All Character is Masashi Kishimoto©
Hashi-sama
.
.
Ino Yamanaka
( X )
Senju Hashirama
RATED : M
.
.
.
Sampai saat ini dirinya bahkan mengira masih berada di alam mimpi, eh tidak, maksud Ino semua ini seperti mimpi..
Ya.. semua yang terjadi ketika Otou-sannya meninggal dunia, disusul hingga kejadian hari ini, pria dewasa yang menjabat sebagai Hokage pertama dikonoha benar-benar menepati janjinya pada Otou-sannya untuk...
menikahi.. dirinya.
Saat pertama mendengar hal ini tentu saja membuat Ino terkejut bukan kepalang, ia bahkan merasakan kepalanya berputar saat itu hingga ia merasa dunianya beralih menjadi gelap dan berakhir dengan ia yang tidak sadarkan diri.
Ia sempat berpikir jika otak otou-sannya sedikit tergeser, apa otou-sannya gila? meninggalkan pesan tak masuk akal seperti itu pada Hokage? Mimpi apa ia?
Hm..
Ino jadi penasaran dengan ekspresi Hokage yang memimpin desa Konoha itu saat pesan tersebut keluar langsung dari mulut ayahnya. Hahaha
Yang pasti Hashirama menganga tidak percaya.
Tetapi setelah mengetahui alasan mengapa Otou-sannya sampai meninggalkan pesan konyol seperti itu karena hal kebutuhan hidupnya dan Kaa-sannya, ia.. menuruti saja, dan Kaa-sannya sendiri setuju.
Diusianya yang baru menginjak 16 tahun sekarang ini dengan kemampuan Ninjutsu Clan Yamanakanya yang masih meragukan, Ino berani bertaruh jika Hashirama tidak akan pernah mau meliriknya untuk menjalankan misi tingkat tinggi yang memiliki nilai upah setara.
Jadi ia tidak punya pilihan lain.
Lagipula Kaa-sannya bilang menjadi istri Hokage adalah keberuntungan untuknya, ia bisa bebas bertanya tentang ninjutsu apapun untuk dipelajari dan bisa berlatih dengan Hokage itu kapan saja, dan setelah ia pikir-pikir perkataan Kaa-sannya ada benarnya.
Setelah menikah dengan Hashirama perkataan Kaa-sannya terbukti benar, Hashirama sering kali membantunya berlatih Ninjutsu yang cocok dengan chakra dan kemampuanya, terkadang melatihnya Taijutsu dan terlebih lagi Hashirama melatihnya menguasai Ninjutsu medis.
Kabar gembiranya lagi adalah bahwa Hashirama sudah mengangkatnya sebagai murid.
Rasanya ia senang sekali, oh ya, setelah menikah ia diminta untuk tinggal dirumah Hashirama, dan hari ini tepat 60 hari lamanya ia tinggal dirumah Hashirama, awal datang yang ia rasakan adalah gugup dan canggung.
Terlebih lagi saat menghadapi wanita yang bernama Uzumaki Mito, Ino merasa jika kedatangannya dirumah Hashirama belum diterima sepenuhnya oleh Mito, terutama statusnya yang menyandang sebagai istri kedua.
Ia mengerti yang dirasakan Uzumaki Mito, pasti akan sangat sulit menerima fakta tersebut, tapi pernikahan ini sendiri wujud dari tanggung jawab Hashirama atas janji pada ayahnya.
Lagipula.. meskipun menikahinya tampaknya Hashirama tidak berniat memperlakukan dirinya layaknya sebagai seorang istri pada umumnya, maksud Ino Hokage tersebut tidak pernah menuntut untuk tidur sekamar dengannya dan– ya.. seharusnya Uzumaki Mito itu tidak perlu khawatir, ia sama sekali tidak memiliki niat untuk merebut perhatian Hashirama.
"..no– Ino!? hey Ino!?"
Ia dipanggil ternyata, terlalu banyak melamun membuatnya tidak menyadari jika para Senpainya sudah bersiap untuk pulang.
"Heh? Hai, Gomen- Gomen, sudah pulang ya?"
"Ino kau daritadi melamun? Apa yang kau pikirkan hah?"
Ia menggeleng "Ti– dak"
"Ah aku tau, kau sedang memikirkan Hashirama-sama ya?"
