Here I Am
By VKchu137
Pair: Top! Kim Taehyung
Bottom! Jeon Jungkook
Warning!: BL, Typo(s), aneh
Desclimer: Fanfict ini punya saya, saya yang buat, dari otak laknat fujoshi saya, cuma meminjam nama karakter tanpa dapat memiliki aslinya*lah?. Tapi menurut saya Tae tetep cinta Kookie kok
Selamat membaca..
~oOo~
Jungkook menjatuhkan dagunya pada lipatan tangan di meja, sedari tadi tak henti-hentinya menatap Pemuda tampan didepannya yang tengah membaca buku dengan serius.
Tersenyum lebar saat Pemuda tampan tersebut menghela napas kasar sembari menutup buku bacaannya.
Pemuda tersebut melangkah menjauh, mengacuhkan Jungkook yang menatap sayu kearahnya.
Pemuda tampan itu namanya Taehyung. Kali pertama Jungkook melihatnya sekitar dua puluh sembilan hari yang lalu, tepatnya ketika jiwa dan raganya berpisah. Iya, Jungkook itu hanya arwah.
Tak ada ingatan sedikit pun mengenai identitasnya. Diingatannya hanya sekilas kejadian tabrak lari yang diduganya bahwa dirinya -lah sebagai korban, kemudian terdengar suara seorang wanita menyebut nama Jungkook dengan putus asa, yang diasumsikannya sebagai namanya sendiri.
Saat sadar, Jungkook mendapati dirinya terbaring ditengah jalan raya. Hanya dalam wujud arwah, raganya entah dimana.
Jiwa Jungkook yang kali itu bingung dengan kondisi sekitar mencoba mencari raganya, namun berakhir dengan bertemu seorang Pemuda tampan di halte bus.
Sebenarnya, Jungkook mengikuti Taehyung sampai hampir satu bulan belakangan ini bukan hanya karena ketampanannya, tapi juga kemampuannya. Taehyung itu bisa melihat arwah, tak terkecuali Jungkook tentunya.
Saat itu, arwah Jungkook yang mengenakan pakaian sekolah sedang duduk dibangku halte merenungi nasibnya.
Taehyung yang saat itu juga menunggu bus jurusan kampusnya memandang Jungkook intens. Bingung juga Taehyung karena melihat pemuda manis disampingnya tak kunjung naik bus. Sedangkan yang tersisa di halte hanya mereka berdua saja.
"Kau tak naik?" Taehyung menyapa lebih dulu dengan bahasa informal karena memang pemuda manis disampingnya ini sepertinya lebih muda darinya.
Jungkook yang mendengar pertanyaan itu pun mengalihkan pandangannya menatap Taehyung. Tak membalas, hanya diam.
"Kau sekolah di SOPA kan? Bus jurusan SOPA baru saja lewat" merasa tak mendapat tanggapan, Taehyung berucap lagi sembari menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum tipis.
"I-itu.." Jungkook berucap tersendat dengan nada ragu, sedangkan Taehyung menaikkan kedua alisnya menunggu kelanjutan kalimat Jungkook. "K-kau.. bisa– melihatku?"
Mendengarnya, sontak senyum yang tadinya terukir dibibir Taehyung lenyap. Mengalihkan pandangannya dengan gelisah, kemudian buru-buru menaiki bus yang kebetulan berhenti.
Seperti itulah kira-kira awal mula Jungkook masih mengikuti Taehyung hingga kini. Yang juga merupakan awal mula Jungkook si arwah anak sekolahan menyukai Taehyung si Mahasiswa yang tampan.
~oOo~
"Tae -hyung mau kemana?" Jungkook bertanya bingung saat melihat Taehyung yang kini berjalan didepannya bukannya memasuki kelas, melainkan terus berjalan kearah parkiran. "Hng? Mau pulang? Bukannya sepuluh menit lagi Tae -hyung ada kelas?" bergumam kecil, kemudian mengedikkan bahu dan mengikuti langkah Taehyung.
Taehyung terus mengendarai mobilnya dalam diam, mengacuhkan makhluk disampingnya yang terus menatapnya dengan senyum lebar. Taehyung berinisiatif membawa mobilnya lagi setelah lelah diikuti terus oleh makhluk ini. Namun, menggunakan bus atau mobil pribadi pun, makhluk ini tetap mengikutinya.
