Bad Attitude
Chapter 1 "Curiosity of Butterfly" [HunHan Story]
.
EXO's fanfiction presented by © Black Spica
.
.
HunHan|ChanBaek|KaiSoo|SuLay
Romance/Hurt/Angst
Mature rated for some adult scenes(Almost PWP)
Warning! Genderswitch for ALL ukes! Out of Character! No Children under 17! Complicated plot! Slight of crack pair but at least will be Official Pairings!
Copyright © Meira Hisaka's manga "How to Play a Honor Student" created at 2012 with some changes.
.
.
Enjoy reading!
.
.
.
.
.
"Luhannie, teman seangkatanmu yang bernama Kim Sehun sangat tampan... Dia juga pintar dalam 'banyak hal'... Ah, tapi kau bahkan tidak mengenalnya dengan baik kan?"
Luhan menatap nanar pada kakaknya yang duduk santai di sofa ruang tengah sambil mengeringkan rambut, bisa ia tebak kakaknya itu pasti baru saja pulang mengajar.
Luhan sendiri yang tadinya ingin cepat-cepat kembali ke kamar justru terhenti demi mendengar celoteh kakaknya itu, ia bergelut dengan pemikirannya sambil memandang jijik pada kakak kandungnya sendiri itu, Zhang Yixing.
Memang apa yang aneh dari memuji seseorang?
Tentu bukan hal aneh dan Luhan bisa menerima hal itu jika yang memuji bukanlah Yixing.
Ia terlampau tahu, apa maksud pujian Yixing tentang laki-laki itu, ia tahu.
Yixing adalah kakak kandungnya, umur mereka terpaut hampir 7 tahun dan Yixing mengajar di sekolahnya sebagai guru matematika. Banyak yang bilang Luhan pun secantik Yixing, mereka benar-benar sempurna. Tapi Luhan justru tidak menyukai predikat itu, mereka di luar tidak pernah tahu tentang betapa buruknya attitude Yixing sebagai seorang wanita.
Yixing sudah bersuami, tapi ia justru berselingkuh dengan laki-laki lain.
Lebih parahnya lagi laki-laki itu adalah Kim Sehun, teman seangkatannya yang artinya murid kakaknya itu sendiri.
Yixing mungkin berwajah malaikat nan lembut. Tapi jauh dari yang dibayangkan, dia adalah iblis berbalut sayap malaikat. Luhan tak tahu, berapa kali kakaknya itu main belakang dari suaminya.
"Kau sekali-sekali harus mencoba Kim Sehun juga, Luhan sayang..." Tanpa memperdulikan kata-kata Yixing lagi, Luhan segera naik ke lantai 2 menuju kamarnya.
Lebih baik ia belajar daripada harus meladeni omongan kakaknya yang tidak ia mengerti itu.
.
.
.
Sementara Yixing adalah iblis berkedok malaikat maka Luhan-lah yang bisa disebut malaikat sesungguhnya. Luhan adalah wanita sempurna yang anggun dan cantik, ia unggul di berbagai macam pelajaran & selalu menjadi yang terbaik.
Luhan suci, berbanding terbalik dengan kakaknya, ia terus memegang prinsip hidup sebagai wanita baik-baik karena ia sendiri yakin akan menemukan laki-laki yang baik jika ia terus menjaga sikapnya. Bukankah begitu?
Ia sama sekali tidak ingin hidup seperti kakaknya yang serampangan dan tak ada arah.
.
.
.
Pagi cerah itu Luhan berangkat seperti biasa, seragam SMA Seoul International High School membuatnya terlihat lebih anggun, jangan lupa rambut hitam panjangnya yang ia ikat ke samping kiri, memberi nilai plus karena membuat penampilan Luhan lebih dewasa dan rapi. Ia selalu datang 30 menit lebih awal, dan seringkali kelas masih sepi.
Kaki kecil Luhan melangkah ringan menyusuri koridor, hanya ada beberapa murid yang sudah datang dan mereka selalu menyapa Luhan di sepanjang jalan.
Mereka kenal baik siapa itu Zhang Luhan.