Ia mengerutkan dahinya kesal, dan mendelik kearah Senpainya yang siap meledakan tawa ejekan.
Dugaan Senpainya itu memang benar, tapi yang ia pikirkan tidak hanya Hashirama seorang.
"Tentu saja tidak! aku itu sedang memikirkan kaa-san ku, kira-kira sedang apa ya dia? kaa-san?" Ino berjalan mendahului Senpainya.
"Heh begitu kah? kenapa rasanya aku tidak yakin ya?"
Ino memutar kedua bola matanya.
"Terserah kau mau percaya atau tidak! yang jelas aku tidak memikirkan siapapun, memikirkanmu apalagi" Ia melepas baju Labnya lalu menyelipkannya digantungan lemari dan sesegera mungkin pergi meninggalkan Senpainya yang terbahak.
.
.
.
"Oy Ino?"
Ino kenal dengan suara barusan, saat menoleh kebelakang, tebakannya benar, disana ada Hashirama dan seorang lagi yang memang sering berjalan bersama Hashirama untuk mengelilingi desa, dan kegiatan mengelilingi desa tersebut tampaknya sudah menjadi rutinitas sehari-hari keduanya jika memiliki waktu untuk bersantai.
Ino mengulas senyumnya kearah Hashirama, tanpa membuang-buang waktu lagi Ino pun berbalik dan segera berlari menghampiri Hashirama dan Madara.
"Hashirama-sama?"
Hashirama mengembangkan senyumnya.
"Mau kemana Ino?"
"Aku~ tidak ada tempat yang mau aku kunjungi, aku hanya ingin duduk ditaman, seperti.. biasanya"
Ino sesekali melirik Madara, sesaat menatap Madara, Ino merasakan ada yang.. ganjil dengan ekspresi maupun pada cara pandang Madara.
"Kalau begitu ikutlah denganku, kami akan berkeliling desa untuk melihat bangunan yang sudah selesai, apa kau mau?"
Berjalan disamping Hashirama dengan Madara sambil melihat bangunan yang ada didesa, menurut Ino tidak masalah, setidaknya ia tidak berduaan dengan Hashirama. Dengan begitu orang-orang didesa tidak berpandangan miring lagi terhadapnya.
"Hai, aku mau Hashirama-sama"
Hashirama tersenyum sembari mengangguk "Ayo"
Ino mengikuti gerak langkah Hashirama maupun Madara, dan Hashirama melanjutkan perbincangannya dengan Madara, sambil menelisik kearah bangunan yang berdiri dikiri-kanan mereka Ino kembali mendaratkan pandangannya pada Madara.
Menurutnya, Madara itu terlihat berbeda sekali dengan yang biasanya, setiap kali ia berjumpa dengan Hashirama dan Madara beberapa waktu lalu, Madara agaknya terlihat baik-baik saja, maksudnya, Madara pernah terihat beberapa kali mengulas senyum tiap kali Hashirama melancarkan aksi konyolnya.
Namun kali ini berbeda, raut wajah Madara bahkan terlihat lebih dingin, pandangan mata Madara yang lurus kedepan seolah menyiratkan kekecewa- an?
Kesedih-an?
Kekesal-an?
Dan.. masih banyak lagi, jika benar begitu, masalah apa yang sebenarnya menimpa Madara hingga membuat Madara seperti itu?
Jika penyebabnya adalah seorang wanita, Ino sekalipun tidak pernah mendengar jika Madara pernah menjalin hubungan dengan satu orang wanita pun di Konoha.
Dan tampaknya Hashirama pun menyadari jika suasana hati Madara sedang tidak dalam keadaan baik, terbukti dari cara bicara Hashirama yang sejak tadi mencoba mencairkan suasana.
Dan respon yang diberikan Madara hanya gumaman kecil dan tertawaan yang terlihat sangat memaksa, Ino mengernyit saat melihatnya.
'Ne Ne, lihat gadis itu, bukankah sangat mencolok sekali jika berjalan disamping tuan Hokage dengan pakaian seperti itu'
'iya, tidak salah lagi pasti dia yang duluan menggoda tuan Hokage'
Kening Ino berkerut tidak suka mendengar kata-kata barusan, tiga orang wanita yang saling berbisik di arah kiri belakangnya seperti sengaja memperjelas intonasi mereka. Ino menghentikan langkahnya.