"Tae -hyung tampan sekali. Jadi pacarku yaa"
"Hehehe.. Tae -hyung kenapa tak pernah bicara lagi denganku?"
"Kalau diingat-ingat, pertemuan pertama kita di halte bus merupakan kali pertama Tae -hyung berbicara denganku. Dan seterusnya tak pernah lagi"
Jungkook terus saja berceloteh sendiri tanpa ada tanggapan dari sang lawan bicara. Menghela napas kecil dengan masih mengahadap ke samping –kearah Taehyung–
"Ayolah hyung~ Bantu aku menemukan ragaku eung? Ini sudah hampir sebul–" menghentikan kalimatnya saat Taehyung tiba-tiba menghentikan mobilnya.
"Sudah sampai ternyata" berucap saat pandangannya menatap rumah mewah didepannya. "Ini kan rumah orang tua Tae -hyung. Kenapa kesin— Eomma kkamjagiya!" ucapan Jungkook berakhir berteriak kaget saat mengalihkan kembali matanya kearah Taehyung.
Mendapati Taehyung menatapnya dengan mata membesar dan mulut mengatup menahan marah. Tapi, Jungkook sih tersenyum saja, ini kali pertama setelah hampir sebulan Taehyung mau menatapnya lagi.
"Dengar! Kau– siapa namamu tadi?" Taehyung mulai berucap geram sembari menunjuk kearah Jungkook.
"Jungkook, hyung. Aku sudah mengatakannya didalam bus dua puluh sembilan hari yang lalu"
"Terserah! Sampai kapan kau mau menggangguku, huh?"
"Aku tak mengganggumu, hyung. Aku hanya meminta tolong agar hyung mau membantuku menemukan ragaku. Itu saja"
"Raga apanya! Kalau jiwamu sudah berkeliaran seperti ini, artinya kau sudah mati!" Taehyung berucap tegas sembari membuka seatbelt nya.
"Kau nikmati saja hidupmu sebagai arwah penasaran. Jangan mengganggu hidup orang lain!" Jungkook yang mendengar ucapan Taehyung hanya menundukkan wajahnya sedih.
Brak–
Mengalihkan pandangan saat mendengar suara pintu mobil ditutup keras. Memandang punggung Taehyung yang melangkah masuk kedalam rumah dengan pandangan sendu.
~oOo~
Netra Jungkook berbinar menatap bagian dalam restoran.
Ia kini sedang berada di sebuah restoran mewah, mengikuti Taehyung tentu saja.
Tadi, saat berhasil menata hatinya, Jungkook berusaha tak menganggap serius perkataan Taehyung dan tetap akan mengikutinya.
Jadi, Jungkook muncul di kamar Taehyung. Disana, Taehyung dalam keadaan tanpa atasan sedang memilah baju dilemari. Jungkook tak kaget, selain karena mereka sesama pria, juga karena Jungkook sering melihat Taehyung dalam keadaan setengah telanjang. Tak kaget bukan berarti tak salah tingkah kan?
'Taehyung mau kemana? Bukannya baru saja sampai?' Itu batin Jungkook yang bertanya-tanya, tak disuarakannya. Takut dibentak lagi mungkin.
Dan disinilah ia sekarang, diam berdiri menyaksikan pertemuan antara dua keluarga. Tujuan pertemuan itu belum diketahui Jungkook, karena dua keluarga tersebut masih sibuk dengan makanan masing-masing. Tapi, ada perasaan tak enak dihati Jungkook.
"Jeon Jungkook"
Jungkook menolehkan kepalanya saat mendengar sebuah suara berat memanggil namanya. Karena berdiri disamping Taehyung yang duduk, jadi pemuda tampan itu juga ikut menolehkan kepalanya keasal suara.
Terlihat seseorang yang mukanya tak terlihat karena kerudung kebesaran bajunya menutupi. Taehyung mengernyitkan alisnya melihat sosok yang sudah pasti bukan manusia tersebut, sedangkan Jungkook sendiri hanya menatap bingung.
"Jeon Jungkook. Benar?" Suara berat sosok itu kembali mengalun, yang dibalas dengan anggukan ragu oleh Jungkook.
"Ikut aku. Ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu" Itu bukan sebuah ajakan, melainkan terdengar seperti sebuah titah yang tak dapat dibantah.