Papan tanda kelas 3A sudah terlihat, Luhan tersenyum simpul. Namun sebelum sempat ia memasuki kelas, perhatiannya teralih pada ruang kesehatan yang letaknya bersebrangan dengan gedung tempat ia berada.
Mata Luhan menangkap sosok kakaknya yang tengah terbaring di salah satu ranjang dengan pakaian yang tak lagi tertutup rapi.
Sontak saja Luhan kaget.
'Bodoh sekali! Melakukannya disekolah sepagi ini!' rutuk Luhan, namun ia sendiri masih terpaku pada posisinya. Baru pertama kali ini ia melihat adegan dewasa dengan mata kepalanya.
Bisa ia lihat bagaimana Yixing membuka mulutnya dengan ekspresi layaknya seorang pelacur, tubuh kakaknya itu setengah telanjang dengan blus yang masih menggantung di lengan.
Luhan merasa wajahnya panas hanya dengan melihat ekspresi kakaknya.
Perhatiannya tersita pada sosok kakaknya itu hingga ia lihat Yixing memeluk seseorang yang menjadi partner-nya sejak tadi. Posisi Yixing yang membelakangi Luhan membuat sang gadis bermata rusa itu bisa melihat jelas orang yang sejak tadi menikmati tubuh kakaknya.
Kim Sehun!
Mata Luhan lebih terbelalak lagi saat menyadari pria itu melihatnya, menatap tajam kearahnya.
Luhan yang malu bukan main segera pergi memasuki kelas.
Setelah menaruh tasnya, ia hanya mampu menatap nanar meja dihadapannya dengan pikiran yang entah kemana.
Ia kaget, sekaligus takut. Entah kenapa ia takut melihat tatapan laki-laki itu.
"Dia... Mengerikan.." gumamnya.
.
.
.
"Jadi mereka melakukannya terang-terangan di ruang kesehatan?" tanya Chanyeol sambil membetulkan kacamatanya.
Luhan mengangguk, saat ini sebenarnya istirahat makan siang. Siswa lain sibuk berlalu-lalang mengambil jatah makanan mereka tapi Luhan sendiri hanya mampu menatap lemas pada makanannya. Kejadian tadi pagi membuatnya sama sekali tidak bernafsu untuk sekedar memasukkan sesendok makanan.
"Kakakmu itu guru yang paling dikagumi di kalangan anak-anak kelas 3, aku sama sekali tidak menyangka kalau ia melakukan hal itu.." Celetuk Chanyeol.
Luhan menghela nafas, ia sendiri tidak mengerti mengapa kakaknya bersikap seperti itu. Padahal ia adalah seorang guru yang harusnya menjadi contoh baik.
Chanyeol yang melihat ekspresi sedih Luhan segera mengelus lembut rambut hitam Luhan, "Jangan terlalu dipikirkan, dunianya dan dunia kita berbeda kan? Makanlah dulu..." nasehat Chanyeol sambil tersenyum manis, Luhan membalas senyum itu tak kalah manis.
Chanyeol benar, ia tak perlu peduli pada hal semacam itu. Toh ia hidup untuk menjadi baik. Sungguh bersyukur mendapat kekasih sebaik Chanyeol.
Ya, sudah 2 tahun Luhan dan Park Chanyeol berpacaran, mereka adalah 2 murid paling terkenal di sekolah. Tentu karena mereka peraih prestasi teratas dan yang paling dibanggakan oleh guru-guru. Yang lain berpikir memang keduanya sangat cocok. Luhan yang cantik, dan Chanyeol yang tampan di balik kacamatanya. Ditambah lagi mereka berdua mepunyai IQ tinggi yang menjanjikan masa depan cerah.
Jadi, apa lagi yang Luhan butuhkan? Park Chanyeol yang mencintainya saja sudah lebih dari cukup.
.
.
.
Luhan bertugas mengantar buku perpustakaan sore ini. Ia pun bergegas supaya bisa pulang awal dan punya waktu lebih untuk belajar.
"17 buku, ya.. Sudah lengkap.. Hati-hati pulangnya ne?" Pesan Cho Seosaengnim yang kebetulan sedang menjaga perpustakaan.
"Ne, seosaengnim.. Annyeonghasimnikka" Pamit Luhan terburu-buru. ia menutup kembali pintu perpustakaan dan bersiap pulang.