Perkiraannya ternyata salah, mulut ember penduduk desa terutama wanita masih saja ada yang tertarik untuk mencela dirinya.
Hashirama menatapnya dan menggenggam tangannya "Ino, apa kau lapar? Bagaimana kalau kita mampir di kedai untuk makan?"
Ino mendecih dalam hati, ia tau Hashirama sedang berusaha mengalihkan pikirannya dari bisikan-bisikan tadi, Ino merasakan kini Madara memandangnya.
'Kasihan sekali Mito-sama ya'
'Untung saja Mito-sama orang yang baik hati, jika tidak riwayat gadis itu akan tamat'
Darah Ino seketika mendidih mendengarnya, ia sudah lelah dan ia mulai muak jadi buah bibir seperti ini, diam hanya akan membuat para penduduk semakin melunjak untuk terus mengatainya yang tidak-tidak, sekali-sekali para wanita penggunjing disana itu harus diberi pelajaran.
Ino mengepalkan tangannya, ia melepaskan genggaman Hashirama dan berbalik mendatangi tiga wanita paruh baya yang masih sibuk menggosip tentang dirinya, dan saat kedatangannya ketiga wanita itu terlihat terkejut.
"KALIAN INGIN SEKALI KUHAJAR YA!?"
Ino menarik leher baju dua dari tiga wanita yang terlihat shock atas perlakuannya, sedangkan Hashirama membulatkan matanya, tak mau tinggal diam Hashirama pun secepat mungkin menghampiri Ino.
"Daripada mengurusi urusanku KALIAN LEBIH BAIK URUSI SAJA KELUARGA KALIAN MASING-MASING!" Pekik Ino dihadapan wanita yang menjadi korban cekikannya, namun terlepas ketika Hashirama menepis kedua tangan Ino.
"Ino? hey Hentikan, sudahlah" Cegah Hashirama, Ino meneteskan airmatanya sembari mendecih.
"Kenapa Hashirama-sama menghentikanku? Mereka sudah jelas-jelas menghinaku, mereka mengatakan yang tidak-tidak tentangku?! Kenapa malah membela mereka?!" Ucap Ino terisak, Hashirama mencoba meraih bahunya namun dihindari oleh Ino.
"..." Yang dikatakannya memang benar, lihat! Hashirama bahkan tidak memiliki sepatah kalimat pun untuk membungkamnya.
Ino memberikan tatapan menusuk pada tiga wanita didepannya yang masih shock, lalu berbalik pergi meninggalkan Hashirama yang menatapnya dalam keheningan, dan melewati Madara yang memandangnya intens.
.
.
.
"Hiks.. hks.. "
"Dasarr brengsekk!"
JLEBB! KrASSh!
"!?"
Hashirama bergidik ngeri mendengarnya lalu melemparkan pandangan pada Tobirama dan Mito yang meminta kepastian jika yang menimbulkan suara didalam adalah orang yang mereka cari.
"Apa Ino yang ada didalam?" Tanya Mito pelan dan seketika mengerti saat mendapat anggukan dari Hashirama.
"Hah~ Yokatta, aku bersyukur dia tidak pergi keluar desa dan memilih menangis diruang pelatihanku"
"Seharusnya kau bersikap lebih tegas kepada para penduduk desa agar jangan menganggap remeh kerabat Hokage. Anii-chan" Ucap Tobirama sarkastik.
Hashirama menarik nafasnya "Tidak usah, "
"Kalau kau tidak mampu biar aku saja yang melakukannya" Sambar Tobirama, Hashirama hanya memberikan ekspresi bosan dan memilih tidak meladeni perkataan Tobirama.
Tokk Tokk
"Ino apa kau di dalam? Aku masuk ya?" Ucap Hashirama setengah memekik, namun tidak ada tanda-tanda Ino akan menjawab.
"Mungkin dia marah padaku" Ujar Hashirama setengah frustasi, Mito hanya mengggumam. Sedangkan Tobirama masih betah dengan ekspresi datarnya.
