Disclaimer : Bleach punya Tite Kubo
Rating : T
Pairings : IchiRuki (ow yeah), and other pairings.
Warnings : AU, OOCness, garink abis, dll. Don't like don't read. Nggak usah repot ngeflame kalau nggak suka, dunia ini udah panas. Kecuali kalau pengin benerin kesalahan-kesalahan (yang pasti ada).
Scandalous Proposal
Chapter 1 : Scandal
"Ugyaaaaaaaaaaaa!!!" belasan orang preman bertampang sangar bertebangan. Tubuh mereka terlempar jauh dan jatuh menimpa beberapa barang dan juga ditimpa beberapa barang. Ada juga yang jatuh ke bak sampah, gerobak, bahkan sumur. Sungguh malang nasib mereka.
Sementara itu, seorang pria cebol berjas bermangap ria. Meskipun paling cupu, tapi dia adalah bos geng preman tadi. Melihat konco-konconya berjatuhan, seluruh tubuhnya langsung gemetar. Bisa dimengerti, sebentar lagi mungkin ajalnya akan tiba.
"Heh, sudah mengerti sekarang?" ujar seorang pemuda berambut oranye, Kurosaki Ichigo yang masih memasang pose bertarung dengan penuh percaya diri. Di belakangnya, tampak dua temannya yang setia. Satu, orang bertampang super sangar dan berbadan super besar, Yasutora Sado. Yang kedua, pemuda berambut merah mirip nanas, Abarai Renji. Ketiganyalah yang telah menghabisi satu kompi preman tadi.
Si bos geng belum bisa berkata-kata. Speechless. Tubuhnya semakin gemetar hebat bak diguncang gempa sembilan skala richter begitu Ichigo berjalan mendekatinya dengan tampang angker. Aura membunuh yang hebat langsung terasa sehingga preman-preman yang masih punya tenaga langsung mengambil langkah seribu. Maklum, wajah mereka sudah abstrak dan mereka yakin mereka tidak mau mencicipi bogem mentah Ichigo dan kawan-kawan lagi.
"Heh, jawab!" ulang Ichigo dengan nada meneror. Sontak, si bos preman terperanjat dan nyaris pingsan.
"A...ampun! ampun!" si bos preman termehek-mehek. Dia melepas kalung, gelang, jam tangan, bahkan gigi emasnya dan menyodorkannya ke Ichigo. "I..ini, cuma ini yang aku punya."
"Nggak perlu!" Ichigo jijik. "Pergi aja dan jangan dekati kompleks ini lagi, hush!"
Tanpa pikir dua kali si bos preman itu lari terbirit-birit seperti dikejar anjing. Malang, di ujung gang dia benar-benar dikejar anjing besar hitam seram. Karena kakinya pendek, otomatis larinya pelan. Hanya butuh beberapa detik bagi si bos untuk dihabisi oleh si anjing. Renji dan Sado miris melihat adegan yang disensor karena terlalu sadis tersebut.
"Aduh, itu pasti sakit," komentar Renji sembari membetulkan bandananya yang miring. Ichigo cuma mengangguk acuh.
"Biarin, toh dia sendiri yang lari seperti orang gila," ucap Ichigo sadis. Dia melirik arlojinya. "Sudah jam segini, bentar lagi kita telat."
"Masih niat untuk masuk? Tumben," Renji nyengir, sekali lagi Ichigo mengabaikannya.
"Habis ini pertama kalinya aku masuk minggu ini," jawab Ichigo cuek seraya menyelempangkan tas bututnya. Sado dan Renji Cuma bisa sweatdrop mendengar temannya yang kelewat malas itu.
-xXx-
SMA Karakura, pukul 07.46...
Sebuah limousine hitam merapat ke lobby sekolah. Beberapa saat kemudian, seorang gadis turun dari mobil tersebut sembari membopong tas Chappy kebanggaannya. Anak-anak lain menyambutnya ramah, terbukti dengan senyuman yang langsung dilayangkan ke arahnya. Dia adalah Kuchiki Rukia, puteri SMA Karakura. Kakaknya, Byakuya Kuchiki adalah salah satu orang paling kaya dan paling terkenal se-Jepang.
