yang terbuka menambah kesenangannya sore hari itu. Ia akhirnya datang.. Pria itu segera menoleh kearah asal suara, dengan senyuman merekah yang menunjukkan bahwa ia adalah lelaki beruntung yang bertemu dengannya.
"Hah.. Haah... hah.. A-Arthur-san... Maaf.. aku terlambat." ucap pria dengan baju kantor dan tataan rambut yang berantakan sebelum akhirnya ikut duduk. Pria bernama Arthur itu hanya tersenyum senang dengan kedatangan pria rambut hitam tersebut.
"Selamat datang, Kiku." ucapnya mengelus lembut kepala Kiku, mengakibatkan rona merah menghiasi pipinya. "Tak apa, kau pasti lelah. Segera ganti bajumu dan beristirahatlah sebentar. Aku akan mempersiapkan makan malam." Arthur meraba-raba sekitar, berusaha mencari letak teko berada. Kiku mengarahkan tangannya terhadap teko. "Ah.. Terima kasih, Kiku." ucap Arthur menyunggingkan senyum.
"Arthur, tolong izinkan aku untuk secangkir teh.." pinta Kiku.
"Kau tak usah memaksakan dirimu, Kiku.. Tapi baiklah, dengan senang hati.." Arthur tertawa kecil dan segera menuangkan teh pada kedua cangkir perlahan, mengisi untuk dirinya juga. Arthur menyodorkan secangkir teh untuk Kiku. Kiku menerimanya dan menyeruput teh itu, begitu juga Arthur. Keduanya terdiam, menikmati deru angin yang meniupkan dedaunan sakura dihadapan mereka.
"Kiku, apakah kali ini pohon sakuranya indah?" tanya Arthur memecah kesunyian. Kiku tertegun sejenak, kemudian meletakkan tehnya dan perlahan memeluk Arthur. Bulir-bulir air mata menghiasi pipi Kiku yang sekarang menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Arthur. Arthur menyadari nafas Kiku yang tak seimbang, menyadari pria yang kini memeluknya tengah menangisinya. Arthur balik memeluk Kiku dan mengusap rambut Kiku lembut.
"Ya, sakuranya sangat indah, Arthur-san.." bisik Kiku dengan isak tertahan. Arthur memeluk Kiku lebih erat. Membiarkan pria itu menangis di pelukannya. "Sekali lagi.. Maafkan aku.. Karena aku, matamu.." Arthur melepas pelukannya dan meletakkan telunjuknya didepan bibir Kiku, mengisyaratkannya untuk menghentikan perkataannya.
"Sstt.. Ini bukan salah siapa-siapa, Kiku.. Tolong berhenti menyalahkan diri sendiri.." bisiknya. Arthur mengusap air mata Kiku, kembali tersenyum lembut, masih dengan pandangan kosongnya. "Hei, aku telah menyiapkan makan malam hari ini. Aku yakin, kali ini pasti enak.. Selain itu, bukankah hari ini hari yang spesial?" Kiku memandang Arthur bingung. Ada apa dengan hari ini? Arthur tersenyum dan mengecup lembut kening Kiku.
"Selamat ulang tahun, sakuraku.." Kiku baru ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia tersipu malu. Tak dia sangka bahwa Arthur mengingat hari ulang tahunnya.
"Terima kasih, Arthur-san." ucap Kiku lembut sambil balik mencium kening Arthur. Keduanya mengembangkan senyum manis.
"Ah, sebaiknya kau segera mengganti bajumu. Aku akan menyiapkan makan malamnya dan menunggumu di meja makan.." ucap Arthur berusaha berdiri yang dibantu oleh Kiku. Arthur berjalan membawa teko dan cangkir kearah dapur, "Kiku, aku bisa sendiri, gantilah bajumu." Arthur tersenyum lembut kemudian meninggalkan Kiku. Ia telah terbiasa dengan ini, dan melakukannya seakan netra hijau emerald-nya masih berfungsi seperti dahulu.
-oOo-
Arthur duduk dan menunggu. Kiku berjalan kearah ruang makan, mendapati Arthur dan meja penuh dengan dua porsi Beef Steak diatasnya.
"Kiku, kau sudah datang? Duduklah!" senyum Arthur menyambut Kiku. Kiku segera duduk.
"Beef Steak?" gumam Kiku.
"Ya, selamat ulang tahun, Kiku. Hari ini aku membuat Beef Steak yang beberapa hari lalu kau bilang ingin makan. Walau tak seenak Nikujaga-mu, kuharap kau menyukainya." ucap Arthur kembali menyunggingkan senyum termanisnya. Tak pernah Kiku merasakan sesenang ini. Ia bersyukur memiliki Arthur yang menyayanginya.
"Terima kasih banyak, Athur-san. Apapun yang kau buat untukku, selalu berharga. Itadakimasu.." ucap Kiku sebelum akhirnya memotong dan memakan Steak-nya. "Hontou ni oishi desu, Arthur-san." ucap Kiku tersenyum lembut, walau Arthur tak dapat melihatnya, ia dapat merasakan itu. Kasih sayang yang dipancarkan Kiku terhadapnya.