Jungkook melirik sekilas kearah Taehyung yang juga membalas dengan pandangan datar. Tak ada pilihan lain, lagipula sepertinya Jungkook tak bisa menolak.
Ia pun mengikuti sosok tersebut dengan ragu dan perasaan tak tenang yang menghantui.
Taehyung hanya memandang punggung Jungkook yang kemudian menghilang.
"Tae? Ada apa?" Nyonya Kim menegur saat mendapati sang anak tak kunjung menghabiskan makanannya, melainkan terus menatap kosong jendela disamping pintu restoran tersebut.
Taehyung sedikit tersentak, yang kemudian berhasil mengendalikan ekspresi wajahnya. "Tak ada. Hanya tak ada selera makan."
Tuan dan Nyonya Kim beserta satu keluarga lainnya hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Taehyung.
"Baiklah. Karena sepertinya semua sudah selesai makan. Bagaimana jika kita beralih ketahap selanjutnya?" Tuan Kim berucap sembari menautkan kedua tangannya dan meletakkannya di atas meja.
Taehyung sendiri hanya memandang jengah. Ia sebenarnya belum diberitahukan maksud dari pertemuan ini. Tapi Taehyung tak bodoh, saat mulai memasuki restoran dan melihat pasangan pria dan wanita paruh baya beserta satu gadis muda menunggu disebuah meja, ia sudah dapat menebak tujuan dari pertemuan ini.
Perjodohan. Apalagi.
Taehyung itu tak tertarik pada perempuan, orangtua nya tahu akan hal itu dan tak keberatan sama sekali.
Tapi sekarang apa? Mereka akan menjodohkannya dengan seorang wanita? Yang benar saja.
"Tae. Ini Tuan dan Nyonya Park, perusahaan kami sudah melakukan kerjasama selama hampir dua tahun" Tuan dan Nyonya Park tersenyum tipis saat diperkenalkan.
Taehyung menatap dua orang paruh baya didepannya, kemudian menundukkan kepala singkat sebagai tanda penghormatan. "Halo. Nama saya Kim Taehyung"
"Dan ini anak mereka, Park Sooyoung. Dia satu angkatan denganmu" gadis yang merasa disebut namanya membungkuk sopan dan menatap Taehyung dengan senyuman lebar.
"Salam kenal, Taehyung -ssi." Taehyung mengernyit heran menatap gadis yang duduk diseberang mejanya ini. Walaupun terlihat tersenyum lebar, namun pandangan gadis ini tak fokus. Matanya terus-terusnya melirik bagian samping kanan Taehyung dengan pandangan takut.
Merasa penasaran, Taehyung pun mengarahkan pandangannya ke samping kanan. Dan betapa kagetnya ia melihat seorang wanita dengan wajah hancur sedang menatap tajam Sooyoung dengan pandangan tajam.
Heol, Jangan katakan kalau gadis ini juga dapat melihat arwah.
~oOo~
"Tae.." Taehyung tak menggubris panggilan dari ibunya. Kakinya melangkah kearah dapur, mengambil sebotol air pada lemari pendingin. Ia tahu, ibu dan ayahnya juga mengikuti langkahnya.
Nyonya Kim melirik suaminya meminta bantuan. "Ehm. Begini Tae. Tak ada salahnya kan mencoba? Kalau sampai satu minggu kau tak betah dengan Sooyoung, ayah akan membatalkan perjodohannya." Tuan Kim berucap meyakinkan didukung dengan anggukan sang istri.
"Batalkan saja sekarang. Kalian sudah tahu aku tak tertarik pada wanita." Taehyung membalas sembari membalikkan badan mengarahkan pandangannya pada kedua orangtuanya.
"Hanya tahan sampai satu minggu, oke? Satu minggu lagi kontrak kerjasama perusahaan kami akan berakhir. Dan ayah tak punya alasan lagi menjodohkanmu dengan anaknya jika kau tak tertarik." Kembali meyakinkan sang anak.
Taehyung terlihat berpikir, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah. Hanya satu minggu, kan?" Kedua orangtuanya mengangguk kompak.
"Hahh.. tapi selama itu tak ada kencan dan sebagainya kan?"
"Ayolah Tae. Tentu saja ada. Setidaknya kalian harus mendekatkan diri satu sama lain."
