"Blood Never Lies"

HaeHyuk as Official Pairing

YAOI .:. Rate T

Hurt and Romance

By Misshae D'cessevil

.


.:. Blood Never Lies .:.


.

Suatu sekolah kebanggaan memang identik dengan hal-hal unik di dalamnya. Tuntunan biaya yang tak murah, tawaran fasilitas paling mengagumkan, begitu pula dengan dominasi kalangan atas yang memerankannya. Tidak ada siswa dengan kemampuan menggelikan, tuntunan akademik yang bagus, atau bisa dengan non-akademik yang tidak main-main. Atau kalau sama sekali tidak ada dua kemampuan tersebut selalu ada materi menarik berupa dollar untuk membutakan dan melupakan fakta pentingnya skill. Malas, sangat tidak diperuntukkan bagi mereka siswa yang sudah diatur takdirnya sebagai penerus pimpinan selanjutnya. Popularitas juga menuntut untuk dinomor satukan, katakanlah orangtua mereka kejam dengan settingan ini, akan tetapi timbal balik yang diberikan sangat setara dengan kerja keras mereka.

.

.

BRAAAK

.

.

Beberapa buku jatuh tercecer, anak berkacamata dengan frame coklat ini menunduk menyaksikan bukunya.

"Matamu Dimana ?", Suara yeoja dengan seragam sama dengannya yang sangat tidak bagus untuk didengar. Padahal jelas, yeoja dengan rok motif yang hanya sejengkal dari pinggang inilah yang terburu-buru dan menabrak namja berkacamata tadi.

Namja manis dengan rambut kecoklatan itu diam, sama sekali tidak ingin menanggapi yeoja yang membentaknya. Ia bukan seseorang yang terbilang cupu dengan kacamatanya, hanya saja ia memang pendiam seperti ini.

"Oh Astaga, Tidak berniat meminta maaf ?", Yeoja cantik itu justru semakin terpancing ketika namja manis yang ia anggap menabraknya justru membungkuk dan mengambil beberapa buku yang tercecer tanpa sedikitpun berkata.

"Sumpah, LEE EUNHYUK !", Yeoja ini harus berteriak, bagaimana tidak ia bertambah kesal karena namja yang barusaja disebut itu langsung pergi setelah memungut bukunya.

"Pantas Kau tidak punya teman, kelakuanmu…", Yeoja ini menghentak dan segera memasuki kelasnya.

"Ada apa dengan wajahmu Jess ?",

"Anak es dari kelas sebelah, Kenapa ia bisa menyebalkan seperti itu sih ?",

"Yang jenius bukannya selalu menyebalkan seperti itu ?",

"Sungguh, Aku yakin Dia tidak mempunyai teman karena hal itu", Jess… Jessica nama panjangnya, yeoja ini bersungut dan menggelengkan kepalanya mengingat fakta namja bernama Eunhyuk begitu menyebalkan.

"Hmm… banyak yang berubah dari anak itu, dulu waktu Junior High School ia tidak begitu",

"Masa bodoh, yang jelas Aku sangat tidak menyukainya, awas saja kala—",

"Jangan berani-berani mengerjainya, orangtuanya lebih berpangkat dari orangtua kita, Dia memang sangat kaya, tapi bukan sosialita seperti kita".

.


.:. Blood Never Lies .:.


.

BUG

.

.

"Arrrghhh… Sial !", Namja dengan kemeja lusuh ini tersungkur, pipinya buras dan sedikit berdarah. Harusnya namja memang tidak asing dengan hal-hal semacam ini, bertengkar dan membuat keributan.

"Berhentilah sok jagoan, Donghae… sejak Kau pergi Kami hanya menganggapmu pengecut, Brengsek !", Pemimpin mereka berseru.

"Oooh, Jadi hanya seperti ini kemampuanmu, Aku pikir selama Aku pergi kemampuan kalian sudah bertambah, sayangnya sangat menurun drastis",

"MWO ?", Orang ini tidak senang dengan penuturan namja yang terduduk di lantai dan dikerubungi anak buahnya.

"Kau masih sampah seperti terakhir kali, Siwon !",

"Heh… Kau masih berani dengan keadaan yang sungguh membuatku terpingkal seperti itu ?", Tanya Siwon dengan tawa mengejek.