"Syukurlah.." jawab Arthur tak kalah senang. Kiku melanjutkan makannya. Sedang Arthur berusaha untuk memotong dagingnya. Melihat itu, Kiku langsung berhenti dan segera mendekati Arthur. Menyentuh kedua tangan Arthur dan memotong sepotong daging dengan benar.
"Maafkan aku yang kurang memperhatikanmu, Arthur-san. Biarkan aku menyuapimu." pinta Kiku sambil mendekap erat tubuh Arthur. Arthur tersipu malu.
"Tidak, Kiku. Aku bisa melakukannya sendiri. Sebaiknya kau lanjutkan saja makanmu" Arthur melepas genggaman Arthur dan melahap potongan daging itu. Ia kemudian kembali berusaha memotong potongan berikutnya. Tetapi Kiku kembali membantunya.
"Tidak, Kiku. Biarkan aku makan sendiri." pinta Arthur kembali. Kali ini dengan raut muka memohon. Kiku beranjak kembali ketempatnya. "Terima kasih." ucap Arthur kemudian memotong potongan selanjutnya. Kiku juga demikian, ia kemudian melahap potongan itu. Berhenti, dan kembali pergi ke tempat Arthur. Menyadari itu, Arthur menoleh kearah Kiku.
"Kik- Hmph!" Kiku menarik dagu Arthur, dan mencium bibirnya, menyalurkan potongan daging kepada mulut Arthur. Arthur terkejut dan menerima daging itu. Kiku segera melepas bibirnya sesaat setelah daging tersalurkan.
"Arthur-san. Biarkan aku menyuapimu." pinta Kiku lagi, kali ini dengan nada lebih lembut. Muka Arthur memerah. Sekali lagi, Kiku kembali sukses membuat Arthur harus merasakan detakan jantung yang lebih cepat.
"Ki-Kiku bodoh! A-apa yang baru saja kau lakukan! Baiklah, jika kau memaksa, tapi jangan lakukan hal seperti itu lagi!" balas Arthur dengan malu.
"Hmm? Kau tak ingin dicium olehku lagi?" goda Kiku. Arthur terpojok. Ia menarik dagu Kiku dan segera menciumnya.
"Bu-Bukan begitu, bodoh!" ucap Arthur yang sekarang terpojok. Ia hanya memalingkan wajahnya. Kiku hanya terkekeh kecil. Kiku kembali memotong potongan daging.
"Arthur-san, aahh~" ucap Kiku mengarahkan potongan daging itu kemulut Arthur. Arthur menerimanya dan melahapnya.
"Kau membuatku malu.." gumam Arthur dengan rona merah di pipinya. Kiku hanya tersenyum senang.
"Aku menghargai dan menyukai usahamu itu, Arthur-san. Tapi, kuharap kau tak lagi berhubungan dengan Alfred-san. Aku melarangmu demi kebaikanmu. Aku tak ingin kau melakukan hal yang membuatmu terluka, Arthur-san. Dia adalah orang yang berbahaya. Kuharap ini yang terakhir kali untukmu bertemu dengannya. Kumohon." Arthur mencium tangan Arthur yang penuh balutan plester. Arthur terdiam dan merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat Kiku khawatir. Arthur memeluk Kiku erat.
"Maafkan aku telah membuatmu khawatir, Kiku. Maafkan aku." bisik Arthur. Kiku hanya balik memeluk Arthur.
"Berjanjilah untuk tak membuatku khawatir dan tidak berhubungan dengan Alfred-san lagi, Arthur-san." bisik Kiku serius. Arthur terdiam sejenak, Kiku melepas pelukannya, menatap Arthur, menunggu jawaban. Arthur menundukkan wajahnya. "Arthur-san, maukah kau berjanji untukku?"
"Aku berjanji, Kiku. Jika itu yang kau inginkan." jawab Arthur berusaha tersenyum. Kiku tahu, ini akan menjadi pilihan berat bagi Arthur, tapi ia tak ingin ambil resiko jika untuk kebaikan pria yang dicintainya.
Cukup menyakitkan bagi Arthur, untuk melepaskan sahabatnya dahulu. Walau ia cukup tahu, apa yang sebenarnya Alfred incar dari diri mereka berdua, dan cukup tahu, seberapa besar usaha Kiku untuk melindungi dirinya. Tapi ia hanya butuh satu hal untuk dilakukan olehnya, memenuhi janji Kiku serta mencintainya sepenuh hati.
"Terima kasih, Arthur-san." bisik pria bernetra coklat itu, kemudian mencium Arthur dalam dekapannya.
...Arthur pun tahu, ia akan kembali memberikan segala hal yang dimilikinya, untuk Kiku, Honda Kiku yang benar-benar ia cinta.
TO BE CONTINUED..
RnR?
#AuthorNoteCorner#
Kyah! Akhirnya bisa memulai projek pertama dari imajinasi yang udah lama ada ini tuh, sesuatu banget!
Tapi author harap para pembaca dapat menikmati cerita ini dengan baik.Review para reader sekalian akan sangat dinanti author! ;)
Ayo hidupkan kembali fandom Hetalia, yeah! XD
"Karena review-an kalian akan sangat berarti bagi sang author!" _SalamHeta!_
Sekian dan terima kasih!