"Kuchiki-san!" seru seorang gadis. Rukia menoleh ke arah sumber suara. Didapatinya, Inoue Orihime, sahabatnya berlari ke arahnya. Terus terang Rukia masih belum bisa berpikir bagaimana bisa dia berlari -atau bergerak- dengan 'ehem' sebesar itu.
"Inoue," sapa Rukia, tersenyum. Inoue terengah-engah, dia langsung menyodorkan sebuah kotak makanan ke Rukia. Rukia hanya mengangkat sebelah alisnya dan menerima kotak tersebut, sedikit curiga. Dia membukanya dan menatapnya penuh horor.
"Itu burger isi ramen dengan saus kacang dan sedikit butiran semangka," ungkap Inoue ceria.
"Er... terima kasih, Inoue," Rukia cepat-cepat menutup kotak itu, nyaris muntah. Pikirannya sekarang dipenuhi tentang 'bagaimana menghindari masakan Inoue' karena sudah menjadi rahasia umum bahwa masakan Inoue=kematian.
"Inoue, gimana dengan artikel barunya?" Rukia mengajukan topik, khawatir kalau Inoue akan membicarakan tentang makanan buatannya.
Inoue merogoh tasnya yang lebih mirip karung. Katanya hasil buatannya sendiri. Dia kembali menyodorkan sesuatu ke Rukia. Kali ini map tebal warna kuning bukan kotak makanan. Jadi Rukia menerimanya tanpa rasa curiga.
"Itu artikel yang aku kumpulkan seminggu ini," ujar Inoue. "Mungkin bisa masuk ke berita utama."
"Er...," Rukia sweatdrop setelah membaca 'Bersin bisa menambah ukuran payudara' di salah satu artikelnya. Dia membalik-balik map Inoue, mencari artikel lain. Tapi semuanya sama anehnya.
"Coba lihat yang ini," Inoue membalik-balik halamannya sampai di artikel 'Ramen bisa menambah tinggi badan'. "Itu sebabnya aku buat burger ramen untuk Kuchiki-san," tambah Inoue dengan innocentnya. Rukia terus terang agak tersinggung. Tidak ada yang boleh menyinggung tentang tinggi badannya. Yah, untuk sahabatnya mungkin ada pengecualian.
"Yah, coba dibahas di rapat nanti siang," tukas Rukia, menutup map Inoue dan menjejalkannya ke tas.
Tiba-tiba entah kenapa Rukia dan Inoue merasakan keadaan berubah drastis. Keadaan mendadak sunyi senyap. Burung-burung berhenti berkicau. Orang-orang juga berhenti bernapas (?). Mereka menengok ke sekeliling. Anak-anak perempuan mundur sepuluh langkah, gemetar. Anak laki-laki lari sembunyi ke tempat terdekat. Para banci menjerit. Aura mengerikan mendadak menyebar.
Kurosaki Ichigo dan kedua sahabatnya yang setia berjalan memasuki sekolah. Orang-orang menjaga jarak paling tidak 20 meter dari mereka. Ini efek yang biasa, karena selama ini Ichigo paling ditakuti se-sekolah. Waktu kelas satu dia sudah berhasi menundukkan anak-anak berandal siswa tiga. Guru-guru pun tak berani mengusiknya. Orang yang berani mendekatinya di sekolah ini bisa dihitung dengan jari. Yasutora Sado, Abarai Renji...
Dan Kuchiki Rukia.
Rukia dan Inoue tak bergeming dari tempat mereka berdiri sebelumnya, tepat di depan pintu masuk. Ichigo semakin dekat... dekat... dan dekat... Dan dia berhenti satu meter di depan mereka berdua.
Sunyi sesaat.
"Apa?" tanya Rukia sinis, membalas tampang angker Ichigo. Orang-orang langsung mangap berjamaah, tidak percaya dengan hal yang dilakukan Rukia barusan. Mereka berlindung lebih dalam, takut akan terjadi sesuatu yang dahsyat antara dua orang paling populer se-sekolah itu.
"Minggir, kita mau lewat," jawab Ichigo seram.
"Masih ada ruang untuk lewat kan?" balas Rukia dengan cueknya.