"Kita harus bermain imbang, Kau membuat hari pertamaku kembali ke Korea dengan buruk, sampai Aku kalah pun, Aku tak yakin Kau akan puas, setidaknya izinkan hari ini saja untukku menyelesaikan administrasi",

"Berkeroyok juga bukan style ku jika Kau lupa, besok di tempat terakhir kali Kita bertemu jam 6 pagi, bersiaplah terjun dari lantai teratas gedung itu jika Kau tidak datang", Tunjuk Siwon pada gedung sekolah yang terlihat menjulang dari gang sempit tempat mereka menyerang namja bernama Donghae.

.


.:. Blood Never Lies .:.


.

"Eunhyuk-shi, soal yang Kau kerjakan masih ada beberapa yang salah, Ada apa sebenarnya ?, akhir-akhir ini Kau tidak terlalu bersemangat",

"Mianhe Seongsanim, Saya mungkin harus belajar lebih keras lagi",

"Kompetisi bulan depan bukan sesuatu yang bisa dibuat candaan, sekolah kita harus tetap bisa menjadi yang terbaik sama seperti tahun-tahun sebelumnya",

"Ndee Seongsanim, Saya berjanji akan lebih fokus", Eunhyuk, namja ini menunduk dengan sopan, merasa benar-benar bersalah. Hari ini memang bukan hari yang cerah untuknya, ia merasa benar-benar lelah, soal-soal yang ia kerjakan tadi sebenarnya hanya asal saja ia lingkari.

"Jangan hanya memikirkan belajar, Kau butuh refreshing, wajahmu akhir-akhir ini terlihat pucat, Apa Kau disibukkan dengan aktivitas berat di rumah ?",

"Ahh… annia, Eomma dan Appa bahkan membatasi Saya untuk kelelahan", Senyum Eunhyuk tercetak begitu mengingat betapa orangtuanya menyanyanginya.

"Aku pikir juga begitu, Aku turut berduka cita atas meninggalnya kakakmu, maaf Aku tidak hadir di pemakamannya",

"Tidak masalah Park Seongsanim, terimakasih atas ucapan bela sungkawanya", Park Seongsanim tersenyum dan menyerahkan kertas jawaban Eunhyuk sebelum pergi dari ruang bimbingan untuk anak-anak dengan kapasitas otak yang sangat tinggi.

"Noona, banyak sekali kan orang yang menyayangimu, maafkan Aku…", Eunhyuk merasa kepalanya memberat, matanya sedikit berkunang-kunang, sepertinya kesehatannya memang sedikit terganggu. Tangan pucatnya mengambil tabung kecil berisi butiran berwarna kuning dan segera menelannya.

"Huh… Kompetisi, Aku harus semangat untuk ini !".

.


.:. Blood Never Lies .:.


.

Ruangan ini sangat luas, banyak benda-benda yang terlihat mewah dengan warna yang menyilaukan mata. Beberapa lukisan terpasang di dinding dengan sangat pas, menggambarkan pemiliknya yang hidup berkecukupan. Foto-foto dengan bingkai besar juga ikut terpasang di sana. Sangat indah, lima orang itu terlihat tersenyum dengan sangat cantik. Dua orang perempuan dan sisanya laki-laki, satu diantara semuanya masihlah bayi, dipangku dengan nyaman oleh seseorang yang terlihat seperti ibunya. Mereka sangat terlihat bahagia di foto tersebut. Pandangan namja paruh baya yang sedari tadi terus menelisik gambar-gambar mengagumkan di rumahnya ini beralih pada foto dua orang, itu lebih terlihat sebagai anaknya. Cantik, satu kata untuk namja dan yeoja yang tersenyum manis di foto yang lebih kecil dari foto pertama tadi.

"Yeobo~ Apa yang sedang Kau lakukan ?, Ayo segera turun untuk makan malam", Suara istrinya menginterupsi, membuat senyumnya berkembang, tanpa kata ia keluar dari ruangannya ini dan mengikuti sang istri.

"Kau sudah pulang, Nak ?", Sapanya pada namja manis yang terlihat segar dengan rambut basahnya.

"Ndee Appa, Aku barusaja pulang…",

"Bagaimana persiapan Olimpiademu ?", Tanya Kepala Keluarga ini, berharap mendapat jawaban yang bagus.

