Baca AN di bawah ya ibu-ibu...
Oh Sehun, Kim Luhan, Lu Han
KaiHun, HanHun
Gender switch, Sad romace
Author : Mama Sehun
.:: Our Love ::.
Keheningan terjadi saat makan malam sedang berlangsung, hanya ada suara dentingan sendok, garpu dan juga piring. Di keluarga ini memang sangat menjunjung tinggi nilai tata tertib dan kedisiplinan. Sehun, anak bungsu di keluarganya itu dikenal sangat penurut, namun belakangan dia sering membantah kedua orang tuanya karena suatu hal.
Suatu hal yang tidak bias ia tinggalkan.
"Sehun, kamu masih ingat sama Luhan?" Sang ayah kini memulai pembicaraan setelah menyelesaikan makannya.
Gadis cantik berusia 22 tahun itu melirik ayahnya sebentar kemudian terdiam sambil mengingat sesuatu.
"Anak temannya Papa yang orang Cina itu?" Ucap Sehun sedikit ragu.
"Iya, Dia sudah menyelesaikan kuliahnya di London dan akan kembali ke Korea untuk bekerja sama di perusahaan Papa" Kini sang Mama yang terlihat antusias membahas topik tentang Luhan, anak teman dekat sekaligus tetangganya
"Oh..." Jawab Sehun dengan singkat.
Kedua orang tua Sehun menatap satu sama lain ketika mereka sadar dengan raut wajah Sehun yang malah biasa saja, tidak ada reaksi senang atau bagaimana, padahal setahu mereka dulu Sehun begitu dekat dengan Luhan.
Papanya Sehun kemudian memberi kode pada istrinya untuk menyurunya bicara lagi.
"Papa sama Mama berniat untuk mendekatkan kamu dengan Luhan, sayang" Ujar sang Mama dengan sedikit wajahnya didekatkan ke Sehun, membuat gadis itu mengangkat wajahnya perlahan untuk menatap ibunya.
Mendekatkan?
Mendekatkan seperti apa yang Mamanya maksud.
"Menjodohkan, maksudnya" Papanya menimpali seolah membaca pikiran Sehun
"Ukh!"
Sehun langsung menjauhkan gelasnya ketika rasa panas dan sangkit menyerang tenggorokannya. Ia tersedak saat minum, lebih tepatnya ketika Papanya selesai berbicara.
Tidak hanya Sehun yang kaget mendengarnya, seseorang yang tak lain adalah kaka perempuan Sehunpun ikut terkejut, bahkan ia seperti menaruh tatapan cemas pada Sehun. Ia tahu, adiknya pasti akan membantah hal ini.
"Tapi Ma-"
"Luhan anak yang baik, kami juga sangat mengenal keluarganya. Papa akan lebih tenang jika kamu ada di tangan orang yang tepat" Sela sang Papa sambil tersenyum senang dan membuat Sehun tidak tega membantah.
Sehun tahu, Luhan memang anak yang baik. Pria itu adalah teman semasa kecil kakaknya, dan Sehun sering mengintili mereka untuk bermain bersama. Pertemanan Sehun dengan Luhan hanya sebatas itu, tidak lebih.
"Tapi Papa sama Mama tahu kan kalau aku sudah-"
"Sehun, dari awal Mama tidak pernah berkata ya untuk hubungan kamu dengan laki-laki itu" Ujar Mamanya memotong ucapan Sehun.
"Karena Mama tidak pernah mau untuk melihat kepada Jongin" Nada Sehun sedikit agak meninggi membuat kedua orang tuanya tercengang karena tidak biasanya Sehun membantah.
Yixing, kakaknya hanya bisa meraih bahu Sehun untuk menenangkannya. Tidak seharusnya Sehun seperti ini, orang tuanya tidak bis auntuk dibantah.
"Cukup Sehun, jangan sebut-sebut anak itu lagi disini!" Papanya menggeram lalu mengambil segelas air putih untuk menetralkan emosinya.
"Kenapa aku? Kenapa bukan Kak Yixing yang jelas-jelas dekat dengan Luhan sejak awal" Sepertinya Sehun belum ingin berakhir. Ia masih tidak terima dengan keputusan sepihak orang tuanya.
