Pays de Rêve
Jika kau lihat dari luar, cafe ini memang cafe biasa. Tidak semegah Starbuck ataupun se-elegan Hard Rock. Tapi cafe ini akan selalu menjadi tujuan utama ku, karena disini aku akan menikmati Coffee Americano pahit dengan rasa yang manis. –Bang Yongguk
.
Aku lebih menyukai Milk Caramel disini dibadingkan milik cafe lainnya. Tidak ada alasan khusus, hanya saja Milk Caramel mengingatkan aku dengan dirinya yang seputih susu dan semanis caramel. –Moon Jongup
.
Butter Choco Cookies. Ini sama seperti cookies buatan rumah lainnya, rasanya bahkan kalah jauh dari cafe lainnya tapi kesungguhan sang koki yang membuat aku menyukai cookies ini dan membuat aku jatuh hati terhadap sang koki. –Jung Daehyun
.
.
.
Milk, Cookies and Coffee
.
.
.
% Bitter Sweet Coffee
.
.
"Sudah kubilang artikel ini letakan dihalaman depan! Tidak akan ada yang ingin membaca seorang riwayat hidup nenek tua pemilik toko kue depan stasiun walaupun banyak yang menyukai kue buatannya. Kau seharusnya pajang foto Hyoseung atau Sunhwa saat pemotretan mereka kemarin! Cepat ulangi sana!" usir sang sajangnim.
Bang Yongguk menghela nafas.
"Arraseo sajangnim, maafkan saya," ucapnya sambil membungkuk. "Jika besok artikel itu tidak tepat waktu kau kupecat dari sini. Mengerti Bang Yongguk-ssi?" kata sajangnim tambun itu dengan penekanan diakhir kalimat. Yongguk hanya mengangguk pasrah dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang dipenuhi rancangan cover majalah.
Yongguk berjalan keluar gedung dengan gontai, memikirkan nasibnya kalau dia dipecat nantinya. Dia menengadah kelangit yang berubah menjadi abu abu kelam.
Tes.
Setitik liquid bening turun dari atas langit. Butuh 5 detik dan pada akhirnya Yongguk berlari menghindari tetesan air yang semakin membabi buta ingin membasahi segala mahluk yang ada dibawahnya.
Yongguk terus berlari tanpa arah. "Hujan sialan!" umpatnya sambil melindungi laptop yang ada didekapannya sekarang. Yongguk memicingkan matanya saat melihat bangunan bercat coklat kayu mahoni, tanpa pikir panjang dia memasuki bangunan itu.
Kling.
"Sela—aduh!" pekik seseorang saat Yongguk masuk kebangunan itu. Yongguk butuh waktu kesekian detik untuk menyadari bahwa dia sudah menabrak seseorang dan... terpesona.
"Ma.. Maafkan aku, aku sungguh sungguh menyesal," ucap Yonguk sambil membantu sesosok –namja- yang ia tabrak barusan. Namja itu berdiri dan membersihkan bajunya dan tersenyum membuat Yongguk mengira kalau dia sudah meninggal.
"Gwenchana, anda tidak apa-apa kan tuan?" tanya namja itu sambil tersenyum. Yongguk hanya bisa mengangguk kaku.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya namja itu lagi. Yongguk berdeham dan mengangguk, berusaha membuat dirinya tidak terlihat seperti orang idiot lagi.
"Aku ingin mengerjakan artikel jadi bisa tolong carikan tempat duduk yang tidak terlalu ramai?" tanya Yongguk sambil terus memperhatikan namja dengan mata yang membuat dia tertarik.
"Mari saya antarkan tuan," kata namja itu sambil berjalan mendahului Yongguk menuju tempat duduk dipojok ruangan. Setelah duduk dan memastikan tempat itu nyaman, Yongguk membuka menu yang disediakan disetiap meja.
"Aku ingin pesan Coffee Americano satu," namja itu dengan cekatat menulis pesanan disebuah notes. " Ada lagi yang ingin dipesan?" Yongguk menggeleng kecil.
"Harap tunggu sebentar, jika ada yang ingin ditambah anda bisa memanggil saya," kata namja itu sambil membungkuk kecil dan berlalu dari hadapan Yongguk.
"Tentu saja.. Kim Himchan," ucap Yongguk sambil tersenyum konyol.
.
.
Yongguk menyesap Coffee Americano-nya entah untuk keberapa kalinya sejak dia datang ke cafe ini. Dia mengusap wajahnya kasar bertanda dia sudah lelah.
"Tuan, maaf cafe kami sudah mau tutup," kata seorang namja yang membuat Yongguk langsung menoleh kearah luar jendela dan melihat arlojinya.
22.00 KST
"Maaf, aku terlalu fokus mengerjakan tugasku," kata Yongguk sambil buru-buru merapikan barang-barangnya.
"Tidak usah terburu-buru tuan, saya bisa menunggu anda dulu," kata namja itu sambil membantu merapikan kertas-kertas tulisan tangan dan memperhatikan sekilas.
"Bang.. Yongguk?" gumam namja itu. Yongguk yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh. "Ya? Ada apa?"
"Himchan hyung, aku duluan ne? Jangan lupa kunci pintu, kau harus datang pagi besok." Teriak salah satu pegawai yang dijawab dengan lambaian tangan namja yang dipanggil Himchan itu.
"Maaf kau jadi harus menungguku," sesal Yongguk walaupun dalam hati dia ingin berteriak gembira . "Gwenchana Bang Yongguk-ssi," Yongguk tersenyum kecil dan mengangkat bawaannya. "Ayo keluar, aku sudah selesai," kata Yongguk yang dijawab anggukkan Himchan.
"Sekali lagi maaf sudah menyusahkanmu,"kata Yongguk sambil menunduk saat mereka keluar cafe. "Tidak apa-apa, bukankah pelanggan adalah raja?" gurau Himchan. Yongguk hanya menunjukan gummy smile yang membuat Himchan termenung sebentar. "Baiklah aku pulang duluan, hati-hati dijalan Kim Himchan," kata Yongguk kemudian berjalan menjauhi Himchan.
Sementara Himchan? Dia hanya mengernyitkan keningnya. "Dari mana dia tahu namaku Himchan?" gumamnya sambil berjalan menuju halte. "Sudahlah," katanya kemudian sambil tersenyum kecil dan pipi yang bersemu merah.
.
-di lain tempat –
.
"Hyung kau habis darimana? Kau tega meninggalkan adikmu yang tampan ini kelaparan?" gerutu namja dengan gigi kelinci dan kacamata baca besar membuat dia terlihat manis sekaligus tampan. "Aku habis dari surga. Kenapa kau tidak buat makanan sendiri Moon?" tanya Yongguk balik ke arah namja yang dipanggil Moon itu.
"Kau tau aku tidak bisa memasak hyung. Surga? Kau habis terbentur apa hyung?" tanya namja itu. Yongguk hanya berdecak.
"Sudah jangan banyak tanya dan cepat tidur, kau besok sekolahkan Moon?" tanya Yongguk sambil mengaduk isi kulkas, mencari air mineral.
"Terserah kaulah hyung, selamat tidur," kata namja itu sambil berlari kecil kearah kamarnya. Sedetik kemudian..
"MOON JONGUP KENAPA KAU HABISKAN RAMEN MILIKKU?!" teriak Yongguk menggelegar sehingga membuat Moon Jongup menutup kedua telinganya dengan earphone
.
.
.
% Bitter Sweet Coffee end – continue to Caramel Macchiato –
~ Mind to Riview?
