"— Ke egoisanku, juga kepatuhanku terhadap peraturan membuatku tak menyadari tentang rasa ini pada engkau. Namun disaat nasi telah berubah menjadi bubur, aku baru sadar akan perasaan khususku ini padamu. Apakah ada kesempatan bagiku untuk mengubah kembali bubur ke bentuknya semula?"
REALIZE
Written by Me
Hunter x Hunter is belongs to Yoshihiro Togashi
But the Original Character is belongs to author.
WARNING! : Tidak disarankan bagi haters pairing ini untuk membaca ff ini
Typo yang tersembunyi
NSFW content maybe.
Jika ada penggunaan bahasa yang kurang jelaskan silahkan hubungi author.
Jangan lupa untuk review. Review anda sangat berharga bagi kelangsungan ff ini.
Fix gue bingung mau nulis warning apa lagi.
Selamat membaca ^_^
—
CHAPTER I : Keluarga Baru.
Jari jemari porselen yang ditutupi rantai itu menyusuri setiap buku yang berada di rak, membuat seluruh ruangan perpustakaan dipenuhi oleh suara berisik rantai. Diikuti iris hitamnya yang meneliti setiap judul buku yang ia lihat. Sampai akhirnya ia menemukan buku yang ingin ia baca. Buku tebal dengan sampul berwarna biru donker menjadi pilihan lelaki itu hari ini.
"Kurapikaaaaa!" suara melengking nan cempreng itu bergema ke seluruh ruangan membuat seluruh penghuni rumah yang tengah melakukan aktivitasnya terkejut begitu juga dengan pria tersebut. Ketika ia sudah mendapatkan buku yang ia ingin baca hari ini, bos nya itu memanggil namanya. Sontak pria itu terkejut sehingga buku tebal yang ia pegang terlepas dari pegangannya dan jatuh menimpa kakinya membuatnya meringis kesakitan, namun ia segera melupakan rasa sakit pada kakinya itu dengan berlari menghampiri bos nya yang sudah memanggilnya berkali-kali itu dari dalam kamarnya. Ketika ia sampai di depan kamar bos nya, ia merapihkan dirinya sejenak setelah itu ia mengetuk pintu kamar bosnya.
" Bos ini saya Kurapika"
Setelah itu dibukkannya pintu besar kamar bos nya itu oleh dayang-dayangnya. Dilihatnya tangan mungil bos nya itu sudah memberi kode pada dirinya untuk datang padanya dari balik pintu lemari pakaian yang terbuka. Kurapika menurut dan berjalan menuju bosnya yang tengah sibuk memilih dress yang akan ia gunakan.
"Anda memanggil saya bos?"
"Ya aku memanggilmu, tunggu sebentar ya." Ujarnya sambil mengeluarkan semua baju dress miliknya dan meletakannya di atas tempat tidurnya. Kurapika melihat dress milik bos nya yang berserakan di atas tempat tidurnya dan kembali melihat bos nya yang masih sibuk , hari ini adalah hari yang special bagi semua anggota keluarga Nostrade. karena sang kepala Keluarga, Light Nostrade akan melangsungkan pernikahannya dengan wanita pilihannya hari ini. Semua orang sangat antusias menyambut datangnya hari ini, terlebih lagi Istri baru Light Nostrade mempunyai seorang putra yang akan menjadi kakak tiri sang putri Nostrade. Akhirnya ia tak akan sendirian lagi.
Setelah selesai mengeluarkan semua dressnya, gadis itu menutup pintu lemarinya. Terlihat gadis itu masih menggunakan baju tidur berbahan tipis sehingga bentuk tubuhnya yang seperti gitar spanyol itu terlihat jelas dari balik baju tidur miliknya. Namun sepertinya Kurapika sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu.
"Aku ingin minta pendapatmu, dress mana yang menurutmu cocok untuk ku pakai pada saat upacara pernikahan papa nanti siang?" tanyanya sambil mengambil dua buah dress berwarna pink dan biru muda miliknya. "yang ini? Atau yang ini? Terlalu banyak dress aku jadi bingung." Katanya sambil menunjukkan kedua dress yang ia pegang pada pemuda yang ada di hadapannya.