Apa-apaan itu? Masih ada saja orang tua yang memaksa anaknya untuk dijodohkan, seperti tidak laku saja.
Yixing tidak begitu ambil hati tentang yang Sehun ucapkan, ia tahu adiknya itu hanya emosi. Belakang ini Sehun memang sedikit agak meledak-ledak setelah Mamanya mengadu kepada Papanya kalau Sehun punya kekasih yang tidak jelas pekerjaan dan asal usulnya.
Sehun yang tidak betah berada dalam situasi semcam ini memilih untuk memundurkan kursinya dan beranjak dari sana. Mamanya sempat memanggil karena perilaku Sehun yang tidak sopan , tapi anak itu tidak menghiraukannya.
..
Waktu menunjukan pukul lewat tengah malam. Sehun terusik dari tidurnya saat merasakan sesuatu pada bagian perutnya. Ia mengecek jam di ponselnya kemudian duduk sambil menyelendeh di kepala ranjang. Tangannya bergerak mengusap perut dan tangan satu meremas ponsel, berniat menghubungi seseorang.
"Jongin sudah tidur belum ya" Lirihnya seorang diri sambil mengusap layar ponsel dan terlihatlah foto Jongin dan dirinya sebagai wallpaper.
Sehun sempat merutuki dirinya yang tadi tidak sempat menghabiskan makan malamnya, sekarang perutnya kembali lapar dan Sehun terlalu malas untuk turun ke bawah. Lagi pula, rasanya Sehun ingin makanan yang lain, Pizza misalnya.
'Hm?'
Setelah beberapa detik menunggu akhirnya seseorang di seberang sana mengangkat teleponnya.
"Kamu sudah tidur?" Tanyanya basa basi, padahal ia tahu kalau Jongin baru saja terbangun karena mengangkat teleponnya.
'Hm' Sepertinya Jongin masih dalam proses menyadaran diri.
"Aku lapar... Ingin makan Pizza" Suara Sehun terdengar merengek dan ini juga salah satu cara agar Jongin mau menuruti kemaunnya.
'Kamu lapar atau ngidam? Tengah malam begini minta Pizza" Dumel Jongin, suaranya masih terdengar kacau
"Dua-duanya. Kamu bisa beliin kan?" Sehun lebih terdengar memohon dari pada meminta tolong, dan Jongin tidak bisa menolak.
'Yasudah, tunggu aku'
"Makasih sayang" Ujarnya sebelun mematikan sambungan telepon kemudian mengusap perutnya lagi.
Entah apa yang dilakukan seorang Kim Jongin hingga membuat Sehun begitu mencintainya. Begitu juga Jongin, beberapa kali ia di tolak oleh keluarga Sehun namun cintanya pada Sehun tetap sama, tidak pernah berubah walau hanya seujung kuku.
Di tambah lagi dengan keadaan Sehun sekarang yang tengah hamil, Jongin jadi begitu protektif dan Sehun sangat menyukai itu.
Memikirkan tentang kehamilannya membuat Sehun sedikit takut, masalahnya tidak ada siapapun yang tahu kecuali dirinya, Jongin dan Tuhan. Ia belum berani memberitau siapapun terlebih orang taunya. Bahkan Jongin memberinya saran untuk memberi tahu Yixing, kakaknya tetapi Sehun tidak mau, walaupun kakaknya itu memang selalu berpihak padanya tapi bagi Sehun lebih baik masalah ini disimpan sampai waktunya tiba.
Sehun memandangi perutnya, mengusapnya lembut sambil tersenyum. Sejujurnya ia bahagia karena selain ia akan memiliki serang anak dari laki-laki yang dicintainya, hal ini juga adalah satu-satunya yang bisa Sehun gunakan untuk memaksa orang tuanya agar merestui hubungannya dengan Jongin.
Kemudian ia melirik ke arah jam dinding dan merasa jika ia sudah terlalu lama melamun sambil memikirkan ini itu. Pinggang Sehun terasa pegal lalu ia memutuskan untuk berguling ke samping kiri namun sebuah siluet seseorang dibalik pintu balkon membuatnya kembali terbangun dan Ia langsung bergegas untuk membukanya, pasti itu Jongin.