Taehyung menggertakkan giginya. Hari-harinya sudah berat dengan tugas-tugas yang masih menumpuk ditambah lagi harus berurusan dengan seorang gadis dengan penampilan terlalu menor –menurutnya–. Belum lagi kehadiran sosok arwah yang selama hampir sebulan ini terus mengganggunya.
~oOo~
Taehyung memarkirkan mobilnya dan membuka seatbelt nya dengan malas. Ia tak ada jam kuliah hari ini, hanya pengumpulan tugas yang sudah dilakukannya pagi tadi. Sekarang menjelang tengah hari, dan ia ada janji bertemu dengan Park Sooyoung disebuah cafe.
Tangan Taehyung yang akan membuka pintu mobil terhentikan, saat pendengarannya menangkap suara deru napas cepat. Mengalihkan pandangannya kearah kursi samping, dan terlihat Jungkook yang sedang mengatur napasnya dengan tersenyum cerah saat menatap Taehyung.
"Tae -hyung kemana saja? Aku sudah mencari di apartemen, di rumah utama, bahkan di kampus" Taehyung menaikkan alisnya mendengar perkataan Jungkook, menatap arlojinya sejenak, kemudian menatap lagi kearah Jungkook. Tak ada salahnya meladeni arwah ini, dan membiarkan Sooyoung menunggu lama.
"Ada apa kau mencariku? Ku kira kau sudah kembali keasalmu setelah semalam tak lagi mengikutiku." Taehyung berucap sarkas yang malah dibalas senyuman lebar oleh Jungkook.
"Tae -hyung merindukanku?" Jungkook itu selalu berpikir positif, apalagi pada orang yang disukainya.
"Bermimpi saja, bocah" Taehyung berucap jengkel sembari keluar dari mobil.
"Tae -hyung mulai menyukaiku, benarkan?" Langkahnya terhenti saat Jungkook tiba-tiba muncul didepannya dan berucap antusias.
Mencoba mengabaikannya dan terus melangkah. "Ayo kita berpacaran hyung. Dan bersama-sama mencari ragaku. Aku belum meninggal" langkahnya lagi-lagi berhenti saat mendengar ucapan Jungkook.
"Kau– belum meninggal?" Bertanya pelan dan dibalas dengan anggukan antusias Jungkook.
"Hyung tahu sosok yang ingin mengatakan sesuatu padaku samalam? Dia mengatakan kalau aku belum meninggal" Mulai menjelaskan, sedangkan Taehyung hanya diam, bermaksud tak menyela perkataan Jungkook.
"Bantu aku mencari ragaku ya hyung. Waktuku hanya tinggal sembilan hari dari sekarang." Sebelah alis Taehyung naik, menandakan kebingungannya akan ucapan Jungkook.
"Maksudmu?"
"Sosok itu mengatakan, Jika aku belum menemukan ragaku sembilan hari kedepan, dia akan mengambil paksa jiwaku." Jungkook menjelaskan dengan nada sendu diakhir kalimat.
"Kalau begitu carilah sendiri" Taehyung kembali melangkahkan kakinya.
"Ayolah hyung bantu aku, eung?" Jungkook mengikuti langkah Taehyung yang masuk kedalam cafe.
"Aku tak bisa bertanya pada orang-orang, sedangkan kau bisa. Ayolah hyung" membujuk dengan panik saat tak kunjung mendapat perhatian Taehyung.
"Maaf menunggu lama" Taehyung menarik kursi diseberang Sooyoung yang terlihat tengah memainkan ponselnya. Gadis itu mengalihkan tatapannya dan tersenyum menatap Taehyung.
"Tak apa. Aku juga belum memesan" membalas sembari meletakkan ponselnya ke meja.
"Dia siapa, hyung?" Sooyoung mengalihkan pandangannya menatap Jungkook. Betapa terkejutnya Jungkook saat tatapannya dibalas oleh gadis itu.
"Eoh? Kau membawa teman, Tae?" Sooyoung berucap sembari memberikan senyuman kearah Jungkook. "Tak apa kan kita berbicara santai saja?" mengalihakan kembali pandangannya kearah Taehyung.
Taehyung yang mendengarnya mengangguk singkat, memandang Jungkook sejenak kemudian menaikkan satu sudut bibirnya saat mendapat sebuah ide. Ini lah kesempatannya membatalkan perjodohan ini tanpa harus menunggu seminggu lagi.