Luhan masih melangkah riang saat menyusuri tangga, namun entah kesialan apa yang ia dapat ini, ia justru bertemu dengan Kim Sehun di tangga terakhir.
'O-omona!' jerit Luhan dalam hati.
Mengetahui kalau itu adalah sosok Kim Sehun saja sudah membuatnya merinding. Ia berusaha setenang mungkin ketika berpapasan dengan laki-laki yang baginya mengerikan itu.
Tak ada yang ganjil saat bahu mereka berpapasan, hanya Luhan yang merasa begitu takut pada laki-laki ini hingga ia harus memejamkan mata sesaat demi tidak melihat Sehun.
Luhan bernafas lega saat Sehun tak menunjukkan reaksi apapun yang membuatnya takut.
Tapi..
"Zhang Luhan."
Luhan menoleh saat namanya disebut, dan ia menyesal telah menoleh karena yang memanggilnya adalah Sehun.
"Aku penasaran, apa tubuhmu semanis kakakmu?" Sambil menopang dagu dengan tangan yang bersandar pada pegangan tangga, laki-laki yang kini paling ditakuti Luhan itu tersenyum misterius.
Luhan tak mampu berkata-kata, ia merasa dilecehkan namun karena tidak bisa melawan, gadis itu hanya berlalu secepat yang ia bisa.
Ia tak mau berurusan dengan orang berbahaya semacam Sehun.
.
.
.
Luhan mencoba membolak-balik buku pelajarannya, tapu berakhir dengan erangan frustasi. Ia kesal karena Sehun begitu menghantuinya.
"Akh! Ini mengerikan..." keluh Luhan sambil membenamkan wajahnya diatas meja.
.
.
.
Seperti pagi biasanya, Luhan menuju kelas bersama temannya. Berusaha melupakan tentang Kim Sehun.
Namun sepertinya situasi sama sekali tak berpihak pada gadis rusa ini. Sementara ia sibuk berbincang sambil menuju kelas, Sehun ada disana. Menunggunya sejak tadi.
Begitu mereka berpapasan, tangan Sehun terulur menarik ikat rambut yang mengikat rapi rambut panjang Luhan seperti biasa.
Luhan sontak saja menoleh sambil memegang rambutnya. Dan saat itulah ia menyadari jaraknya dan Sehun terlampau dekat, ia takut. Gadis itu memilih untuk mundur selangkah. Tapi Sehun sudah terlanjur dekat & bisa Luhan rasakan bibir laki-laki itu memyentuh telinga kanannya.
"Kutunggu di ruang kesehatan istirahat nanti."
Dan setelah tersenyum, Sehun pergi begitu saja. Luhan masih terdiam, detak jantungnya tak terkendali saat ini.
Ia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Sehun, tapi kenapa laki-laki itu nekat mengganggunya. Apa karena Luhan adik dari orang yang dicintainya.
"Aku tidak mau kesana... Tapi.. Itu hadiah dari Chanyeol.." lirih Luhan sambil berpikir dalam-dalam.
.
.
.
Akhirnya, Luhan memberanikan datang. Ia tak pernah tahu kalau mendengar bel istirahat akan terasa semengerikan ini. Setelah tak bisa fokus pada pelajaran karena berkutat dengan pikirannya, ia memutuskan untuk mendatangi pria itu.
Dengan perasaan yang berkecamuk Luhan membuka pintu geser ruang kesehatan.
Jantung Luhan kembali berdegup kencang saat melihat sosok Sehun yang duduk di salah satu ranjang, tersenyum saat melihat kedatangannya.
"Kau datang?" Pria itu turun, mendekati Luhan.
Luhan seperti seekor domba yang terpojok karena bertemu seekor serigala.
"Kembalikan barangku, sekarang." Luhan mencoba mengancam, namun itu sama sekali tidak berguna. Sehun hanya diam dan tetap mendekati gadis itu.
"Sepertinya kau tidak menyukaiku ya?" tanya Sehun.
Luhan yang merasa semakin terancam segera berbalik dan meraih kenop pintu, tapi lagi-lagi harus disayangkan karena tangan namja tinggi bernama Sehun itu lebih dulu menyentuh tangannya sambil memeluk tubuh ramping Luhan.