Ketika pintunya terbuka Jongin langsung menunjukan kantong kresek sambil tersenyum, kemudian Sehun memeluknya dengan antusias. Ia rindu. Entahlah akhir-akhir ini Sehun selalu merindukan Jongin, padahal mereka hampir setiap hari bertemu. Mungkin bawaan bayinya.
Jongin mengecup pucuk kepalanya berkali-kali sebelum akhirnya Sehun menyurunya cepat masuk.
Tanpa sepengetahuan penghuni rumah ini, diam-diam Jongin memang sering mengunjungi Sehun lewat balkon kamarnya. Apalagi semenjak Sehun hamil, ia sering mengidam yang aneh-aneh dan meminta Jongin membelikan ini itu. Tak jarang juga Sehun menyurunya datang hanya untuk menemaninya tidur. Jongin jadi tidak bisa membedakan mana kemauan Sehun dengan kemauan si jabang bayi.
"Makanya pelan-pelan sayang" Tangan Jongin terulur untuk membersihkan sisa-sisa makanan di bibir Sehun.
"Kamu tidak makan?" Sehun menyodorkan potongan pizza-nya kemulut Jongin.
"Buat kamu saja" Jongin tersenyum sambil mengusap rambut hitam Sehun.
Selama Sehun makan, Jongin hanya memandangi wajahnya, sambil memikirkan banyak hal seperti bagaiaman ia bisa begitu mencintai perempuan ini dan bagaimana berjuangnya Sehun untuk mempertahankan hubungan mereka hingga Sehun pun membiarkan dirinya mengandung tanpa sepengetahuan siapapun.
Tapi itu bukanlah suatu rencana, mereka hanya tidak sengaja melakukannya tanpa pengaman hingga terciptalah sebuah nyawa baru didalam perut Sehun. Jongin hawatir, tapi Sehun tidak, ia bahagia, sungguh. Apapun itu asalkan bersama Jongin.
"Bagaimana kabarnya?" Jongin mengelus perut Sehun ketika kekasihnya itu menyamankan diri dengan bersandar di dada Jongin setelah selesai menghabiskan satu box pizza sendirian.
"Dia selalu merindukan kamu" Sehun mendongak sambil meraba-raba rahang dan dagu Jongin. Sesuatu yang sangat Sehun suka untuk menyentuhnya ketika mereka berciuman.
Jongin tersenyum lalu memberikan kecupan dibibirnya "Dia atau kamu?"
Dan mereka sama-sama tertawa dengan Jongin yang semakin memeluknya hangat.
"Jongin"
"Hm?"
"Besok sudah waktunya ke dokter. Kamu bisa antar aku?"
"Pasti. Aku tidak mau melewati perkembangannya sedikitpun" Sehun langsung tersenyum, perasaanya begitu bahagia ketika mendengar bahwa Jongin juga sangat memperhatiakn kandungan Sehun dan berharap anaknya akan tumbuh dengan baik.
"Berapa usianya?" Tanya Jongin masih betah mengelus perut Sehun
"Memasuki empat bulan. Kenapa?"
"Tidak lama lagi perut kamu akan semakin membesar, apa nggak sebaiknya kita kasih tahu yang sebenarnya?" Ujar Jongin sambil sesekali mengecup leher Sehun.
Dengan susah payah Sehun membalikan tubuhnya agar bisa menatap Jongin, ia remas kedua bahu pemuda itu lalu mengelus pipinya perlahan.
"Aku terlalu takut untuk menghadapi masalah selanjutnya, Jongin. Bukannya merestui kita, aku takut mereka malah menyuruh aku untuk menggugurkannya. Aku tidak mau" Sehun terlihat sangat serius dan ketakutan di mata Jongin.
"Apa orang tua kamu sejahat itu?" Jongin menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga Sehun.
"Tapi aku juga tidak yakin kalau mereka akan menerima begitu saja"
Jongin ingin berkomentar lagi namun Sehun malah mencium bibirnya seolah memberitahunya kalau ia takut, ia belum siap dengan apa yang nanti orang tuanya lakukan terhadap calon anak mereka. Sehun pasti akan memberitahunya, tapi nanti jika dirasa waktunya tepat.