Tak mendapat jawaban sedikitpun Hashirama segera membuka pintu, dan ia terkejut setengah mati ketika melihat disekeliling Ino dipenuhi dengan bangkai ikan yang sudah termutilasi dengan sadisnya, serta berbagai macam bentuk benda tajam yang terlihat tergeletak ditempat yang sama.
Bahkan dikedua tangan Ino terdapat Kunai dan pisau bermata lebar yang siap diayunkan untuk memutilasi korban selanjutnya.
Sambil menelan ludahnya Hashirama melangkah masuk dan memutuskan untuk mendekati Ino yang masih betah menangis, lalu diikuti oleh Mito.
Hashirama pun duduk berjongkok didepan Ino, sementara Mito dengan perlahan mengambil beberapa benda tajam dan menjauhkannya dari jangkauan Ino, mengantisipasi agar Ino tidak melakukan hal yang nekat pada dirinya sendiri.
"I– no baiklah, aku tidak pernah menyalahkan tindakanmu –" Ucap Hashirama mencoba meraih kedua tangan Ino yang masih memegang benda tajam.
Ino semakin meningkatkan volume tangisannya, "Aku benci mereka mengatakan kalau aku yang menggoda Hashirama-sama, dasar brengsekk! tau apa mereka tentang kehidupankuu!"
"Iy– oy oy Ino–"
Syuutttt~ !
JLEBBB! JLEBB!
KRASSHH!
Pisau dan kunai yang diayunkan Ino dengan sukses menancap lantai, mengakibatkan lantai retak dan bagian yang tertancap seketika hancur.
Jantung Hashirama serasa akan melompat dari rongganya, nyaris saja kunai yang berada dilengan kiri Ino menancap dikakinya jika ia tidak buru-buru menghindar, Hashirama menelan ludahnya untuk kesekian kali, sedangkan Mito masih melongo.
Hashirama mencoba memasang senyum yang sekiranya terlihat manis didepan Ino.
"Iyaa.., sshst~ lain kali aku akan menegur mereka, aku pinjam sebentar ya" Rayu Hashirama, lalu dengan perlahan meraih kembali tangan Ino dan secepat kilat mengambil Kunai beserta pisau dari kedua tangan Ino.
"Sudah jangan menangis, " Ujar Hashirama, seraya menyerahkan benda tajam yang diambilnya pada Tobirama yang kini mendengus, Hashirama mengusap airmata Ino.
"Aku tidak akan membiarkan siapapun menghinamu lagi" Hashirama mencoba menenangkan Ino.
"Aku ingin pulang saja kerumah ibu, yang dikatakan orang-orang memang benar, aku hanyalah pengganggu" Ucap Ino sesekali terisak, Hashirama masih menyunggingkan senyumnya.
"Kau bukan pengganggu, eto.. jika kau pulang tidak akan ada lagi yang merawat bunga ditaman belakang, pasti bunga yang susah payah kau tanam akan mati.. sayang sekali kan?"
Mito pun mengangguki, "Benar"
Seakan terkejut dengan kehadiran Mito, Ino pun dengan segera menatap Mito.
"Jangan hiraukan perkataan orang-orang, anggap saja mereka angin lalu"
Dengan tatapan tak percayanya Ino masih menatap Mito, ini adalah pertama kalinya Mito berinteraksi dengannya, ia berpikir jika selama ini Mito membencinya.
"Oh ya Ino, mengenai pertemuan dengan Tsucikage, aku dan Mito sudah mendiskusikannya dan kami sepakat jika yang akan menemaniku kedesa Iwa adalah kau"
Mata Ino membulat tak percaya, sedangkan Hashirama dan Mito saling berpandangan dan saling bertukar senyum.
"Benarkah Hashi-sama? Em– Mito-sama?" Tanya Ino antusias meski diselingi dengan isakan. Hashirama dan Mito secara bersamaan memberikan anggukan.
"Waah~ terimakasih Hashi-sama, Mito-sama..!"
.
.
.
"Yosh... semuanya lengkap, hahhh.. akhirnya selesai! tinggal menunggu besok"
Ino tak henti-hentinya tersenyum, ia sudah lama menanti ini, pada kenyataannya selama ini ia begitu penasaran ingin terjun langsung kedunia luar untuk menjalankan misi, ya meskipun keikut sertaannya kali ini bukan sebagian dari misi, tapi tetap saja ia merasa senang sekali.