"Kyahh! Lepashhh!" Luhan berteriak sekuat-kuatnya, Sehun tak kehabisan akal & segera membungkam Luhan dengan bibirnya.
Dipagutnya bibir tipis milik Luhan dengan tak sabar, berusaha membuat gadis itu berhenti memberontak.
"Nghh~" Luhan terus mendorong-dorong bahu Sehun. Yang benar saja! Ia bahkan baru pertama kali ini bertatap langsung, kenapa kejadiannya malah seperti ini.
"Le-phashh!" Luhan masih memberontak, karena kesal Sehun pun mengangkat tubuh Luhan dan menjatuhkannya ke atas ranjang, menindihnya supaya tak bisa bergerak.
"Kenapa kau tidak bisa diam huh?" tanya laki-laki itu sambil menatap tajam kedalam mata rusa Luhan.
"KAU GILA?! Kau pikir siapa yang akan diam saja jika diperlakukan seperti ini?!" Luhan masih mencoba melepas tangannya yang ditahan Sehun.
Pemilik onyx tajam itu tak peduli, ia justru mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Luhan yang sejak tadi menggodanya. Dikecupnya pelan leher itu, Luhan berjengit kaget. "Ja-jangan!" Merasa tubuhnya disentuh orang lain yang bukan Park Chanyeol membuat Luhan semakin memberontak.
Plakkkk!
Tangan Luhan yang akhirnya bebas dengan kuat menampar pipi kiri Sehun.
Ia menatap nanar pria yang bahkan sudah menyingkap seragamnya itu.. "Brengsek!" Luhan merasa memiliki kesempatan untuk kabur, dan ia tak menyia-nyiakan itu.
Ia berlari secepat yang ia bisa entah kemana, yang jelas ia harus menjauh dari laki-laki bermarga Kim itu.
Sementara Sehun terpaku, masih mengusap pipi kirinya yang panas. Entah apa yang salah dengan otak namja tampan itu, tapi ia justru tersenyum simpul.
"Cantik.." gumamnya.
.
.
.
.
Luhan menemukan sosok Chanyeol di depan kelasnya. Tanpa ragu-ragu lagi ia segera berlari dan memeluk tubuh tinggi Chanyeol dari belakang.
"Lu? Kau kenapa?" tanya Chanyeol heran.
Luhan hanya terdiam tanpa berniat mengadukan kejadian tadi pada Chanyeol. Bahkan Chanyeol yang kekasihnya saja hanya sampai tahap pegangan tangan.
"A-aniya.. Aku hanya ingin bertemu denganmu.." Luhan menahan tangisnya. Jika saja Chanyeol menyadari kalau tubuh kekasihnya itu gemetar.
.
.
.
Luhan membasuh tubuhnya yang sebelumnya terbalut busa sabun.
Ditatapnya tubuhnya sendiri di depan cermin, tanpa sadar gadis cantik itu menutup matanya sendiri. Merasakan bagaimana tadi siang namja bernama Kim Sehun menyentuh tubuhnya.
Jantungnya berdebar keras merasakan setiap bagian yang disentuh pria itu memanas. Membayangkan kejadian tadi siang saja membuatnya kehilangan logika. Dan detik berikutnya Luhan tersentak, kembali ke alam sadar dan menolak pemikiran tentang Sehun jauh-jauh.
'Aku ini kenapa?' keluhnya.
.
.
.
Tapi Luhan seperti tak mampu mengendalikan dirinya sendiri, siang berikutnya sepulang sekolah ia mengikuti rasa penasaran yang membawanya kembali ke ruang kesehatan.
Kim Sehun disana.
"Kembalikan milikku.." kali ini Luhan mencoba lebih berani.
Sehun memainkan ikat rambut berwarna biru muda itu di tangannya, "Kemarilah, dan ambil sendiri.." tawarnya membuat rasa penasaran sang kupu-kupu semakin menggila.
Didekatinya pria berambut blonde itu, dan ketika ia sampai dihadapannya, Sehun menarik pinggang Luhan. Membawa gadis cantik itu terduduk di pangkuannya.