"Nggak cukup untuk kita bertiga."
Rukia melongo. Itu alasan paling bodoh yang pernah dia dengar. "Ya nggak usah bareng lah, gantian kek, apa kek, bisa kan?"
Ichigo mendekatkan wajahnya ke Rukia. Intimidasi dengan tampang angker trademarknya. "Kamu tahu siapa kita?"
Rukia balas melotot, harus mendongak karena selisih tingginya dan Ichigo terpaut 30 cm. "Kamu Kurosaki Ichigo, kelas 3B, tinggi 174 cm, berat aku nggak mau tahu, tampang angker permanen, rambut oranye aneh, yah kira-kira itu," jawab Rukia mantap. Posisinya sebagai reporter rangkap editor dan terkadang fotografer majalah sekolah ada gunanya juga.
Ichigo semakin memperdalam tampang angkernya. "Kalau kamu udah tau sekarang minggir!"
"Kamu bisa lewat sekarang karena sekarang aku lihat cuma 'kamu' bukan 'kalian'," jawab Rukia. "Jadi sekarang jalannya sudah cukup kan?" senyum kepuasan mulai mengembang di wajahnya perlahan.
Ichigo melihat ke belakangnya, dan melongo. Sado dan Renji sudah meninggalkannya duluan.
"Sudah kan? Straw..ber...ry," Rukia menggamit tangan Inoue dan menggeretnya masuk. Ichigo semakin memperdalam tampang angkernya karena merasa dipermalukan. Anak-anak bersorak kecil di balik tempat persembunyian mereka tapi kembali bersembunyi setelah menerima deathglare Ichigo.
Rukia senyum-senyum sendiri sembari melangkahkan kaki ke ruang kelas. Berhasil mengerjai orang yang dibencinya memang menyenangkan.
"Ada apa Kuchiki-san?" Inoue tampak penasaran melihat tingkah sahabatnya.
"Senang aja, Kurosaki itu sekarang jadi malu, bohahahahahahaha," Rukia mengeluarkan tawa setan khasnya. "Aku nggak suka sama anak berandal macam dia."
"Kenapa?"
"Aku nggak suka sama orang yang bikin ribut," jawabnya singkat. "Lagian teman-teman kita banyak yang jadi korban. Ingat Hanatarou yang dijebloskan ke tong sampah? Butuh dua jam untuk melepas tong sampah itu dari kepalanya."
Inoue hanya mengangguk, tapi sedetik kemudian dia mendadak berhenti. "Eh, Kuchiki-san," dia kembali memanggil Rukia."
"Hn?"
"Apa yang terjadi kalau ada anak berandal bertemu dengan anak berandal," Inoue tiba-tiba terpaku.
"Ha? Itu seperti kutub magnet, kalau sejenis bakal tolak-menolak," jawab Rukia berbau-bau fisika agar terdengar pintar. "Emang ada apa?"
Inoue hanya menunjuk ke arah depan agak serong kanan dan terus bergerak ke kanan Rukia. Rukia mengikuti telunjuk Inoue.
Seorang pemuda berambut biru dengan baju acak-acakan berjalan ke pintu keluar. DI belakangnya ada seorang pemuda bertampang emo. Mereka ada Grimmjow dan Ulquiorra, anak-anak yang ditakuti di sekolah ini selain Ichigo. Grimmjow anak mafia, rival Ichigo dalam membuat onar, bisa dibilang mereka musuh bebuyutan. Ulquiorra? Dia terlalu misterius. Yang diketahui Rukia hanyalah dia sangat kaya dan jenius. Tapi dia tak bisa memecahkan misteris bagaimana bisa dia berteman dengan Grimmjow. Mungkin karena sama-sama kaya? Atau teman masa kecil?
Grimmjow dan Ulquiorra menyetop langkahnya. Di depannya sosok pemuda berambut oranye juga melakukan hal yang sama.
"Oh... ti...dak," Rukia langsung pucat.
"Ada apa Kuchiki-san?"
"Mereka mungkin akan berkelahi," jawab Rukia. "Grimmjow dan Ichigo sudah absen di sekolah dalam waktu lama. Mereka berdua musuh bebuyutan, kalau mereka bertemu sekarang kemungkinan besar..."