Jungkook sendiri masih menatap gadis itu dengan pandangan terkejut.
"Dia bukan temanku." Jungkook mengalihkan pandangannya cepat kearah Taehyung dengan pandangan tak terima.
"Dia kekasihku. Dan dia adalah–" sengaja menggantung kalimatnya, dan menatap kembali kearah Jungkook. "Dia adalah hantu" mengalihkan lagi pandangannya kearah Sooyoung untuk melihat reaksi gadis itu.
Sooyoung menatap terkejut kearah Taehyung, dengan keringat yang mulai bercucuran disekitar pelipisnya. "K-kau bercanda, hahah" menyangkal dan diakhiri dengan tertawa sumbang.
"Aku serius. Dan aku tak menyangka kau juga dapat melihat arwah." Taehyung kembali berucap dengan nada serius. Jungkook sendiri yang masih terkejut dengan kejadian tiba-tiba seperti ini, mencoba mengatur ekspresinya. Senang rasanya diperkenalkan sebagai kekasih oleh Tae -hyung nya.
"Benar. Aku ini kekasihnya Tae -hyung. Kau siapa noona?"
"Ah iya. Karena kebetulan kau dapat melihatku, apa kau tau dimana ragaku?" Jungkook berucap lagi tak memperdulikan ekspresi Sooyoung yang memandangnya tak percaya.
"Taehyung -ssi. S-sepertinya aku harus pergi." Berucap formal lagi dengan tergesa, dan berlalu tanpa menunggu balasan Taehyung.
Taehyung sendiri hanya tersenyum senang melihat kepergian Sooyoung, bisa dipastikannya sebentar lagi pasti wanita itu akan membatalkan perjodohan mereka.
~oOo~
"Hyung. Jadi, sekarang kita sepasang kekasih?" Jungkook berucap antusias sembari menatap Taehyung yang tengah menyetir.
Hening sejenak, sebelum Taehyung berdehem pelan. "Karena kau sudah membantuku, anggap saja begitu" berucap dengan nada tenang.
Menurutnya, tak ada alasan lagi untuk menjauhi Jungkook. Karena alasan awalnya menjauhi arwah ini adalah karena dia menyukai Jungkook dan tak ingin terlalu larut dalam perasaannya yang nantinya akan berakhir dengan sebuah perpisahan.
Taehyung menyukai Jungkook? Tentu saja. Siapa yang tak tertarik dengan sosok Jungkook.
Dia selalu berusaha mengabaikannya, agar Jungkook menjauh darinya. Dia selalu mengabaikan arwah-arwah yang mencoba berbicara padanya, termasuk Jungkook. Tapi akhirnya ia tetap menanggapi arwah pemuda manis itu.
Jungkook belum meninggal, jadi tak ada alasan mengabaikan perasaannya lagi. Dia hanya harus membantu menemukan raga Jungkook. Dan setelahnya, hanya tinggal mengikuti alur cerita yang telah diatur.
Meminta bantuan pada sang ayah untuk menemukan seorang pemuda bernama Jungkook berumur sekitar 18 tahun dan dalam keadaan koma, sepertinya terdengar mudah.
~oOo~
Taehyung berjalan lemas keluar dari sebuah rumah sakit. Jungkook yang selalu disampingnya juga menampilkan ekspresi yang tak kalah sendu.
"Bagaimana ini hyung. Waktuku tinggal tiga hari lagi." Jungkook berujar sembari menatap Taehyung sedih.
Empat hari berlalu, hubungan Taehyung dan Jungkook semakin dekat.
Empat hari pula berlalu dengan beberapa nama Jungkook yang telah didatanginya diberbagai rumah sakit. Namun tak ada yang sesuai kriteria.
Ada yang berumur 18 tahun tiga tahun lalu.
Ada yang koma dua tahun yang lalu.
Ada yang kriterianya hampir mirip, namun saat melihatnya, wajahnya sama sekali bukan Jungkook. Berbadan kekar, dengan beberapa tato dilengan.
Ah! Sekolah Jungkook! Ia lupa memberitahukan satu petunjuk penting kepada sang ayah.
Memandang Jungkook sembari tersenyum tampan. "Sebentar" mulai merogoh sakunya mengambil ponsel dan menghubungi sang ayah.
"Ada apa, Tae?"