"Jangan takut, aku ada buat kamu" Bisik Jongin tepat di depan bibir Sehun, lalu ia menarik gadis itu agar berada di pangkuannya kemudian kembali melumat bibirnya. Memberinya kekuatan serta kepercayaan akan hubungan mereka yang sedang diperjuangkan.
Setelah setengah jam Jongin menemani Sehun sambil memeluk tubuh mungilnya, akhirnya gadis itu tertidur pulas. Ia bergerak pelan agar Sehun tidak terusik, kemudian melepas tangan Sehun yang melingkar di perutnya lalu bergegas mengambil jaketnya untuk bersiap pergi.
Dia harus cepat pulang sebelum pagi datang dan membangunkan semua penghuni rumah ini.
..
Di pagi hari, Sehun sudah bersiap dengan segala urusannya untuk berangkat ke kampus. Ketika sang Mama sedang merapikan bekas sarapan di meja, Sehun malah sibuk sendiri membuat susu. Susu wanita hamil tentunya, tapi Sehun mengganti kemasannya dengan tempat susu biasa agar tidak ketahuan kalau itu susu untuk wanita hamil.
"Hun, selesai kuliah nanti kamu langsung pulang ya, dan jangan keluyuran. Malam ini kita akan kedatangan tamu" Ujar sang Mama, membuat Sehun buru-buru menenggak susunya.
"Tapi ma-"
"Pokonya sebelum malam kamu harus sudah di rumah. Jangan membantah!" Mamanya memasang wajah tegas.
'Tapi aku harus ke dokter kandungan Ma...'
Rutuknya dalam hati.
Untungnya Jongin telah mendaftarkan nama Sehun di dokter kandungan lebih awal sehingga ketika ia sampai di rumah sakit, beberapa menit kemudian namanya langsung dipanggil. Sehun mengucap syukur karena Jongin sangat pengertian, walau sebnarnya ia tidak memberitahu Jongin perihal Mamanya yang menyuru pulang cepat.
Sore ini Sehun merengek pada Jongin untuk makan pizza lagi. Setelah mengantar pacar tercintanya itu ke dokter kandungan Jongin langsung mengabulkannya walau ia harus rela diomeli bosnya karena tidak kembali ke tempat kerja. Ini semua demi Sehun, padahal semalam Sehun baru saja makan pizza berukuran besar sendirian astaga... Dan Sehun hanya beralasan lagi kalau ini semua karena kemauan si jabang bayi, dan Jongin hanya bisa manggut-manggut saja mendengarkannya.
Akhir-akhir ini Sehun memang sering tidak terkontrol nafsu makan. Mamanya juga sempat kaget waktu Sehun meminta untuk menambah nasinya saat makan malam beberapa waktu lalu.
"Hun, kontrol nafsu makan kamu, bukannya kamu takut jadi gemuk?" Kata Jongin, tapi sebenarnya dia senang melihat Sehun makan lahap seperti ini karena biasanya gadis itu sangat menjaga berat badannya.
"Ini bukan mauku Jongin. Memangnya kenapa? Kamu tidak suka aku jadi gendut?" Jongin telah mengalaminya kalau wanita hamil memang benar-benar sensitif. Ia harus lebih hati-hati ketika berbicara dengan Sehun.
"Bukan sayang, aku tetap suka kok bagaima nanti bentuk badan kamu" Ia mengecup sekilas pipi Sehun yang duduk di sebelahnya. "Tapi sebaiknya kamu pilih makanan-makanan yang sehat" Lanjutnya masih memperhatikan Sehun, namun si pacar tercintnya itu hanya manggut-manggut sambil terus makan.
Tiba-tiba getaran ponsel Sehun diatas meja mengalihkan perhatian mereka, Sehun meminta tolong pada Jongin untuk mengambil ponselnya karena tangannya kotor.
"Mama kamu" Ucap Jongin
Sehun langsung mengelap tangannya dengan tisu lalu menyedot minumannya sebentar sebelum mengambil ponselnya dari tangan Jongin.