"Hibur aku sampai aku puas, akan kuberikan milikmu sebagai bayarannya.." bisik Sehun seduktif dengan nafas yang menerpa lembut telinga Luhan. Luhan sendiri menahan bahu Sehun tapi tubuhnya justru terasa tak bertulang karena biskkan Sehun tadi.
Dan semua mengalir begitu saja, dimulai dari ciuman dan pagutan lembut Sehun di bibir Luhan, tangan pria itu mengangkat seragam Luhan pelan.
Tak ada perlawanan, dan itu membuat Sehun lebih leluasa. "Urmhh..." Bagus! Luhan sepertinya kehilangan akal sehat dan justru menerima perlakuan Sehun. Sentuhan dan cumbuan Sehun ia terima begitu saja. Entah bagaimana tapi tubuhnya terasa membutuhkan sentuhan Sehun saat ini.
"Mhhh~" Ia mengangkat wajahnya, membuka celah selebar-lebarnya supaya Sehun bisa menjamah leher putih itu. Tangan Luhan pun perlahan sudah melingkar manis di leher Sehun. Sementara tngan pria itu dengan berani menyusup kedalam bagian bawah milik Luhan, mengelus bagian sensitif gadis itu.
"Akh!" Luhan berjengit kaget saat bagian itu disentuh, sementara Sehun menyeringai. Ia suka ekspresi tadi, Luhan sang gadis kebanggaan sekolah kini bertekuk lutut untuknya.
"Maaf, aku bukan tipe penyabar..." bisik Sehun nyaris tanpa suara.
Sslebb..
"Ngahhh!" Luhan meremas bahu Sehun telunjuk panjang milik Sehun menembusnya. Kepalanya pusing mendadak karena di dera rasa nikmat yang tak pernah ia ketahui sebelumnya.
"Dia mencampakkanku.." Sehun menambah 2 jari lainnya disana dan menggerakkannya keluar masuk.
Luhan terdiam demi mendengar Sehun, meski sulit untuk fokus sementara jari namja itu tengah memanjakannya.
"Dia yang pertama mengundangku, hingga aku benar-benar menyukainya... Aku tak peduli saat suaminya mengancamku berkali-kali.. Tapi tiba-tiba dia mencampakkanku.." Sehun mengeluarkan seluruh isi hatinya.
"Hari itu saat kau melihatnya, dia mengakhiri semua dengan alasan bosan padaku.."
Luhan bisa merasakan getaran di suara Sehun. Apa namja ini sedang menahan tangisnya?
"Seorang istri... Guru.. Lebih tua dari orang-orang di sekelilingku.. Mengharapkan orang seperti itu sungguh bodoh kan?" Sehun menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Luhan. Memberi gadis itu ciuman dan hisapan ringan tanpa menghentikan gerakan jarinya yang keluar masuk tubuh Luhan.
"Mhhh..." Luhan tak mampu berkata-kata, tapi mendengar kalimat sendu itu membuat tangannya segera mengelus bagian belakang kepala Sehun. Ada simpatik di hatinya karena merasa Sehun hanyalah korban kakaknya.
"Uhhhh~" Sehun menyentuh tepat di titik sensitif Luhan namun kemudian ia melepas jarinya. Luhan menghela nafas berat, sebenarnya ada rasa kecewa dan kesal karena pria itu tak membiarkannya mencapai ledakan itu.
"Kau suka humm? Kakakmu yang mengajarkanku segalanya. Kau ingin lagi?" Luhan menatap tajam pada lelaki itu, dengan cepat ia bangun dan membenahi seragamnya.
'Sial! Aku seperti mainan baginya ..' Luhan murka.
Sehun sendiri membiarkan Luhan lolos kali ini karena ia rasa cukup. "Datanglah padaku jika kau menginginkan lebih, aku bisa memberikan sesuatu yang tak pernah kau tahu.." godanya.
Luhan hanya melempar tatapan sinis sebelum akhirnya pergi keluar dari ruangan itu.
Sehun tersenyum.
"Gadis itu.. Kalau marah kenapa semakin cantik?" gumamnya.
.
.
.
Seperti sebuah perangkap berlapiskan madu, pelan-pelan Luhan sang kupu-kupu terus mendekati perangkap Sehun.