Pandangan Rukia masih terpaku ke dua pemuda berambut aneh yang sekarang sedang beradu tampang angker. Mereka diam, tak bicara apa-apa. Bergerak pun tidak. Keduanya saling melotot dengan tatapan membunuh.
"Aku pergi ke sana," Ulquiorra beranjak dari tempat itu dengan coolnya. Seperti biasa, dia tidak tertarik dengan permasalahan seperti itu.
Koridor sekolah langsung sunyi senyap dan dipenuhi aura mengerikan. Yang tersisa hanya Grimmjow dan Ichigo serta Rukia dan Inoue yang masih mengawasi mereka dari jauh dengan berdebar-debar. Anak-anak lain bisa diprediksi bersembunyi di suatu tempat. Cukup dengan Ichigo mereka sudah begitu apalagi di tambah dengan Grimmjow. Bisa dipastikan, mereka menjaga jarak paling tidak 30 meter dari lokasi dua raja berandal tersebut.
"Heh, lama tak jumpa Kurosaki," Grimmjow memecah keheningan. Wajahnya dihiasi senyum setan lebar.
"Lama tak jumpa juga Grimmjow," Ichigo membalasnya, menyengir. "Berapa lama bolos? Satu bulan?"
"Satu minggu," jawab Grimmjow enteng. "Kamu dua minggu kan, kenapa? Nggak punya nyali sekolah?"
Rukia bisa merasakan situasi di antara mereka memanas. Dia menggeret Inoue untuk bersembunyi di balik dinding sembari mengintip kegiatan mereka. Kepalan tangan Ichigo sudah mengeras, pertanda tidak baik. Meskipun begitu, Rukia masih mengharap bahwa yang akan terjadi hanyalah cipika cipiki biasa bukan hal buruk, meskipun itu mustahil.
"Buktikan saja siapa yang tidak punya nyali," ujar Ichigo. "Ayo," Ichigo beranjak dari tempat itu. Baik Grimmjow dan Rukia mengerti sinyal yang diberikan Ichigo. Grimmjow dan Ichigo akan berkelahi untuk membuktikan siapa yang terkuat di suatu tempat. Grimmjow hanya menyengir lebar dan mengikuti Ichigo.
"Mereka mau ke mana Kuchiki-san?" bisik Inoue, tampak khawatir.
"Entah, mungkin ke halaman belakang atau tempat lain yang sepi," jawab Rukia. "Ayo ikuti mereka!" Rukia menggeret Inoue untuk ke sekian kalinya hari itu.
Grimmjow dan Ichigo berhenti di halaman gudang olahraga sekolah. Gudang tersebut sudah jarang digunakan sehingga kemungkinan orang menginterupsi mereka sangat kecil. Rukia dan Inoue mengendap-endap dari belakang dan bersembunyi di balik dinding gudang.
"Kita tinggal berdua," Ichigo mulai memasang pose bertarungnya. "Ayo mulai."
"Heh," Grimmjow mengeluarkan senyum licik. Sedetik kemudian bogem mentah Ichigo sudah melayang ke Grimmjow. Grimmjow dapat menghindarinya dan gantian melayangkan serangan ke Ichigo. Ichigo menghindar ke samping, melancarkan tendangan maut kaki kanannya. Grimmjow sedikit tergeser ke kanan meskipun dia berhasil memblok tendangan itu dengan lengan kirinya.
Rukia dan Inoue berdebar-debar melihat perkelahian dua anak berandal tersebut. Inoue mencengkeram lengan Rukia dengan kuat. Campuran ekspresi takut dan khawatir terlihat di wajahnya. Sementara itu, Rukia mengeluarkan kamera mungil dari sakunya.
"Inoue kamu tetap di sini," Rukia menepuk bahu Inoue. "Aku ke sana, ambil gambar."
"Ku... Kuchiki-san, jangan!" Inoue tampak semakin khawatir mendengar sahabat super nekatnya itu.