"Hmm… sejauh ini lancar, Aku sedang berusaha keras, Aku benar-benar ingin menembus posisi pertama",

"Harus demikian, Kau satu-satunya penerus Appa", Percaya Tuan paruh baya ini kepada Eunhyuk.

"Eomma, Apa Jeno rewel ?",

"Tidak Sayang, Dia terus saja pulas sejak sore tadi, Dia terlihat senang saat kuajak ke makam Eommanya",

"Jinj—",

.

"OEEEEEEKK—"

.

"Ahh… Dia terbangun", Eunhyuk berdiri dan bersiap lari, takut jika bayi yang belum genap dua tahun itu akan berulah seperti tempo hari, jatuh dari ranjang.

"Botol susunya di nakas, Hyukkie",

"Ndee Eomma…",

"Heh… Dia jadi perhatian begitu", Komentar Lee Kangin melihat anak laki-lakinya terbirit khawatir.

"Mungkin Dia merasa bersalah kepada Sora, padahal tidak ada yang menyalahkannya", Jawab Eomma Eunhyuk pelan.

"Yaa, Hyukkie kita memang namja yang sedikit sensitif",

"Bagaimana perusahaan ?", Tanya sang istri sembari memberikan gelas kopi hangat.

"Masih terkendali, kalau mereka mulai berani mengobrak-abrik perusahaan atau bahkan mencelakai Eunhyuk dan Kau sayang, Aku tidak akan tinggal diam",

"Jangan seperti itu Yeobo, Jangan membalas keburukan dengan hal yang sama, mari meluruskan pikiran, Kita anggap insiden Sora kemarin sebagai takdir Tuhan, biarkan Tuhan yang mengatur",

"Tapi Jeno masih membutuhkan Ibu, Sayang",

"Ada Kita dan Hyukkie yang Aku yakin sangat menyayanginya", Jungsoo, Ibu yang sangat cantik dan lembut ini mencoba meredakan emosi sang suami terkait suatu hal yang masih remang.

.


.:. Blood Never Lies .:.


.

"Yuhuu~ Choi Siwon, Kau terlambat, Man", Canda seorang dengan seragam yang sama seperti kemarin. Namja yang dipanggil Siwon sama sekali tidak mengeluarkan suara, justru pandangan sinis ia berikan untuk ukuran orang sejenis Donghae.

"Kau tidak mungkin membuatku berkeringat di pagi yang segar seperti ini bukan ?",

"Diamlah !",

"Okee, Mungkin pertanyaanku salah. Lalu, Apa keperluanmu ?",

"Kenapa Kau kembali ?", Tanya Siwon datar.

"Heh… Sudah kuduga pertanyaan ini yang muncul, ehm…Kanada tidak sebagus Korea, mungkin jawaban seperti itu yang ingin Kau dengar ?", Donghae menjawab masih dengan nada candaan.

"Seriuslah, Brengsek !", Siwon maju dan mencengkeram kerah kemeja Donghae.

"Cih… Kenapa Kau mempertanyakan hal yang sudah pasti Kau tahu jawabannya ?", Tanya Donghae dengan nada tidak enak.

"Apa maksudmu ?",

"Menyelesaikan sesuatu yang tentu saja tertunda atau sengaja ditunda oleh seseorang", Terus Donghae sembari menekan kata seseorang dan mengarahkannya kepada Siwon.

"Sesuatu apa yang sedang Kau maksudkan ?",

"Bukan wilayah yang harus Kau ketahui, bukan hal penting yang berhubungan denganmu, sama sekali tidak melibatkanmu di dalamnya, asal Kau tidak berniat ikut campur saja", Ejek Donghae.

"Jangan memancingku Lee Donghae !", Siwon bertambah menarik kerah Donghae.

"Dia, tentusaja orang yang sama dengan yang ada di kepalamu, Dia… tepat orang itu",

.

.

BUG

.

.

"Otakmu tidak beres, Jangan berani memikirkannya lagi !",

Donghae menghela nafas memegangi rahang kirinya yang terasa out dari tempat karena pukulan Siwon.

.

BUG

.

Siwon tepat memukul sudut kiri mata Donghae.

"Untuk tiga tahun yang lalu",

.

BUG

.

Siwon mendorong dan menyudutkan Donghae pada dinding di belakangnya hingga kepala Donghae terbentur keras.

"Untuk kerusakan yang itu",

.