"Ayah, aku ingin menambahkan kalau Jungkook yang ku cari adalah siswa dari SOPA dan merupakan korban tabrak lari."
"SOPA? Baiklah, nanti ayah hubungi jika ada yang kriterianya sesuai"
Tersenyum lebar mendengar perkataan ayahnya, dan menutup sambungan telepon setelah mengucapkan terimakasih.
"Kau yakin seragam yang ku kenakan ini seragam siswa SOPA, hyung?" Jungkook bertanya ragu sembari mengikuti langkah Taehyung kearah parkiran.
"Tentu saja. Sekolah dengan seragam kuning norak hanya sekolah itu."
"Ya! Ini seragam terbagus menurutku. Walaupun warnanya sedikit mencolok." Taehyung hanya terkekeh kecil mendengar perkataan Jungkook.
~oOo~
"Kita akan kemana, hyung?" Jungkook bertanya saat merasa asing dengan jalan yang dilalui mobil Taehyung.
"Kencan. Kau keberatan?"
"Tentu saja tidak." Buru-buru membalas dengan antusias.
Taehyung tersenyum lembut. "Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?"
Jungkook berpikir sejenak. "Banyak sekali sebenarnya. Tapi hanya dua yang sangat ingin kulakukan."
"Apa?"
Menatap Taehyung sembari menampilakan senyum manisnya. "Aku ingin bermain air dipantai, dan ingin pergi ke Namsan Tower."
"Kebetulan sekali, aku memang berniat membawamu ke pantai."
~oOo~
Jungkook terus berlarian dipinggir pantai, Taehyung sendiri hanya memperhatikan sembari tersenyum.
Mengernyit heran saat Jungkook mendekat. "Kenapa? Kau lelah?"
Jungkook menghela napas pelan, dan mulai duduk disamping Taehyung. "Tak seru sekali main air nya. Aku sama sekali tak bisa basah." Berujar jengkel sembari memperhatikan kakinya yang masih kering.
Taehyung tersenyum kecil sebelum berdiri sambil menggenggam tangan Jungkook. "Ayo berkeliling pantai" ajaknya yang diangguki antusias oleh Jungkook.
Mereka berjalan beriringan dengan Jungkook yang tak henti-hentinya tersenyum sembari mengayunkan tangan mereka yang masih bergandengan.
"Kau sepertinya senang sekali."
"Tentu saja. Memangnya hyung tidak?"
"Senang, tentu saja." Membalas ringan sembari mengusak pelan rambut Jungkook, mengabaikan pasangan yang baru saja melewati mereka dan memandangnya aneh karena berbicara sendiri.
"Hyung. Ayo beli sesuatu." Jungkook menarik Taehyung ke sebuah stand penjual soupenir.
"Ada yang bisa saya bantu?" Pedagang itu bertanya yang dibalas dengan senyuman tipis oleh Taehyung.
"Saya ingin melihat-lihat dulu."
Memegang beberapa sebagai kedok, karena yang sebenarnya memilih adalah Jungkook.
"Bagaimana jika ini?"
Taehyung memandang bingung saat pedagang tadi menawarkan dua buah cincin dengan gambar kelinci dan kucing. "Wahh.. itu bagus, hyung. Ambil saja" Jungkook menanggapi dengan memandang berbinar kearah cincin tersebut.
"Kau dapat membuat sebuah permohonan sebelum memakainya"
~oOo~
Jungkook tersenyum senang melihat gembok dengan ukiran namanya dan Taehyung terpasang diantara sekian banyak gembok di Namsan Tower.
"Kau sudah membuang jauh-jauh kuncinya, hyung?" Bertanya sembari mengalihkan pandangannya kearah Taehyung yang balas memandangnya.
"Sudah" Taehyung membalas singkat.
"Hahh.. Aku sebenarnya takut, hyung." Mengalihkan pandangannya dari Taehyung.
"Bagaimana jika selama tiga hari ini ragaku tak kunjung ketemu?"
"Bagaimana jika sosok itu benar-benar membawa paksa jiwaku?"
"Bagaimana jika ragaku ditemukan, tapi setelah sadar aku malah melupakanmu?"
"Bagaimana jik—" perkataan Jungkook terpotong saat Taehyung menempelkan bibir tebalnya pada bibir tipis Jungkook.
Tak ada lumatan, hanya sebuah ciuman panjang sederhana penuh perasaan.