"Pernikahan adalah acara dimana dua insan di pertemukan dan mereka membuat janji suci di hadapan tuhan untuk selalu bersama sampai ajal memisahkan. Karena ini acara sacral juga suci, anda sepertinya harus menggunakan dress berwarna putih, karena putih melambangkan kesucian." Sarannya. Kemudian ia meneliti dress milik bos nya satu per satu sampai akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah dress putih selutut. Ia mengambilkan dress itu lalu menunjukkannya pada gadis tersebut.
"Ini saja, meskipun sederhana tapi kesederhanaan dress ini akan membuat anda tampil elegan." Ujarnya. Gadis itu terkagum-kagum pada bodyguardnya itu lalu bertepuk tangan dengan keras sebagai ungkapan rasa kagumnya.
"Wuah Kurapika tak kusangka kau pandai dalam hal Fashion, bahkan Eliza pun kalah darimu." Ungkapnya kagum lalu ia mengambil dress nya yang dipilih oleh bodyguardnya itu dan memisahkannya dari dress-dress yang lainnya. Pria itu membungkuk ketika bos nya itu memuji dirinya.
"Terima kasih atas pujian anda bos Neon, sudah seharusnya saya membantu anda dan melindungi anda karena ini adalah pekerjaan saya." Ujarnya sopan kemudian ia mengambil dress milik bosnya yang berserakan di tempat tidurnya dan kembali memasukkannya kedalam lemari. Sedangkan sang bos sedang bersenandung riang di depan cermin rias berukuran besar miliknya sambil mencari bedak yang akan ia gunakan.
Setelah Kurapika selesai memasukkan dress Neon ke dalam lemarinya ia membalikkan badannya kearah Neon. "Tugas saya sudah selesai, saya mohon permisi." Ujarnya. Setelah dipersilahkan ia membungkukkan badannya sedikit sebagai ungkapan rasa terima kasihnya dan berjalan menuju pintu keluar kamar Neon. Baru ia melangkahkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba ia berhenti dan baru ingat akan hal yang harus ia sampaikan pada Neon. Ia pun kembali dan menghampiri bosnya yang tengah berdandan. Menyadari bodyguardnya itu ada di belakangnya, ia mengangkat sebelah alisnya heran dan memutar badannya kearah sang bodyguard yang berdiri tegap di belakangnya itu.
"Ada apa?" tanyanya pada bodyguardnya.
"Ada hal yang ingin saya sampaikan pada anda. Namun sebelum itu saya mohon minta maaf karena hal yang ingin saya bicarakan dengan anda ini sedikit tidak sopan." Ujarnya pada bosnya yang dibalas anggukan kecil dari bos nya. Ia pun melanjutkan pembicaraan "sebelum itu saya ingin bertanya pada anda, apakah ada selalu..menggunakan baju tidur tembus pandang seperti itu setiap malam?"
Neon melihat baju tidurnya dan mengangguk mengiyakan. "Iya, aku lebih suka memakai baju tidur ini daripada piyama."
"Kenapa anda suka memakai baju tipis seperti itu?"
"Adem"
Satu kata namun pasti membuat pria berambut pirang itu membatin, ditambah dengan wajah bosnya yang menjawabnya dengan polos nan flat membuatnya sedikit gondok.
"Apakah itu tidak membuat anda malu mengenakan pakaian seperti itu di hadapan saya yang laki-laki ini?"
"Apakah itu mengganggumu?"
Strike! Pertanyaan balik dari bosnya itu membuatnya semakin gondok.
Masih mencoba sabar, ia menghela nafasnya dan kembali bertanya "Apa anda tidak takut kalau nanti saya melakukan hal yang macam-macam pada anda jika anda terus memakai baju tidur tipis seperti itu di hadapan saya? Saya laki-laki lho."
"Memangnya kamu berani?"
Kurapika memijit-mijiti keningnya yang tiba-tiba saja terasa sakit karena pertanyaan bosnya itu barusan. Ia kalah (lagi) dalam perdebatan ini. Namun pertanyaan Neon itu ada benarnya juga, jangankan berbuat macam-macam padanya, menyentuh rambutnya saja ia tak berani. Kecuali jika Neon menyuruhnya untuk menyisir rambutnya.