Rukia tersenyum penuh percaya diri. "Ini berita besar untuk majalah sekolah, aku sebagai editor sekaligus reporter sekaligus fotografer harus meliputnya!" dan Rukia melesat ke TKP tanpa suara. Inoue bisa melihatnya menerobos masuk ke gudang olahraga lewat jendela reot tak berkaca dengan lincah. Bertubuh pendek ternyata menjadi keuntungan juga bagi Rukia.
Rukia memanjat sebuah lemari di pojok ruangan. Di sebelah lemari tersebut ada jendela kecil yang tak bisa diraihnya. Dari jendela itu Rukia bisa mengambil gambar secara jelas kejadian tersebut.
"Ugh!" pukulan Ichigo berhasil mengenai pipi Grimmjow. Grimmjow mundur beberapa langkah dan membalas serangan Ichigo dengan tendangan kaki kirinya. Tendangan itu berhasil mengenai perut Ichigo sehingga dia roboh untuk beberapa saat. Grimmjow melayangkan tendangannya lagi, tapi Ichigo berhasil mencengkeram kakinya dan balik membantingnya.
"Heh, cuma segitu?" Ichigo bangkit dengan soknya meskipun wajahnya sudah agak babak belur. Grimmjow berguling-guling sejenak, entah apa tujuannya. Tiba-tiba kakinya menjegal Ichigo. Ichigo pun roboh kembali. Kepalanya terbentur keras.
Sementara itu Rukia asyik berjeprat jepret ria di dalam gudang. Dia sudah sangat yakin bahwa ini akan menjadi berita besar di sekolahnya. Dengan berita ini, akan ada beberapa keuntungan. Pertama, majalah sekolah akan kembali laris. Ini pertama kalinya ada yang berhasil mengambil gambar tentang perkelahian anak-anak berandal tersebut. Dari dulu tak ada yang punya cukup nyali untuk melakukannya. Kedua, Rukia mungkin akan jadi kandidat ketua OSIS. Dengan begitu dia bisa membasmi geng berandal macam Ichigo dan menciptakan keadaan sekolah yang aman, tentram, dan damai. Ketiga, dia akan membuat kedua anak berandal tersebut mendapat hukuman berat. Dia sudah lama muak dengan perlakuan Ichigo, Grimmjow, dan kawan-kawan. Kali ini mereka akan benar-benar mendapat balasannya.
"Kuchiki-san?"
"Hah!?" Rukia kaget setengah mati sehingga tidak sengaja tangan kirinya menyenggol keras kotak makanan pemberian Inoue yang dia letakkan di atas lemari. Kotak itu terlempar keluar jendela kecil dan jatuh di tanah, sangat dekat dengan TKP perkelahian Ichigo dan Grimmjow. Meskipun begitu, tampaknya Ichigo dan Grimmjow sama-sama tak menyadarinya.
"I...Inoue," Rukia menengok ke belakang, lega karena yang mengagetkannya tadi adalah Inoue bukan hantu atau semacamnya. "Kenapa ikut masuk? Darimana kamu masuk?" Rukia tak yakin bahwa Inoue bisa masuk lewat jendela tadi mengingat ukuran 'ehem'nya yang diatas rata-rata.
"Lewat pintu masuk," jawab Inoue sembari menunjuk pintu yang terbuka sedikit. Rukia jadi merasa bodoh kenapa tadi dia masuk lewat jendela.
"Oh," respon Rukia singkat. "Ngomong-ngomong, maaf kotak makananya jatuh ke sana, aku nggak sengaja tadi," ujar Rukia sedikit menyesal. Sepertinya palsu, karena dalam hati dia sangat bersyukur akan hal itu. Tapi dia tidak mau melukai perasaan sahabatnya.
"Tidak apa-apa," jawab Inoue singkat. "Besok aku buatkan lagi."
"Er... oke," Rukia langsung sweatdrop. "Kamu tunggu di bawah, sebentar lagi aku selesai," Rukia kembali mengambil gambar perkelahian Grimmjow dan Ichigo.
Ichigo masih roboh. Grimmjow yang sudah berdiri mendekatinya tapi Ichigo berhasil menjejak dadanya dengan keras. Grimmjow terlempar ke belakang cukup jauh karena tendangan dahsyat Ichigo. Dia pun jatuh telentang.