Dengan alasan ingin meminta kembali barangnya, berpura-pura terjebak dalam perangkap manis itu, ia menikmati semua yang ia lakukan dengan Sehun.
Bahkan perlahan, Luhan sama sekali tidak memikirkan tentang ikat rambut hadiah dari Chanyeol yang disita oleh Sehun. Ia hanya mengikuti insting tubuhnya yang menginginkan Sehun lebih dan lebih.
"Nghh Ahh.."
"Kau manis.. Aku suka saat kau menjadi penurut seperti ini." jemari Sehun bergerak halus mengusap bibir Luhan yang terbaring di bawahnya.
Luhan membuka mata saat merasakan sentuhan itu, dilihatnya Sehun dengan rambut yang terjatuh dan sedikit basah, dada bidang yang selalu menghangatkannya dan mata tajam yang kini justru menatapnya lembut.
Luhan tak mengerti, entah sejak kapan ia tertarik pada pria ini. Bukankah ia sudah memiliki Chanyeol?
Tapi hatinya tidak bisa berbohong tentang bagaimana perasaannya yang berkembang belakangan ini. Meski awalnya hanya karena seks.
"Anggh~ Sehunaaahh.." Luhan memeluk tubuh Sehun ketika lelaki itu membawa kejantanannya masuk kedalam tubuh Luhan.
"Ughhh..." Sehun berusaha menembus Luhan yang benar-benar belum pernah disentuh siapapun.
Terasa susah memang menggerakkan miliknya di dalam tubuh Luhan yang begitu sempit, tapi itu justru memberi sensasi yang ia suka. Luhan begitu hebat.
"Sehunaahh.." Luhan tak menyadari sejak kapan mulutnya dengan lancang memanggil nama itu. Ia sempurna terbius oleh Sehun. Padahal ia tahu jelas mereka sama sekali tidak terkait hubungan selain partner seks, bahkan ia tahu kalau pria yang selalu memberinya kenikmatan ini hanya mencintai kakaknya.
Tapi ia tak peduli, ia sepenuhnya telah terjerat ke dalam pesona seorang Kim Sehun.
"Arkhhhh!"
Luhan menjerit ketika Sehun memberinya orgasme yang begitu dahsyat. Sekelilingnya berubah putih, ia merasa pusing dan lemas.
Tapi perlahan matanya terbuka saat mendengar geraman Sehun dan merasakan sesuatu yang hangat mengalir ke dalam tubuhnya.
Ia menatap sayu pada pria diatasnya yang kini penuh berkeringat.
Tangan gadis itu terulur menggapai wajah Sehun, "Ajari aku menjadi seperti kakak.. Beritahu aku, bagaimana caranya supaya kau bisa mencintaiku.."
Sehun yang mendengar itu tersenyum.
"Kau berbeda dengannya.. Kau seperti malaikat.." entah apa yang dimaksud Sehun, ia hanya mengatakan itu dan menikmati kecantikan Luhan. Jika bisa ia jujur sekarang, sebenarnya ia ingin mengatakan betapa ia mencintai kupu-kupu ini. Tapi ia tak ingin lebih egois lagi dan mengekangnya. Sudah cukup dengan selama ini mereguk kenikmatan dari Luhan.
Grekkkkk~
Kedua orang yang belum berganti posisi sejak mendapat orgasme tadi itu menoleh kaget begitu pintu kelas terbuka menampakkan sosok tinggi yang begitu familiar.
Park Chanyeol.
Ia terdiam dengan pandangan kosong di ambang pintu itu.
"Aku mendengar suara Luhan dari sini..." ucapnya dengan ekspresi yang tak terbaca sama sekali. "Kalian..." Chanyeol yang tak mampu meneruskan kalimatnya lagi karena merasa apa yang ia lihat sudah cukup pun mengambil langkah menjauh. Hatinya terasa begitu sakit.
"Chanyeol!" Yah, Katakan Luhan plin-plan karena masih mengharapkan Chanyeol.
Ia hampir saja pergi menyusul siswa nomor satu di sekolah itu jika saja Sehun tak menahan tangannya.