"Hallo Ma?"
'Kamu dimana?'
"Aku... Aku di kampus, kenapa?" Jawabnya beralasan, dan Jongin terlihat paham.
'Kamu lupa ya? Mama minta kamu pulang cepat Sehun. Nanti malam keluarga Luhan mau datang'
Sehun melirik Jongin, berharap pacarnya itu tidak mendengar yang di katakan Mamanya.
"Iya Ma, sebentar lagi aku pulang kok" Sehun buru-buru menutup panggilannya.
"Mama minta aku pulang cepat karena ada acara di rumah" Ujar Sehun sedikit berbohong karena ia tidak mau Jongin tahu tentang perjodohannya.
"Acara apa?" Jongin menyengrit tapi Sehun hanya mengidihkan bahunya.
"Oke, habiskan makananya dulu lalu kita pulang" Jongin tersenyum sambil mengusap rambut hitam Sehun.
..
"Sehun!"
Yang di panggil namanya langsung terkesiap saat sang Mama sudah menyembulkan kepalanya di sela pintu. Wanita paru baya itu masuk sambil menenteng sebuah gaun berwarna peach dengan hisan bungan di pinggangnya.
Sehun menyengrit.
"Tadi Mama mampir sebentar ke butik terus liat gaun ini, pasti cantik banget kalau di pakai sama kamu" Terang Mamanya sambil tersenyum senang.
Sehun yang tadi sedang membaca buku di atas kasur, kini mencoba turun dan mengambil gaun yang di sodorkan Mamanya.
"Tapi kan ini acara pertemuan biasa Ma, aku masih punya stok baju yang bagus kok" Protes Sehun, karena Mamanya ini kadang suka berlebihan.
"Sayang, kamu harus keliatan cantik di depan keluarga Luhan, supaya mereka terpesona dan Luhan akan benar-benar jatuh cinta sama kamu" Mamanya masih tersenyum senang, namun Sehun terlihat tidak senang dengan senyuman itu.
Demi apapun Sehun tidak mau menerima perjodohan ini. Sehun sedang mengadung anak Jongin, tidak mungkin Sehun berpaling pada laki-laki lain. Cepat atau lambat, Sehun akan memberitahu semuanya.
"Cepat ganti baju kamu" Pinta Mamanya dan Sehun langsung berbalik memunggungi Mamanya untuk berganti baju.
Gaun yang cantik dan pas, Mamanya sempat memuji beberap kali saat Sehun selesai mengenakannya.
"Pilihan Mama memang selalu cocok buat kamu" Komentarnya, sambil sesekali merapikan baju Sehun. "Apa berat badanmu naik sayang? Perutmu agak membesar" Mamanya mengelus perut Sehun sambil menyengrit.
Sehun langsung menepis tangannya pelan dan terlihat gugup "Err... Iya, akhir-akhir ini aku sering makan dan ngemil Ma" Katanya mencoba bersikap biasa.
Mamanya menggelang pelan "Jaga berat badan kamu sayang"
"Hm, ya" Sehun masih terlihat gugup.
Setelah memberikan petuah yang cukup panjang akhirnya sang Mama keluar dari kamar karena mendapat telepon. Sehun masih bercermin di depan meja riasnya sambil menatap sendu.
Ia baru sadar kalau gaun ini di bagian perutnya terlalu ketat, jadi perutnya yang semakin membesar itu semakin terlihat, untung tidak terlalu jelas. Tapi ia masih takut kalau nanti ada yang menyadarinya
Ketika Sehun sedang merapikan tatanan rambutnya, seseorang kini masuk dan berjalan pelan ke arahnya. Sehun tersenyum ketika sang kakak mendekat lalu memeluknya sayang.
"Jangan terlalu dipikirkan. Jalani saja dulu, Luhan tidak buruk-buruk amat kok" Katanya mencoba menyemangati adik satu-satunya ini sambil mengusap bahunya.