Ino meletakan tasnya disamping ranjang, dan kemudian merenggangkan kedua tangannya keatas.
Ino menutup mulutnya saat menguap.
Setelahnya ia memutuskan untuk baring sebentar, memejamkan mata dan membayangkan seperti apa perjalanannya kedesa Iwa besok, didalam hatinya sudah tidak sabaran untuk melihat alam luar.
"Haahh~ " Ia menghembuskan nafasnya.
Siapa tahu dipertengahan jalan menuju Iwagakure besok atau mungkin disekitar Iwagakure terdapat bunga yang berspesies baru, jadi biar bisa menambah koleksi bunganya yang ada ditaman belakang.
Ngomong-ngomong soal bunga ia pernah sekali melihat bunga jenis baru didekat salah satu pekarangan rumah klan Uchiha, mungkin jika ia meminta bibit bunga tersebut orang Uchiha itu pasti akan memberikannya.
Tapi pasti akan canggung sekali nantinya, ia bahkan tidak memiliki satupun teman dari Clan Uchiha. Sebenarnya ia mau saja bersantai diluar rumah sekalian mencari teman yang mungkin bisa menemani hari-harinya, tapi sejak menikah dengan Hashirama ia jadi terusik tiap kali menampakan diri didesa, wanita-wanita didesa tidak ada hentinya membicarakannya.
Ia takut saja jadi lepas kendali seperti tadi siang.
Hahh~!
Kali ini ia harus bisa mengendalikan dirinya, ia juga butuh udara segar diluar, terus-terusan dirumah seperti ini membuatnya jenuh.
Ino membuka matanya, lalu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar.
Ino melangkah menuju ruang makan dan mendapati Mito yang sedang menikmati hidangan dimeja, menyadari kehadirannya Mito menengok kearahnya.
"Ino ?"
"Ayo makan Ino.." Tawar Mito.
"Tidak, aku akan makan nanti, aku hanya ingin memberitahu kalau aku ingin keluar sebentar "
Mito terlihat terkejut, "Mau kemana Ino?"
"Hanya bersantai diluar, sekalian ingin memberitahu ibu tentang keberangkatanku besok ke Iwagakure"
Mito terlihat menimbang-nimbang permintaan Ino.
"Baiklah, tapi ingat Ino jangan sampai pulang larut malam"
Ino menarik sudut bibirnya seraya mengangguk "Hai Mito Nee-san, aku pergi dulu"
Mito pun mengangguk, setelahnya Ino beranjak pergi dan melangkah keluar.
.
.
.
Ino mengerutkan dahinya ketika melihat orang-orang desa memberikan senyum tiap bertemu pandang dengannya, biasanya para wanita-wanita dewasa itu berbisik dan memandang rendah dirinya, namun entah mengapa malam ini mereka malah terlihat ramah dan biasa-biasa saja.
Sambil membuang tatapannya Ino mendecih sinis, ia tidak peduli dengan para penduduk itu, yang jelas ia suka dengan suasana malam ini, terasa nyaman sekali, dan akan lebih nyaman lagi jika tidak melihat wajah memuakkan para penduduk yang masuk daftar hitamnya.
Ino memutar langkahnya, dan saat tanpa sengaja menoleh kearah lain, Ino melihat Hashirama dan Madara berjalan beiringan menuju lokasi perumahan klan Uchiha, karena rasa penasaran yang begitu tinggi Ino memutuskan untuk mengikuti keduanya secara diam-diam.
Saat Hashirama dan Madara memasuki area Uchiha sepenuhnya, Ino baru beranjak dari tempat persembunyiannya dan kembali mengikuti keduanya, hingga keduanya berbalik arah, dan berjalan menuju sebuah bangunan kuil, sambil mengikuti keduanya Ino mengernyit.
Hingga Madara dan Hashirama memasuki bangunan tersebut, Ino pun dengan sigap berjalan membuntuti keduanya hingga masuk sepenuhnya didalam kuil, Ino seketika menghentikan langkahnya saat Madara maupun Hashirama berhenti disebuah lantai yang menjadi perhatian keduanya.