JDUG

.

Donghae jatuh tersungkur dan mendapat tendangan tepat di perutnya.

"Untuk orang yang Kau bodohi dan Kau buang dalam waktu yang sama".

.

BUG… BUG… BUG

.

"DAN INI !, Dariku… Orang yang sampai mati akan terus memburumu",

Darah keluar dari bibir Donghae, tidak terlalu banyak, hanya saja tendangan di perut dan dadanya dari Siwon sedikit membuatnya menjadi buruk. Siwon meninggalkan Donghae dengan keadaan seperti ini di atap sekolah. Donghae mencoba duduk walaupun sulit dan menertawai dirinya sendiri.

"Uhuuuk~ Aku memang pecundang.. Ha..ha..ha".

.


.:. Blood Never Lies .:.


.

"Kyu, Kau sudah selesai ?",

"Oh Hyung, sebentar Aku berkemas dahulu", Terlihat anak bernama Kyuhyun ini memasukkan buku juga peralatan tulisnya ke dalam tas biru tuanya.

"Sepertinya akan hujan, mendungnya mengerikan…",

"Astaga~", Kyuhyun terlihat menepuk jidatnya.

"Wae ?", Anak manis dengan kacamata ini bertanya tidak sabar.

"Hyukkie Hyung, maafkan Aku… tadi Siwon Hyung bilang tidak bisa menjemput",

"A—apa ?, Lalu Kita bagaimana, bodoh… Kenapa Kau baru bilang sih", Eunhyuk merengek sembari mengatai Kyuhyun, bagaimana tidak, hari sudah hampir gelap, dua anak pintar ini mengikuti bimbingan untuk kompetisi mata pelajaran yang berbeda. Hingga salah satu dari mereka sadar jika mendung terlihat hitam pekat dan kilat di langit Seoul seperti blitz yang terus menyala.

"Maaf, aduhh… Bagaimana dengan Kita ?, Aku tidak membawa mobil lagi",

"Dan bodohnya Kau baru memberitahuku Kyuhyun…",

"Maaf Hyung… Aku benar-benar khawatir dengan alergimu", Tampan berambut ikal yang lebih muda satu tahun dari Eunhyuk ini terlihat sangat menyesal dengan hal yang dilupakannya.

"Aku telfon Sora noona saja, sungguh Aku khawatir padamu", Kyuhyun dengan cepat menyambar ponsel canggihnya dan mulai mendial nomor seseorang di sana.

"Noonaku masih mengurus anaknya Cho Kyuhyun sinting",

"Anni… anni, biarkan saja, tidak ada cara lain yang lebih cepat, pasti noona mu mengerti". Kyuhyun memutuskan sepihak terkait hal yang mungkin mendesak tapi tidak begitu penting ini. Eunhyuk terlihat tidak senang dengan keputusan anak itu, akan tetapi nihil baginya untuk melawan.

Hampir 20 menit mereka menunggu, Kyuhyun terlihat mondar-mandir berjalan di depan Eunhyuk, sekarang benar-benar sudah hujan. Bahkan suara petir sangat mengganggu mereka berdua. Eunhyuk mulai menggigil bahkan dengan jaket pemberian Kyuhyun, tidak terasa membantu juga. Wajah anak manis itu memerah, Kyuhyun dibuat bingung dengan keadaan ini.

"Astaga, noona Kenapa lama sekali sih ?", Panik Kyuhyun tidak melihat tanda-tanda mobil yang mendekat.

"Aish… noona, adikmu bisa sekarat jika seperti ini", Kyuhyun kembali mendial nomor Sora dan untungnya langsung tersambung.

"Yeoboseyo, Kyu…",

"Noona Palliwa !", Seru Kyuhyun dengan tidak sabar.

"Apa alergi Hyukkie kambuh ?",

"Jelas saja noona, makanya itu cepatlah datang kemari !", Ulang Kyuhyun karena merasa waktu yang ditempuh dari kediaman Eunhyuk ke tempat bimbingan ini hanya memakan waktu 10 menit.

"Maaf…maaf di sini sedang hujan deras dan jalanan lumayan padat, Aku masih sampai terowongan sebentar lag—AAARGHHH—

"Noo—noona ?", Kyuhyun heran dengan lengkingan yang berasa dari seberang.