"Tapi kalo Kurapika mau gitu-gituan sama aku bilang aja—"
"Tidak, terima kasih. Saya menolaknya." Tolaknya dengan wajahnya yang ia tutupi dengan tangan sebelah kirinya untuk menutupi semburat merah di wajahnya yang sangat terlihat jelas.
"Jangan malu-malu seperti itu. Lagipula Kurapika kan calon suami aku jadi harus berani dari sekarang."
Kurapika terdiam sebentar dan menatap lurus kearag gadis yang ada di hadapannya. Suasana hening namun fikiran Kurapika sangat berisik dengan kata-kata Neon barusan. Calon suami katanya? Ah paling dia hanya bergurau, fikirnya ia memaksakan tertawa kecil untuk melupakan kata-kata Neon dan menganggapnya sebagai gurauan semata.
"Calon suami? Yang benar saja. Bos pasti tahu kalau majikan dengan bawahan itu tidak mungkin bersama? Karena mereka berbeda level, juga mereka sudah ditakdirkan untuk tak bersama. Meskipun mereka saling mencintai satu sama lain, meskipun mereka sudah melakukan hubungan terlarang, namun yang namanya takdir tetap takdir. Mereka tetap tak akan bisa bersama" katanya. Neon terdiam sejenak sambil menatapnya lalu memberikan senyuman pada Kurapika.
DEG!
Tiba-tiba perasaan bersalah menggerogotinya. Mengapa? Dia, bos nya memang tersenyum namun senyuman pahit yang ia perlihatkan. Ia seperti menyembunyikan perasaan kekecewaan yang mendalam dibalik senyumannya itu.
"A–anu.. saya.." Kurapika menelan ludahnya sendiri, ia membungkuk dengan cepat "saya permisi dulu" kemudian berlari meninggalkan kamar Neon beserta sang pemilik kamar yang masih berdiri di tempat.
—
Lonceng bel berdenting dan semua orang pun melemparkan kelopak bunga dari dalam keranjang ketika sepasang pengantin keluar dari dalam tempat suci dimana mereka telah membuat janji suci di hadapan sang pencipta. Light Nostrade beserta istri barunya itu berjalan melewati para tamu undangannya yang tengah bersuka cita atas pernikahan dirinya menuju mobil limosin mewah miliknya yang sudah disiapkan. Sang penjaga mobil yang tak lain adalah Kurapika itu membukakan pintu mobil penumpang untuk mereka berdua. Namun sebelum memasuki Mobil, istri baru Light Nostrade itu berhenti sejenak dan melemparkan Buket bunga kearah orang-orang. Semua orang yang menunggu buket bunga dari istri baru Light itu pun berebutan untuk saling mendapatkan buket bunga yang dilemparnya. Namun setelah pertarungan perebutan buket bunga itu akhirnya bunga itu jatuh di tangan Neon.
"Aku Mendapatkannya!" serunya gembira penuh kemenangan yang kemudian ia kembali di serang oleh perempuan yang bersikeras untuk mendapatkan buket bunga itu. Yang lainnya hanya ber sweatdrop dengan tingkah para wanita ngebet nikah yang sedang bertarung dengan Neon itu.
Kurapika menyalakan mesin mobilnya dan mulai membawa mobilnya ke mansion dimana ia bekerja. Selama perjalanan ia masih memikirkan tentang senyuman pahit yang diberikan Neon padanya. Namun ia segera membuang jauh-jauh tentang hal itu karena memikirkan hal semacam itu membuatnya tak fokus menyetir mobilnya.
'Apa yang kau fikirkan kurapika? Fokus! Kau sedang menjalani tugas!'.
—
"Adududuh sakiiitt" ringis Neon ketika bagian wajahnya yang luka itu di olesi obat antiseptik oleh Melody. Melody hanya membalas ringisan kesakitan dari bosnya ketika ia mengobati lukanya itu dengan tersenyum. Semua orang yang berada di mansion Nostrade mengelilingi sang putri yang sedang diobati itu termasuk ibu tiri Neon. Raut wajah ibu baru nya itu menunjukkan kekhawatiran akan putri tirinya yang babak belur karena insiden buket bunga tadi siang.
"Ya ampun sayang, harusnya kau tadi lepaskan saja buket bunga yang ku lempar tadi dan berikan bunga itu pada mereka" keluh ibunya khawatir yang dibalas dengan ketusan dari putri tiri nya itu.