"Kakak takut aku akan seperti kakak ya?" Sehun menatap Yixing melalui cermin
Yixing sedikit mendongak dan membalas tatapan adiknya. Sehun jelas tahu dan paham apa yang telah dialaminya dulu. Memaksa menikah dengan seorang pria yang dicintainya tanpa restu dari orang tua. Kemudian Yixing pergi jauh dari rumahnya untuk menghindari pertengkaran. Namun setelah dua tahun menikah ternyata laki-laki itu pergi entah apa alasanya, membuat Yixing terpaksa harus pulang ke rumah orang tuanya dengan menanggung malu.
Banyak orang berkata jika tidak ingin celaka maka turutilah perkataan orang tuamu. Jadi bukan maksud Yixing ikut menyetujui perjodohan ini, dia hanya sedikit hawatir hal yang sama akan terjadi lagi kepada adiknya.
Setelah beberapa saat terdiam, Yixing pun berbicara "Sudah, kakak mau bantu Mama dulu. Kamu dandan yang cantik" Bukannya menjawab pertanyaan Sehun, ia malah pergi.
Setelah kepergian Yixing, Sehun masih diam sambil menatap dirinya di cermin, entah dia sama sekali tak berminat untuk ikut acara malam ini. Dia juga memikirkan bagaimana jika Jongin tahu, dia pasti benar-benar akan mendatangi orang tua Sehun. Jongin itu termasuk pria yang nekad, tapi Sehun juga takut jika akan terjadi hal yang tidak-tidak pada Jongin. Papanya akan melakukan apapun untuk memisahkan mereka.
ketika dirinya hendak melangkah keluar, ponselnya berdering dan Sehun segera mengangkat panggilannya
"Ya?"
'Mm tidak... Aku hanya ingin bilang I love you' Di seberang sana, orang yang baru saja dipikirkannya menelepon. Sehun hanya bisa tersenyum sambil mengelus perutnya.
"I love you too dari aku dan anak kamu" Balasnya masih dengan senyuman bahagia.
"Ah ya, Ilove you so much untuk kalian berdua" Jongin ikut terkekeh setelah mendengar jawaban Sehun. Jongin harus sering mengingat kalau ada dua orang yang sangat mencintainya.
"Jadi kamu menelpon hanya untuk bilang itu?"
'Em tidak tahu. Tiba-tiba ingin bilang seperti itu'
Sehun terdiam sambil menatap kosong, kenapa ia menyangka kalau Jongin ini meneleponnya sebagai pertanda kalau kekasihnya itu tidak rela jika Sehun di jodohkan oleh orang lain. Ah rasanya Sehun ingin mengurung diri saja di kamar.
'Sayang?'
"Ya"
'Are you ok?'
"yes,i'm ok" Sehun tersenyum kecil. Namun senyumnya hilang ketika mendengar derap langkah kaki yang menuju kamarnya "Jongin, aku tutup dulu ya, tamunya sudah datang"
Pip.
Jongin belum sempat menjawab Sehun langsung mematikan sambungannya tepat ketika sang mama membuka pintu kamarnya.
"Ayo cepat turun, keluarga Luhan sudah menunggu di bawah"
Sehun melempar asal ponselnya ke kasur dan keluar mengikuti Mamanya, ia berjalan perlahan menuruni tangga sambil menggandeng Mamanya. Ketika kehadirannya di sadari oleh orang-orang yang menunggunya di bawah, sang Mama langsung memberi kode agar Sehun memberi senyumnya.
Sehun langsung memberi salam dengan senyuman yang dibuat-buatnya ketika bertemu keluarga Luhan di bawah.
"Hai, apa kabar?" Seorang pemuda dengan jas abu-abunya berdiri sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Sehun
Sehun terlihat ragu namun lagi-lagi Mamanya yang menyuruh agar menyambut uluran tangan pemuda itu. Sehun jadi merasa seperti boneka yang sedang diatur oleh pemiliknya.
"Aku baik" Jawabnya sambil menjabat tangan pemuda itu yang di ketahui bernama Luhan.
"Sehun sudah dewasa ya, padahal dulu masih suka manja-manjaan sama Mamanya" Komentar wanita paru baya yang duduk di samping Luhan.
"Sehun cantik loh, Han" Kini ayah Luhan mulai menggoda anaknya dan Luhan hanya tersenyum malu-malu sambil menggaruk tengkuknya.