"NOONA WAE GEURE ?",

—TUUUUTTT—

.

.

"NOONAAA… SORA NOONAAA",

.

.

.

DEG

.

Terdengar gedebug sedikit keras pada bed berwarna putih di ruangan besar ini.

"Ahh… Sial !, mimpi ini lagi—hosh", Terdengar bunyi nafas yang tidak teratur dan nada penyesalan dalam kalimat yang diucapkan namja dengan surai coklat ini.

"Oh Tuhaaan~ Apa Kau memang menghukumku dengan cara yang seperti ini ?", Tanyanya entah kepada siapa yang jelas keadaannya tidak begitu bagus. Tangan pucat yang tertutupi lengan panjang piama tidur kuning ini meraih smartphonenya yang berada di nakas.

"Oh man~ ini jam 7, Arghhh… Eomma Kenapa tidak membangunkanku sih, Arghhhh~", Kakinya menendang selimut sehingga benda berwarna putih tersebut jatuh ke lantai.

"EOMMAAAAAA~",

.

.

Cklek

.

.

"Tuan muda, Nyonya Lee sedang pergi dengan Tuan Besar", Bibi yang memakai celemek ini mencoba menjelaskan pada Tuannya terkait keberadaan sang Ibu.

"ARGHHH...",

"Shuuut ! Tuan Hyukkie jangan berteri—",

"OEEEEEEEK~", Eunhyuk dan Bibi Jang sama-sama menghela nafas lelah.

"Oh Shit !, Kenapa Eomma tidak membawa Jeno sih…", Eunhyuk baru sadar jika di kamarnya sekarang terdapat ranjang bayi yang tak jauh dari bed queen nya.

"Aduuh Bi, Bagaimana ini ?", Panik Eunhyuk mendekati ranjang bayi yang tengah menangis keras itu.

"Tuan siap-siap saja, biar Bibi yang mengurus Baby Jeno",

"Ahh… Geure…geure, cepat berikan susu dan tidurkan Dia lagi".

.


.:. Blood Never Lies .:.


.

"Jaga rahasia ini sampai kalian mati, Dia tidak boleh tahu bahkan jika Dia mulai ingat akan siapa namja itu, Kalian harus menghapuskan ingatannya lagi", Suara yeoja penuh penekanan ini diarahkan pada dua namja yang terduduk di depan ranjang satu namja lain yang tidak sadarkan diri.

"Bahkan, untuk Appa dan Eommaku, Berjanjilah atas nama Tuhan, kalau sampai kapanpun, kalian berdua tidak akan memberitahu mereka", Tambah yeoja ini lagi.

"Tapi Noon—",

"Tidak ada tapi Choi Siwon !",

"Lalu bagaimana dengan an—",

"Dia Lee Jeno, putraku dengan namja yang sangat kucintai, tapi menghianatiku… Aku bersumpah tidak akan sudi menyerahkan bahkan memperlihatkan wajah Jeno di depannya",

"Noona…", Salah satu namja yang juga mendengarkan penuturan yeoja yang lebih tua beberapa tahun merasa iba.

"Dengarkan itu baik-baik Kyuhyun, Kalian berdua… tolong Aku, kali ini saja, kalau nanti bahkan Aku tidak ada, jaga adikku dan anakku",

"Apa yang Kau katakan Sora Noona ?", Marah Siwon dengan penuturan berlebihan Sora.

"Namja brengsek itu, habisi Dia jika itu membuat 'malaikatku' bahagia !".

.

.

.

"Apa yang Kau lamunkan ?",

"Ehh… Hyung, Annia…", Jawab Kyuhyun seadanya melihat Siwon yang entah sejak kapan sudah ada di dekatnya.

"Kau pulanglah Kyu, Eomma merindukanmu…",

"Aku tidak bisa meninggalkan Appaku Hyung, Aku rasa Eomma juga cukup bahagia dengan Choi Appa dan Kau", Tanggapan Kyuhyun pada Siwon yang sepertinya memiliki hubungan keluarga rumit.

"Apa Kau memikirkan kejadian itu ?", Tanya Siwon kurang jelas.

"Jika yang Kau maksud saat Noona meninggal, maka tepat sekali", Tunduk Kyuhyun sehabis menjawab pertanyaan Siwon.

"Jangan pernah merasa bersalah !, Dia meninggal bukan karenamu", Santai Siwon mencoba menghilangkan rasa bersalah Kyuhyun.

