Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi


Untuk yang ke sembilan kali, si surai merah bergradasi hitam menguap lebar sambil sesekali menyeka cairan bening di ujung pelupuk mata. Sepasang manik rubi miliknya memandang jenuh pada sesosok bunga matahari yang sejak dua jam lalu masih mengunyah kentang goreng. Kalau orang menyebut Kagami Taiga adalah monster pemakan burger karena memang dasarnya dia rakus, yang satu ini tidak bisa disebut demikian karena ia menyebut dirinya memang butuh obat pereda stress.

Makan banyak, perut kenyang, hati senang.

"Kalau mau pulang ya duluan saja, masih ada lima belas porsi lagi menantiku ssu."

Kening Taiga berkedut, "kau berkata seolah-olah aku sedang menunggumu."

"Eh? Aku tidak bilang, lho." Dia, Kise Ryouta, terkekeh diantara suapan terakhir. "Kalau begitu sekarang waktunya perpisahan, kan? Nah, see ya, Kagamicchi!"

Satu kedutan lagi di kening Taiga, tapi tidak berkata apapun. Sangat jelas ia geram sampai mengepalkan sebelah tangannya kuat-kuat. Senyum polos secerah matahari milik Ryouta telah mendidihkan kepalanya. Inilah saatnya untuk menonjok wajah itu. Ya, ancang-ancang, Taiga mengangkat tangannya dan ternyata menuju arah yang berlawanan ke arah ponselnya ketika ia sadar kalau Ryouta itu model dan pasti memiliki atasan yang berwewenang. Mungkin Taiga memang bandel, tapi setidaknya ia masih cukup waras untuk tidak memilih masuk ke penjara hanya karena mematahkan hidung si pemuda cantik di sebelahnya

'Kuroko pasti belum jauh dari sini.' Pikir Taiga sambil mengetik sebuah pesan untuk orang yang sedang dipikirkannya barusan dengan cepat kilat.

'Cepat kembali ke Maji Burger. Sekarang'

"Rupanya duduk disini itu paling aman ya. Tidak ada penggemar yang meneriaki namaku dan membuat kericuhan seperti biasanya ssu!"

"Hn."

"Dan Kagamicchi masih disini? Nanti pelatihnya marah lho."

"..."

"Kok malah diam? Mau irit kata kayak Kurokocchi biar cool?" Ryouta tertawa penuh ruah setelah menelan habis kentang terakhir. Meskipun masih ada satu bungkus lagi. "Mau diantar pulang sama model ssu? Hahaha!"

Taiga mencoba meredam emosinya dan lagi-lagi tidak menanggapi. Ia berusaha keras untuk mencari kata-kata yang mampu menutup mulut si surai emas tanpa harus melayangkan tinju di sana. Masalahnya, Taiga tidak bisa.

"Kise—"

Bagus! Ponselnya bergetar dua kali pertanda pesan masuk. Taiga cepat-cepat membaca balasan pesan Kuroko, 'Kuroko tolong cepat kembali...'

'Aku kembali sekarang. Kebetulan aku lupa beli milkshake.'

Taiga mengela napas lega secara terang-terangan meskipun itu hanya terjadi sesaat karena ia merasaan sengatan yang luar biasa mengalir melalui darahnya dan itu berasal dari sebelah tangannya yang masih berada di bawah meja. Bukan, Taiga tidak menggenggam barang-barang yang berbahaya semacam kabal dan sejenisnya.

Justru ia yang digenggam... sejak barusan. Ini masalahnya, Kagami Taiga tidak bisa pulang.

"Kise..."

"Hng? Apa?"

"Makannya bisa cepat?" Taiga mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Memberengut.

Sebelah alis milik Ryouta terangkat karena bingung namun tidak memperhatikan lawan bicaranya, "makan cepat bukannya bikin senang."

Hening mengitari mereka hanya untuk beberapa menit sampai akhirnya si surai merah bergradasi hitam memutuskan untuk berdiri. Pun itu membuat wajahnya tiba-tiba merona karena sesuatu yang memenggenggamnya ikut bergerak, sesuatu yang tidak langsung membuat Taiga kembali pada posisinya karena permukaan kulit yang lembut menyentuh kulitnya.

Ryouta tertawa seperti biasanya. Disamping itu, tidak ada lagi bungkus kentang yang tersisa di mejasepengelihatan Taiga. Itu berarti ia sudah sembuh dan ia yang memperhatikan itu buru-buru menarik tangannya, ya, menarik tangannya dari genggaman Ryouta yang sejak awal menahannya untuk pulang. Sayangnya, tidak berhasil dan tidak pernah bisa berhasil.

"Kise bastard! Release my hand!"

"Hah?"

"I can't go home because of this!"

"Hah?" Ryouta memperhatikan tangannya yang sekarang masih menahan tangan Taiga di bawah meja, ia cuman mengenggam, bukan mencengkram. "Kagamicchi bisa menarik tangannya sendiri kan? Aku tidak pakai tenaga kok pegangnya."

"Ki—"

"Kalau tidak suka, kenapa tidak dari awal saja kau menepis tanganku?"

"That is—"

Ryouta bergerak. Menggeser tubuhnya agar lebih dekat pada Taiga dengan seringai kecil, "Kagamicchi senang ya, digenggam olehku? Iya kan, ssu?"

Demi bumi, Taiga benar-benar ingin menonjok wajah si bunga matahari sekarang juga! Kalau perlu menjejalkan seluruh bungkus kentang goreng di sana pada mulutnya! Dan kini ia sudah berancang-ancang untuk melayangkan tinjunya dan lagi-lagi di interupsi oleh jari-jari Ryouta yang saling menyemat pada jari-jarinya yang kecoklatan. Ibu jari miliknya mengelus penuh lembut pada tepian punggung tangan Taiga.

Sontak Taiga melempar tatapan tajam padanya yang dibalas oleh seulas senyum tipis.

Wajah Kagami Taiga sekarang merah. Kepalanya siap meledak kapan pun. Jantungnya berpacu tak statis. Dan yang bisa mengakhiri ini hanya Kuroko.

'Dimana Kuroko... katanya—'

Tiba-tiba jarak wajah diantara mereka tinggal satu jengkal, "Kagamicchi! Aku masih ada beberapa potong kentang lagi, nih, aku suapi ya ssu~!"

"M-MENJAUH KAU, KUNING!"

Lagi, wajah Kagami Taiga sekarang merah—lebih kental warnanya sampai menjalar ke telinga. Setelah ini, kepalanya dipastikan meledak dan ia tidak mau sampai itu terjadi karena impiannya sebagai orang nomor satu di Jepang belum tercapai... Pikir Taiga yang masih sempat-sempatnya.

Lalu ponselnya kembali bergetar. Ia segera melepaskan diri kemudian berlari menjauh, hendak keluar dari Maji Burger secepat mungkin dan mencari Kuroko—walau lebih tepatnya menyembunyikan wajahnya saat ini dari Kise Ryouta atau tidak ia akan ditertawakan lagi. Sudah cukup.

Dan begitu ia membuka pesan...

'Tapi kalau kau menyuruhku untuk menarikmu pulang dari Kise-kun. Lebih baik beli milkshakenya besok saja. Maaf Kagami-kun. Selamat malam.'

"Kagamicchi~! Tunggu aku ssu yo~!"

END—


A/N: Salam kenal, saya author baru di fandom ini, pindahan dari fandom sebelah dan sudah hampir 2 tahun tidak menulis FF -3-v Dan saya memang baru-baru ini love this pair so much. Heheh.