Setelah berbincang banyak hal, akhirnya tuan rumah mempersilakan tamunya untuk makan malam. Disela makan malam, para orang tua mulai menggoda Luhan atau Sehun yang kini duduk bersebelahan. Yixing juga ada di sana dan mengetahui bagaimana Sehun terpaksa melakukan ini.
ketika beberapa orang tengah asik menggoda Yixing yang belum juga menikah lagi, Sehun malah terdiam. Tangannya menggenggam kuat sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan sesuatu yang bergejolak di perutnya.
"Hoek" Sehun langsung menangkup mulutnya dan pergi dari sana.
Semua mata kini tertuju padanya yang berlari ke arah kamar mandi. Kedua orang tua Sehun saling memandang, mereka juga tidak tau dengan apa yang terjadi pada putrinya.
"Ekhem, Sehun memang lagi kurang sehat tadi" Sergah Yixing cepat, padahal ia sendiri juga tidak tahu kenapa.
Tangan Sehun bergerak membuka kran washtafel ketika dirasa isi perutnya sudah keluar. Ia mengusap bagian mulutnya dengar air lalu mengelapnya dengan tisu. Bibirnya sempat merutuk karena rasa mualnya datang dengan tidak tepat, tapi Sehun tidak menyalahkan siapapun, ini memang sudah resiko.
"Sehun, kamu baik-baik saja?" Tiba-tiba sang Mama mendekati dan mengelus pundaknya.
Sehun menggeleng takut-takut, namun ia berusaha agar tidak terlihat curiga.
"Ya sudah, bantu Mama siapkan hidangan penutup ya" Sehun mengangguk dan mengikuti Mamanya.
Sehun kembali ke meja makan dengan membawa hidangan penutup berupa buah-buahan dan puding. Entah perasaan Sehun saja atau memang benar, Luhan sejak tadi selalu memperhatikannya. Sehun risih sebenarnya, ia hanya pura-pura tidak melihat apa yang dilakukan Luhan.
Namun Mamanya punya rencana lain untuk mendekatkan keduanya. Meminta Luhan untuk mengajak Sehun mengobrol berdua di taman belakang. Kini Sehun berjalan pelan sambil membawa piring berisi sepotong kue untuk Luhan yang tengah duduk di kursi dekat kolam renang. Luhan yang menyadari kehadirannya kini mulai menatap dengan senyuman khas,senyum yang menurut Sehun tidak berubah dari dulu. Luhan memang pria dengan paras yang menawan. Ia akui dulu juga sempat suka dengan pria itu.
Sehun duduk di sebelah Luhan dengan jarak sebuah potongan kue yang ia letakan diantara dirinya dan Luhan. "Itu kue buatanku, cicipi saja kalau mau" Kata Sehun sebagai basa-basi
Luhan kembali tersenyum "Kamu jadi pendiam, padahal dulu cerewet" Katanya sambil mengambil potongan kue yang dibawa Sehun.
Bukannya tersenyum atau merespon Sehun malah diam dan matanya hanya melirik Luhan sekilas. Melihat bagaimana ekspresi Sehun, Luhan jadi berpikir kalau Sehun tidak menyukai leluconnya.
"Maaf" Gumamnya sambil berdehem.
Namun Sehun masih diam sambil menatap kosong ke arah kolam renang.
"Gimana kuliah kamu?" Sepertinya Luhan belum menyerah untuk mendapatkan perhatian Sehun.
"Tinggal memenuhi tugas akhir" Jawaban yang singkat namun Luhan malah tertawa kecil sambil tetap memandangi Sehun.
"Kenapa?" Sehun protes.
"Kamu benar-benar banyak berubah. Sangat dingin"
"Setiap orang kan bisa berubah" Sehun menjawab sambil memainkan kuku jarinya agar tidak terlihat begitu kaku.
Sehun tidak berubah. Andai saja situasinya tidak seperti ini mungkin Sehun akan bersikap biasa saja kepada Luhan. Seperti dulu, Sehun selalu manja dengan siapapun termasuk Luhan. Kini keadaanlah yang membuatnya berubah, hanya karena satu alasan pandangan Sehun kepada Luhan menjadi berubah.