Taehyung mengusap pipi Jungkook saat tautan bibir mereka terlepas. Jungkook sendiri masih menampilkan ekspresi terkejut.
Cup—
Jungkook kali ini menutup matanya sembari tersenyum manis saat Taehyung mengecup keningnya lama.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Bukankah kau selalu berpikiran positif?" Taehyung berucap setelah membawa Jungkook kedalam pelukan hangatnya.
Jungkook mengangguk kecil dalam pelukan Taehyung. "Benar. Seharusnya aku tetap berpikiran postif" membenarkan sembari membalas pelukan Taehyung.
~oOo~
Satu hari lagi, namun baik Taehyung dan Jungkook tak terlalu ambil pusing. Mereka hanya menikmati kebersamaan mereka tiap harinya.
Seperti saat ini, Jungkook tengah menemani Taehyung bermain game di apartemen. Taehyung bermain sembari tiduran di paha Jungkook.
Drrtt Drrtt—
Taehyung menghentikan permainannya sejenak dan meraih ponselnya yang bergetar.
"Ya, ayah?"
"Seoul International Hospital"
Mengerutkan kening tak mengerti dengan perkataan ayahnya. "Maksudnya?"
"Jeon Jungkook, delapan belas tahun. Siswa SOPA yang merupakan korban tabrak lari sekitar sebulan yang lalu"
Taehyung mematung mendengar penjelasan ayahnya, mulai bangkit dari tidurannya dan menatap kearah Jungkook yang juga menatapnya penasaran.
"Sudah ya, Tae. Ayah ada rapat" Ayahnya memutuskan sambungan sepihak.
"Ada apa, hyung?" Jungkook bertanya saat Taehyung berdiri mengambil jaketnya yang berada disandaran kursi.
"Kita ke Seoul International Hospital sekarang. Ayah menemukan seseorang dengan kriteria yang sangat cocok."
Deg—
Entah kenapa, Jungkook sendiri bingung dengan perasaannya. Dia senang? Tentu saja. Tapi ada perasaan gelisah disela-sela rasa senangnya.
Yang ia lakukan hanya terdiam mengikuti langkah Taehyung yang menggenggam tangannya keluar apartemen.
~oOo~
Drap Drap—
Taehyung berjalan cepat sepanjang koridor rumah sakit menuju ruangan yang telah disebutkan resepsionis didepan tadi.
Jungkook menghentikan langkahnya tiba-tiba yang membuat Taehyung yang menggenggam tangannya juga turut menghentikan langkahnya.
Taehyung mengernyit bingung melihat Jungkook yang menundukkan kepalanya dan meremas tangan Taehyung.
"H-hyung.. aku takut" Berucap gemetar sembari mendongakkan kepalanya menatap Taehyung dengan mata yang sudah berair.
"Tenanglah. Aku disini."
"Aku takut tak dapat mengingatmu lagi setelah sadar, hyung"
"Tak apa. Aku yang akan mengingatkanmu. Tenang saja. Sekarang kita ke ruanganmu ya?" Taehyung berujar pelan yang dibalas dengan anggukan kecil dari Jungkook.
Mereka terus melanjutkan langkah, hingga menemukan ruangan yang dimaksud.
Seorang wanita keluar dari ruangan tersebut. Terlihat sedang membuang beberapa sampah.
"Permisi" Taehyung menyapa sopan, dan memberikan senyum tipis saat wanita tersebut balas menatapnya.
"Apa ini benar ruangan Jeon Jungkook?"
Wanita itu mengangguk membenarkan. "Benar. Saya Lee Sungmin kakak angkatnya. Ada perlu apa?"
"Saya Kim Taehyung, temannya. Salam kenal" Taehyung memperkenalkan diri sembari membungkuk sopan. Sedangkan Jungkook hanya menatap nanar wanita didepannya.
"Benarkah? Kau teman pertama yang menjenguknya. Kau bisa masuk, dia sudah koma selama sebulan."
"Ah ya. Terimakasih." Taehyung membungkuk lagi, kemudian membuka pintu ruangan berniat masuk dengan tangan Jungkook yang masih digenggamnya.
~oOo~
Taehyung menatap nanar pemuda manis yang terbaring didepannya.
Ini benar-benar Jungkook.
Jungkook sendiri hanya memandang kosong kearah raganya yang terlihat sangat lemah. Air matanya tak kunjung berhenti sejak tadi.
