Touch
by
Rarachiii
.
Naruto © Kishimoto Masashi
Tobirama S. x Karin U.
AU. angst. hurt/comfort. drabble. ooc. M for explicit rude language.
Enjoy.
.
.
.
Sentuhan.
Satu trauma, satu gelombang neurosis.
Hidupnya sudah tak lagi sama.
Tiga belas hari dikurung hanya dengan para bandit sialan dengan mata nyalang dan buas. Haus darah. Haus belaian.
Buas. Buas. Buas.
Satu. Dua. Tiga. Sentuhan kasar. Sentuhan yang menyisakan sayatan di lengan kanan dan sepanjang paha.
Saat rantai di kaki dan tangannya di lepas, apa katanya, setelah belasan hari membisu?
"Aku mau lelaki. Aku mau lelaki… siapa lagi yang mau kusetubuhi?—sini, sini. Jangan sok malu… aku disini, aku disini… siap melayanimu… sampai mabuk, sampai mabuk… sampai kau mati… kehabisan keringat…"
Mentalnya terbalik. Dia yang haus belaian. Haus darah. Haus kaki. Haus tangan. Tubuh-tubuh lelaki.
Satu sosok muncul dalam bayangan dinding yang terkelupas di ruang isolasi penyelamatan. Bangsal steril yang tak layak pakai. Perak panjang rambutnya. Lurus menantang gravitasi. Bahunya kekar, lebar. Di dada kiri ada lima lencana tersemat.
Mendekat. Mendekat. Mendekat…
Ia berjongkok. Tampak ragu sejenak, tangan mengambang. Selanjutnya surai merah tak tersisir itu diusapnya penuh sayang.
"Karin… Uzumaki… sungguh malang nasibmu."
Mata krimson nanar. Bertemu rubi yang kosong. Sama merah. Sewarna pigmen darah.
"Apa? Apa? Siapa? Siapa? Kau tampan… mau kusetubuhi? Sini, sini!"
Kilatan antusiasme. Senyum miris terukir di bibir sang komandan tertinggi.
Negara berdamai, hidupnya nelangsa. Tawanan perang yang malang. Jalang malang yang ia cinta.
Satu pelukan dari si lelaki lima lencana. Setitik air mata keluar dari sisi kedua netra. Iris merah yang berair. Lengan kuat yang merangkul tubuh ringkih sang mantan tawanan perang.
"Si… siapa… kau? Aku merindukan… pelukan… pelukan ini… kau siapa? Siapa?"
Krimson yang berair. Bahu kekar bergetar sesenggukan. Rubi yang memberi tatapan kosong yang bingung.
"Aku…"
Suara berat tertahan di pangkal kerongkongan. Krimson menatap rubi. Menenangkan, memberi pengertian, penjelasan.
"Istriku, ayo kita pulang."
Satu senyuman pilu. Basah di muka di hapus. Lengan kokoh yang membopong tubuh ringkih wanita. Kini rubi menatapinya dengan lembut.
"Tobirama?"
"Hm?"
"Kau mau kupuaskan?"
Senyum tipis.
"Tentu."
"Untuk kapan? Selamanya?"
Senyuman lagi. Kali ini entah getir atau bahagia. Getir, menerka 'kepuasan' mana, yang hanya untuk dirinya, atau sama teruntuk bebajingan yang ditembakinya semalam?
"Ya… selamanya, Karin."
.
.
.
End.
(;;;)
RnR plz?=))
how do you think about this one crack? kalo menurutku, mereka berdua cukup serasi. sayangnya idup di beda zaman "(