"Iya aku tahu, buktinya kamu lebih cantik sekrang"
Luhan menggombal, tapi entah Sehun benar-benar tidak menyukainya. Kenapa mereka harus dipertemukan ketika dewasa dalam siatuasi seperti ini, kenapa tidak Yixing saja yang di jodohkan oleh Luhan. Sehun kembali melirik Luhan dan cowok itu masih saja menatapnya dengan tatapan yang membuat Sehun benar-benar tidak menyukainya.
"Kamu sangat cantik" Tangan Luhan menyikap rambut Sehun dan menyelipkannya di belakang telinga.
Merasa risih dengan prilaku Luhan, Sehun sedikit menjauhkan dan membuang wajahnya agar tidak terlihat oleh laki-laki itu.
"Aku... Makan lagi ya kuenya" Suara Luhan terdengar kaku.
Mata Luhan tak terlepas dari Sehun yang masih menunduk sambil memainkan kuku jarinya. Ia sedih karena Sehun lebih tertarik memandangi kukunya dari pada dirinya. Apa Sehun tidak menyukai kehadirannya, atau bagaiamana? Luhan tidak ingat jika ia pernah punya salah pada Sehun. Terakhir bertemu adalah ketika Sehun masih SMA dan mereka benar-benar terlihat akrab seperti biasa.
Tak terasa waktupun berlalu. Sejujurnya Luhan sedikit kecewa karena Sehun tidak benar-benar menghargai kedatangannya. Sehun terlihat cuek, masa bodo bahkan sepertinya tidak suka. Bahkan ketika Luhan berusaha mengajak berbicara dengan topik-topik yang berbeda, Sehun hanya menjawab seperlunya. Luhan tidak bisa diperlakukan seperti ini.
Hingga akhirnya Ibu Luhan datang dan memberitahu kalau sudah waktunya pulang, Luhan mengiyakan dan meminta waktu sedikit lagi untuk bicara dengan sehun.
"Sudah malam, aku harus pulang dan kamu juga harus istirahat" Luhan menghela nafas sambil merapikan jasnya "Terimakasih untuk kuenya" Luhan sengaja belum beranjak dari sana. Ia menunggu, menunggu Sehun untuk menoleh padanya. Masa iya sampai Luhan akan pulang sehun terus mengacuhkannya.
"Sehun" Luhan memanggil dan yang dipanggil hanya melirik. "Kapan-kapan aku akan datang lagi" Lanjutnya sambil tersenyum.
Sehun hanya menatapnya sebentar kemudian mengangguk samar. Bukan mnegiyakan, ia hanya menghargai nya. Padahal Sehun sangat berharap kalau Luhan tidak akan datang lagi. Tidak akan datang sebagai Luhan yang akan dijodohkan dengannya. Sejujurnya Sehun sedikit menyesal karena memperlakukan Luhan seperti ini. Bagaimanapun juga, laki-laki ini dulu sering membelanya ketika bertengkar dengan Yixing.
"Selamat malam" Luhan menciumnnya.
Kaget.
Sehun benar-benar mengangkat wajahnya ketika tiba-tiba Luhan mencium pipinya sebelum beranjak pergi. Ia hampir saja akan membanting piring atau bahkan melempar piring kosong di sebelahnya ke arah punggung Luhan yang berjalan pergi. Namun emosinya tiba-tiba ditahan ketika merasakan pergerakan lain dari dalam tubunya.
Sehun menghela nafas "Maaf sayang, maaf..." Lirihnya sambil mengelus perut.
Tobecontinue...
A/N : Terimakasih waktunya untuk membaca ff ini. Untuk cerita ini sebnarnya remake dari dengan judul yang sama tapi pairingnya beda. Yang KLS terus sering baca di blog Mama Sehun pasti mungkin sudah pernah baca jadi ceritanya basi hehehe. Ada beberapa yang diubah si selain pairing juga, mungkin alurnya juga agak beda. Semoga yang disini bisa selesai ya soalnya yng di blog ngadet gak berlanjut wkwkkwk. Tolong ya ibu-ibu yang syudah baca reviewnya, nanti kalo bnyak yang suka eike lanjot. trims...