Taehyung mengalihkan pandangannya menatap Jungkook saat merasa genggaman tangannya melonggar. "Kau kenapa?" Berujar panik saat melihat jiwa Jungkook telah transparan.
"H-hyung. Bagaimana ini. Aku tak bisa bergerak."
"Ya! Jeon Jungkook" Taehyung bertambah kalut saat jiwa Jungkook hampir tak terlihat.
"Hyu—"
Tuttt Tuttt—
Jiwa Jungkook menghilang bertepatan dengan berbunyinya alat pendeteksi detak jantung yang terhubung dengan raganya.
Taehyung menekan tombol darurat panik sembari menggenggam tangan Jungkook erat. "Ya! Bertahanlah"
Brak—
Pintu ruangan terbuka menampilkan Kakak angkat Jungkook dan beberapa dokter. Taehyung mundur mempersilahkan para dokter mendekati Jungkook.
"Ada apa ini?" Sungmin bertanya kepada Taehyung dengan mata menatap tajam kearah Taehyung.
"Kalian bisa menunggu diluar."
~oOo~
Taehyung sedang duduk di kursi samping ranjang rumah sakit yanh ditempati Jungkook.
Matanya tak lepas menatap pemuda manis yang kini tengah menatap kearah jendela.
Sungmin tak ada di ruangan itu, ia sedang berkonsultasi dengan dokter mengenai keadaan Jungkook.
Ya. Jungkook akhirnya sadar setelah melewati masa kritisnya.
Ia memanggil nama kakak angkatnya setelah sadar.
Dan sampai saat ini tak pernah berbicara dengan Taehyung. Banyak spekulasi-spekulasi yang berkeliaran diotak Taehyung.
Apa Jungkook tak mengingatnya? Jika iya, Taehyung akan membantunya untuk mengingat.
"I-itu.."
"Ya?" Membalas cepat saat Jungkook menatapnya dan berusaha berbicara dengannya.
"Aku haus. Bisa tolong ambilkan airnya?"
"Tentu saja"
Taehyung meraih segelas air dimeja samping tempat tidur dan menyerahkannya ke Jungkook.
"Terimakasih"
Jungkook minum dengan tergesa dan mata tak fokus karena Taehyung sejak tadi terus menatapnya.
Taehyung tersenyum kecil saat melihat air yang tak bisa ditelan Jungkook membasahi sedikit pakaian rumah sakitnya.
Mengambil kembali gelas saat Jungkook telah selesai minum, mengelap mulut Jungkook dengan saputangan.
Terkekeh geli saat melihat Jungkook memandang random sekeliling ruangan menghindari tatapan matanya.
"Kau manis sekali. Jadi pacar hyung yaa" Tersenyum lebar saat Jungkook menatap terkejut kearahnya.
Cup—
Taehyung mematung tak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Jungkook baru saja mengecup bibirnya.
"Hyung curang. Kalau seperti ini, aku kan tak tahan berlama-lama mengerjaimu" Jungkook berucap diakhiri dengan kekehan manis melihat hyung tersayangnya mematung tak percaya.
"Bukankah kita sudah berpacaran hyung?"
"Jungkook. Kau—"
"Kkk– Iya. Tentu saja aku mengingatmu, hyung"
Jungkook hanya tersenyum bahagia saat Taehyung membawanya kedalam pelukan hangat favorite -nya.
Senang sekali rasanya dipeluk kembali oleh Taehyung bukan sebagai arwah. Sebagai Jeon Jungkook dalam wujud manusia. Sebagai Jeon Jungkook nya Kim Taehyung.
Jungkook membalas pelukan Taehyung dengan erat dan setetes air mata bahagia yang membasahi pipinya.
~oOo~
The End
Fanfict selingan^^
Oneshoot nya VKook harus manis-manis. Aku gk kuat kalo buat oneshoot yang galau-galau keterlaluan
What If masih dalam proses penulisan yaa~ sementara nunggu banyak respon, aku buatin ini deh
Akhir kata, aku minta Review nya yaaa~ Kalo Review nya banyak, ntar aku kasih sequel
Sungmin GS disini :))
Mampir juga ke akun Wattpad ku "VKchu137"
Senin, 6 Februari 2017
Di Kamar Tercinta
VKchu137