"Tapi malam it—",

"Lupakan tentang penyesalanmu, ini semua memang sudah dikendalikan sedari awal, yang perlu kita lakukan sekarang hanya menjaga apa yang pernah kita janjikan untuknya",

"Tapi tetap saja Hyung, Ak—Aku merasa malu pada Ahjushi dan Ahjumma, Ak—Aku entahlah…", Kyuhyun tidak bisa mengekspresikan betapa kesalnya Dia pada dirinya sendiri, hingga keduanya sama-sama diam.

"Dia kembali Kyu…", Siwon terdengar mengalihkan topik pembicaraan lain.

"Siapa Hyung ?",

"Tan…",

"Siapa Dia ?, katakan yang jelas !",

"Kekhawatiran Kita",

"Do—Donghae ?".

.


.:. Blood Never Lies .:.


.

"Ahh~ Kenapa harus hukuman ini sih, Aku bisa ketinggalan matematikaku, astaga~", Namja manis yang menjepit rambutnya ke samping ini terlihat merengek dan menghentakkan gagang pel ke lantai. Tidak ada kesalahan yang tidak diberi sangsi, seperti itulah peraturan di sini.

"Ahh… Sial ! Sial ! Sial !", Eunhyuk tidak terbiasa dengan pekerjaan yang seperti ini, toh di rumah besarnya ada Bibi Jang yang serba bisa dengan pekerjaan rumah. Mungkin memang Eunhyuk sudah tersetting untuk unggul dengan hal-hal seperti buku dan rumus-rumus melelahkan. Waktu ketika ia sampai memang sudah hampir jam delapan, sebenarnya tidak ada seongsanim yang mengomeli telatnya anak berprestasi seperti Eunhyuk, aka tetapi memang suatu keharusan untuk anak manis ini menyelesaikan hukuman.

Di tempat lain yang tidak jauh dari tempat Eunhyuk melakukan hukumannya, ada seorang namja yang meringkuk kesakitan dengan darah yang sebagian mengalir ke arah lengan kemejanya.

"Aish… Choi, tunggu pembalasanku ugh~", Rintih namja ini mencoba terbangun dari tempatnya dihajar tadi. Ia, Donghae bukannya tidak bisa melawan, akan tetapi entah kenapa ia hanya terdiam begitu Siwon menendanginya dan membuat wajahnya terlihat buruk seperti sekarang.

"Ughhh~ Ya Tuhan, hari pertamaku sekolah", Donghae berjalan dengan memegangi area perutnya dan sedikit meringkuk menuju pintu yang membatasi bagian luar dan dalam bangunan tertinggi di sekolah ini.

.

.

BRAAK

.

.

"Oh Tuhan, suara apa itu ?", Eunhyuk terkejut mendengar suara yang sepertinya gebrakan pintu, hingga membuatnya penasaran dan ingin keluar dari toilet lantai atas ini sekedar memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Ahh… Sial lagi, Sakit juga ternyata", Donghae mengaduh begitu ia terjatuh ke lantai karena pintu yang ia buka terlalu kuat.

.

TAP

.

TAP

.

TAP

.

Donghae mendengar itu, seperti langkah kaki yang sangat pelan, ia memiringkan kepalanya mengarah pada asal suara tersebut.

"Astaga !", Donghae melihatnya, ia kenal betul dengan suara terkejut orang yang saat ini juga tengah memperhatikannya. Masih sama, mata itu, bangir itu, bibir plum itu, akan tetapi dengan rambut yang diwarnai berbeda. Blonde, dulu itulah warna rambut orang yang dilihatnya saat ini. Sorot Donghae memancarkan sesuatu yang dalam dan tidak sederhana, seperti orang yang benar-benar ia kenal. Mata mereka tidak berhenti bertatapan, sempat Donghae tangkap namja manis di depannya menutup bibir plumnya dengan jemari-jemari lentik, mungkin sangat terganggu dengan keadaan Donghae.

"Hyu—Hyukkie…", Panggilnya memastikan orang yang di depannya itu benar.

.

.


~TBC~


.

.

FF baru dari Misshae D'cessevil

Hope you like it guys.

Kalau berminat lanjut, langsung review aja, walaupun masih sepotong-potong.

Thanks :-)