"Huh ibu. Aku kan sudah berumur 21 tahun. Aku ingin cepat-cepat menikah dan mempunyai anak." Ketusnya yang di sambut oleh gelak tawa dari ayahnya, juga Melody yang tertawa kecil ketika mendengar omongan bos nya barusan. Namun suasana yang tadi penuh gelak tawa kini tiba-tiba hening ketika mereka mendengar suara bel dari pintu depan rumah mereka berbunyi.
"Biar saya buka kan pintu nya" Ucap Eliza yang kemudian ia berjalan menuju pintu depan. Sesampainya ia di pintu depan, ia langsung membukakan pintu untuk tamu Nostrade itu. Dayang itu terdiam ketika melihat tamu nya itu. Wajah tampan dengan surai hitam, juga bola mata nya yang berwarna biru laut ditambah pakaian tamunya yang non casual itu yang membuat kesan tampan namun tenang pada dirinya berhasil membuat Eliza mengagumi pria itu sejenak.
"Aku Navarro, apakah ayah Light Nostrade ada?"
—
Sudah dua jam lebih Kurapika berdiam diri di dalam perpustakaan. Beberapa buku tebal sudah selesai ia baca sampai akhirnya ia merasa jenuh atas keheningan perpustakaan bawah tanah Nostrade itu. Perpustakaan yang cukup luas dengan banyak buku bagus di dalamnya, namun sayang jarang ada anggota keluarga Nostrade yang masuk ke dalam perpustakaan ini terkecuali dirinya. Seakan perpustakaan mewah nan luas ini hanya sebagai aksesoris rumah semata. Ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena duduk berjam-jam lebih dan tanpa melakukan aktivitas apapun selain membaca. Kemudian ia menatap lampu gantung mewah yang ada di langit-langit perpustakaan, ,merenung. Jujur saja sebenarnya senyuman pahit Neon yang diberikan untuknya itu masih menghantui fikirannya. Ia sudah berusaha untuk melupakannya namun hasilnya nihil. Ia menghela nafasnya berat.
"Neon, sebenarnya kau ingin menyampaikan apa padaku?"
—
"Kyaaa tampaaannn!" Neon berdecak kagum pada pria yang duduk di sampingnya itu. Pria tampan dengan surai hitam nya itu rupanya adalah anak dari ibu tirinya. Tak Neon sangka kalau ia akan mempunyai kakak tiri setampan Navarro. Ia benar-benar bersyukur ayahnya memilih istri baru dengan tepat. Bahkan karena ketampanan Navarro, bisa mereka dengar kegaduhan dari dapur para maid yang tengah berebut ingin menyuguhkan teh pada sang pangeran baru keluarga Nostrade tersebut.
"Navarro sayang, kukira kau tersesat. Tapi syukurlah akhirnya kau sampai ke sini dengan selamat." Ujar ibunya lega ketika melihat anak semata wayangnya itu sudah sampai ke rumah baru mereka dengan selamat.
"Hn." Hanya itu respon Navarro karena ia masih sibuk melihat ke sekeliling rumah barunya yang besar itu. Melihat tingkah Navarro yang seperti itu saja sudah membuat Neon salah tingkah.
Namun rupanya, ada seseorang yang nampaknya tak rela melihat bos nya itu yang memberikan tatapan khusus yang sepertinya hanya ditujukan pada Navarro. Namun sayangnya ia tak menyadari akan perasaannya itu. Jadi ia hanya merasakan ada sesuatu yang mengganjal pada hatinya atas tatapan khusus bos nya itu.
Iya, sesuatu yang mengganjal, juga mengganggu perasaannya.
"Baiklah Navarro, kau pasti lelah karena perjalanan jauhmu. Kurapika akan mengantarmu sampai kamarmu. Barang-barang bawaanmu biar dayang-dayang kami yang membereskannya." Ujar Light, lalu ia memberikan perintah pada Kurapika yang sudah berdiri tegap di sampingnya untuk mengantar Navarro sampai kamarnya. Kurapika pun mematuhi perintah atasan nya itu, ia membungkuk pada atasannya lalu berjalan menuju Navarro dan membawakan Koper milik tuan barunya itu.
"Izinkan saya untuk mengantar anda sampai kamar anda Tuan Navarro." Ucap Kurapika sopan lalu ia berjalan menuju kamar Navarro yang terletak di lantai dua diikuti Navarro yang berjalan di belakangnya.