"Lupakan dia, kumohon.. Tetaplah denganku.." pinta Sehun dengan nada serius. Luhan yang bingung hanya menatap nanar, "Jangan dekati aku lagi.." begitu mendapat keputusan, ia pun menepis tangan Sehun dan pergi dari ruangan itu.
.
.
.
2 Minggu sudah sejak kejadian itu, Chanyeol sama sekali tidak bertemu dengan Luhan. Sehun pun tak lagi mengganggunya.
Luhan terpuruk dalam dilema-nya sendiri. Tak tahu harus memilih siapa antara Chanyeol dan Sehun..
Ia merasa harus memilih Chanyeol tapi entah kenapa hatinya pun tak bisa menolak Sehun.
Luhan membenamkan wajahnya ke dalam bantal, ia hanya berguling-guling diatas ranjangnya sejak tadi. Perasaannya kacau luar biasa.
Ckrekk~
Gadis bermata rusa itu menoleh dan mendapati sang kakak yang memegang kenop pintu.
Mereka hanya saling tatap beberapa saat sampai Yixing menghela nafas. "Tadinya aku ingin meminjam buku tugas minggu ini padamu, tapi kelihatannya kau sibuk."
Luhan terdiam, tak berani menatap kakaknya kali ini.
"Nanti saja aku kembali.." Yixing menarik kenop pintu dan sebelum pintu kamar Luhan sempurna tertutup, ia bergumam lirih.
"Kau benar-benar mirip denganku, Luhannie..." dan menyeringai tanpa bisa diartikan
Luhan hanya terpaku menatap kepergian Kakaknya dan merenungi kata-kata terakhir tadi.
.
.
.
Namja berambut blonde itu menatap langit sejak 5 menit yang lalu, tak ada yang ia lakukan belakangan ini selain menyendiri di loteng sekolah.
Zhang Luhan sepertinya membawa banyak perubahan baginya, ia tak lagi memikirkan Yixing entah sejak kapan. Hanya Luhan yang ada di pikirannya. Ia lah yang jatuh kedalam pesona Luhan, bukan sebaliknya.
Tapi ia terlalu pengecut untuk mengakui itu, ia masih berkecil hati mengingat statusnya dan Luhan yang berbanding terbalik.
"Hhah.." Namja itu akhirnya bangkit hendak meninggalkan tempat itu, berjalan gontai menuju pintu masuk gedung sekolah tapi tangannya terhenti ketika pintu itu justru terbuka dengan sendirinya.
Sehun tak percaya begitu mendapati sosok yang mengganggunya belakangan ini kini berdiri di depannya.
"Se-sehunah.."
Luhan sendiri merasa lidahnya kelu, tapi akhirnya ia berjalan pelan mendekati tubuh Sehun dan memeluknya erat. Menyampaikan maksud kedatangannya sekarang.
"Mianhae.. Ternyata aku hanya ingin jadi milikmu. Aku ingin memilikimu..."
Sehun tersenyum dan membalas pelukan Luhan, ia lega mendengar itu dan berharap kali ini Luhan lah yang benar-benar akan terus menemaninya.
Dan di balik pelukan itu, Luhan hanya menyeringai.
.
.
.
Siapa yang ingin terus jadi anak baik?
Apakah aku tidak boleh menjadi egois?
Bukankah aku sama sepertimu, kakak?
.
.
.
Chapter 1 "Curiosity of Butterfly" END
Halo.. Saya newbie dalam per-ff-an EXO jd mohon maaf kalo tidak berkenan.
Chapter 1 finished, fyi.. Fanfic ini bakal bercerita tentang 4 pairing utama yang udah saya sebutin diatas. Masing-masing chapter bakal berfokus ke pairing yang beda tapi gak menutup kemungkinan pairing lain bakal ikut lagi.
Meski setiap chapter beda, tp semua tokoh ada di satu timeline yang sama jadi cerita di setiap chapter bakal berhubungan so, baca pelan-pelan ya.
Mungkin alurnya kecepetan karena saya ambil dari komik, ya namanya juga belajar ^^
Ohya sedikit bocoran, chapter depan bakal jadi story ChanBaek.. Ada yang minat lanjut? ^^
Gomawo~
.
.
.
.
Sign
Black Spica.