Ichigo gantian bangkit. Tinggal satu kali lagi maka dia akan berhasil mengalahkan Grimmjow. Ichigo mendekati Grimmjow. Perlahan saat pertama lalu cepat, cepat, dan semakin cepat. Nafsu membunuh. Satu pijakan di dada atau di perut pasti mengakhiri semuanya. Tapi tiba-tiba Ichigo kehilangan keseimbangan, terpeleset sesuatu. Ternyata burger isi ramen Inoue penyebabnya. Tubuh Ichigo pun jatuh ke depan dengan gerakan slow motion.
Dan jatuh tepat di atas tubuh Grimmjow.
"Yak, sudah cukup!" seru Rukia girang. Tapi sedetik kemudian ekspresinya berubah begitu lemari yang dinaikinya oleng.
"Ku... Kuchiki-san!" Inoue tampak panik. Percuma, lemari itu dan Rukia jatuh dengan dramatis. Menimbulkan bunyi bedebam keras di gudang olahraga.
"Ku... Kuchiki-san!" Inoue segera menghampiri sahabatnya yang sedikit lecet di berbagai tempat. Meskipun begitu Rukia tersenyum penuh kemenangan. Foto yang akan menghantarkannya ke beberapa keinginannya sekaligus sudah ada di tangannya.
"Aku tidak apa-apa," Rukia bangkit, sok kuat dan baik-baik saja padahal lututnya terasa sakit sekali. "Mereka nggak tau kan kita di sini?"
Inoue mengintip dari jendela dan terbelalak. Pemandangan yang dia lihat sekarang agak aneh. Baik Grimmjow dan Ichigo muntah-muntah tak karuan. Wajah mereka abstrak, selain babak belur tapi juga hijau ungu dan... merah? Inoue bisa mengerti warna hijau ungu, itu mungkin karena mual. Tapi dia tidak tahu kenapa wajah mereka merona merah begitu.
"Kuchiki-san, mereka muntah-muntah," Inoue beralih ke Rukia.
"Ha? Kenapa?" Rukia juga ikut-ikut mengintip dari jendela, dengan susah payah berjinjit karena dia pendek. Inoue benar, mereka muntah-muntah dan ekspresi mereka tidak normal. Apa mereka saling mengenai perut satu sama lain dengan telak?
Grimmjow yang sudah sedikit pulih dari acara muntah berjamaah dengan Ichigo tiba-tiba melihat ke arah jendela. Rukia dan Inoue langsung menunduk, sembunyi. Rukia mengintip lagi perlahan, yang dilihatnya Ichigo dan Grimmjow sama-sama berlari tapi ke arah yang berlawanan. Sungguh, tingkah mereka benar-benar membuat Rukia bingung.
"Mereka kenapa sih?" tanya Rukia penasaran. Inoue hanya mengangguk setuju. Dia juga kelihatan heran.
"Mungkin kesakitan semua?"
"Mestinya nggak begitu, setahuku mereka sama-sama nggak berhasil menghajar satu sama lain," Rukia mengambil kameranya dan melihat-lihat gambarnya. Inoue mendekat ke Rukia, ikut melihat hasil jepretan Rukia.
Mereka berdua sampai di gambar terakhir. Dan terbelalak.
"Ow... em... ji," baik Rukia dan Inoue mangap saking kaget dan tak percayanya.
Foto terakhir itu. Foto itu jauh lebih baik daripada perkelahian Grimmjow dan Ichigo. Foto itu yang akan mengantarkan Rukia ke semua keinginannya. Itu akan mengangkat pamor majalah sekolah, membuatnya menjadi kandidat kuat calon ketua OSIS. Dan foto itu akan menghabisi anak-anak berandal macam Ichigo dan Grimmjow yang selalu menyiksa anak-anak lain.
Inilah skandal.
-to be continued-
Authors note : besok Senin UN. Readers, doain yah! Maaf lama nggak update... malah publish fic baru –digeplak-. Please review! Saran dan kritikan yang membangun diterima!
Tekan ijo-ijo di bawah ini dengan semangat!
Dengan penuh cinta, (huek)
The Great Kon-sama