"Hati-hati kakaak~ jangan sampai terjatuh di tangga. Aku tak ingin kakak terlukaa." Neon memperingatkan Navarro dengan nada manja nya membuat Navarro mengeluarkan wajah pokerface nya juga Kurapika yang sedikit gondok perasaannya.
—
"…wow" hanya itu yang keluar dari mulut Navarro ketika ia melihat kamar barunya yang ukurannya super duper 10x lebih luas daripada kamar lamanya yang hanya sebesar kamar apartemen. Karpet merah terbentang sampai ke tempat tidurnya yang berukuran king size. Temboknya yang di cat oleh cat yang mahal, juga kelambu yang terpasang di sekitar kasurnya membuatnya semakin bingung untuk mendeskripsikan kamar barunya tersebut.
"Maha besar tuhan dengan segala ciptaanya…" Ujar Navarro kagum. Sebenarnya Kurapika ingin tertawa atas kenorakan tuan barunya itu ketika ia melihat kamar barunya itu. Andai Neon tahu ini ia pasti tak menyangka kalau kakaknya hanya keren di luar saja.
"Dengan kamar seluas ini mungkin saja kau bisa memarkirkan pesawat pribadi disini."
"PFFTT—"
Kurapika menutup mulutnya dengan cepat, ia sudah tak kuasa untuk menahan tawa karena kalimat yang terlontar dari tuannya itu. Yang benar saja, seluas apapun kamar yang ditempati, tidak sampai seluas landasan penerbangan bukan.
"Oh iya ada hal yang ingin ku tanyakan padamu." Kata Navarro, membuat Kurapika kembali berdiri tegap dan memasang kembali wajah wibawanya sebelum tuannya itu memutarkan badan kearahnya.
"Apapun pertanyaan anda tuan. Saya akan menjawabnya" ucap Kurapika.
Lelaki surai hitam itu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dan mulai membuka pembicaraan. "Rumah ini terlalu luas bagaimana jika aku tersesat saat hendak ke toilet?". Sungguh pertanyaan yang retoris namun ia harus mengetahui jawabannya agar tak tersesat ke toilet di rumah sebesar ini.
"sebelum ke toilet panggil saya, saya akan mengantar anda agar tak tersesat."
"Benarkah?" tanya Navarro tak percaya kemudian ia menghela nafasnya lega.
Ia pun kembali berbicara, dan kali ini terdengar sangat serius "Ada satu pertanyaan lagi." Kurapika menunggu untuk pertanyaan yang kedua dari tuan nya itu.
"Apa kau menyukai Neon?"
-EPILOG-
Setelah melalui pertempuran berdarah antar sesama maid. Akhirnya pertempuran pun dimenangi oleh Ibuki, Maid baru Neon yang sering membuat keributan di mansion Nostrade. Namun karena sikap Ibuki yang seperti itu lah yang membuat suasana Keluarga Nostrade menjadi semakin hangat, tak seperti keadaannya yang kemarin yang kacau balau sebelum ayahnya bertobat dan masih berpendapat bahwa uang adalah segalanya. Itulah pendapat Neon atas Ibuki.
"Maaf menunggu lama! Saya sudah membuatkan teh untuk tuan Navar..ro.." Ibuki diam di tempat ketika ia menyadari tuan baru nya yang tampan itu sudah menghilang dari ruang tamu dan di ruang tamu kini hanya ada Tuan dan Nyonya Nostrade, juga putri Nostrade. "Di—dimana tuan Navarro? Padahal saya sudah membuatkan teh dengan segenap perasaan saya untuknya!"
Neon yang tegah berbicara dengan ayah dan ibunya itu speechless pada maid nya yang satu itu. Sedangkan ayah dan ibunya menatap Ibuki dalam keheningan.
"Kakak sudah tidur." Kata Neon lalu mengambil teh dari tangan Ibuki "lebih baik teh ini untukku saja ya. Kebetulan aku haus"
Hati Ibuki pun hancur berkeping-keping. Perjuangan berdarahnya melawan para maid demi segelas teh penuh cinta untuk Navarro nya itu sia-sia.
"Cintaku pergi lagiiii"
-To Be Continued-