Madara menyingkirkan lapisan tikar yang menutup lantai, hingga menampakan sebuah lantai yang berbentuk sisi kubus didepan sana, setelahnya Madara menggeser lantai tersebut lalu berjalan masuk kedalam sebuah lubang dan diikuti oleh Hashirama.
Ino tak henti-hentinya terkejut, ia penasaran dengan yang akan dua orang itu lakukan dibawah lubang itu.
Setelah memastikan tubuh Hashirama dan Madara benar-benar menghilang, Ino pun bergegas mendekati lubang tadi dan dengan langkah ragu menuruni tangga yang ada dilubang tersebut.
Ino sepelan mungkin menuruni tangga agar tidak menimbulkan suara sedikitpun, hingga mencapai anak tangga yang terakhir, saat mendengar suara Madara yang memulai percakapan, Ino dengan sigap menyembunyikan dirinya dibalik dinding.
"Batu tulis ini telah diwariskan pada Uchiha dari generasi-kegenerasi"
Sambil mendengarkan dengan seksama Ino melangkah mendekati ujung dinding yang menjadi pembatas jaraknya dengan Madara dan Hashirama, lama menarik nafasnya, dengan perlahan Ino menoleh dan memusatkan pandangannya pada Hashirama yang hanya diam menatapi batu bertulis didepannya.
"Batu ini belum pernah diperlihatkan pada orang luar. Untuk membaca tulisan dibatu ini dibutuhkan sebuah kemampuan khusus"
Ino mengernyit bingung mendengarnya.
"Inilah yang bisa kubaca sejauh ini.. "
'Satu dewa kestabilan memisahkan bayangan dan cahaya'
'Dan dua hal bertentangan inilah yang menjadikan dunia seperti sekarang ini'
Tatapan Ino berpendar ditiap sudut ruangan hingga tatapannya kembali terhenti pada sebuah batu bertulis, dan Ino mengetahui jika yang diberitahu Madara barusan adalah tulisan dibatu itu.
"Inilah kebenaran yang sebenarnya."
"Itu artinya, akan ada keadaan dimana kebahagiaan bisa diraih ketika dua pihak yang berlawanan bekerja sama, tapi makna kata-kata itu juga bisa diartikan sebagai hal lain"
Ino kini menautkan alisnya bingung, ia sungguh tidak mengerti dengan perkataan Madara, lagipula yang dilakukan Hashirama hanya diam.
Apa mungkin Hashirama juga tidak mengerti dengan kalimat yang diucapkan Madara?
Tapi rasanya, tidak mungkin.
"Hashirama.. apa menurutmu aku tidak tahu apa yang terjadi?"
"Serahkan Tobirama padaku, aku tidak bisa melakukan ini tanpamu."
Ino semakin mengerutkan keningnya, Ino sekali lagi menoleh dan saat menoleh kini Madara dan Hashirama saling berhadapan.
"Bantu aku sebagai tangan kanan Hokage dan sebagai sodara!"
"Dengan begitu rakyat akan pelan-pelan mengakui apa yang sudah kau berikan untuk desa! Dan setelah itu aku akan menunjukmu sebagai Hokage kedua"
Ino jadi sedikit mengerti, jika dilihat dari kalimat yang dilontarkan Hashirama, jika perkiraannya tidak salah, mungkinkah sekarang ini dua sahabat itu sedang berseteru?
Tapi jika dilihat-lihat lagi, menurut Ino tidak begitu.
"Tidak, setelah kau aku rasa Tobirama yang akan menjadi Hokage."
"Saat dia berkuasa Uchiha mungkin akan dilenyapkan, mengetahui hal ini, aku membujuk para Uchiha untuk meninggalkan desa, tapi beberapa dari mereka tidak mau mengikutiku"
"Madara.."
Ino jadi penasaran dengan masalah antara Madara dan Hashirama, Ino berpikir mungkin Madara ingin menjadi Hokage? Tapi.. sepertinya bukan karena itu.
"Aku tidak bisa melindungi adikku, dan sepertinya aku tidak bisa menepati janjiku padanya"
"Disaat aku ingin melindungi klan ku, aku malah tidak dipercaya oleh mereka."
"Itu tidak benar! semua orang–"
"Mungkin saat itu, seharusnya aku menyuruhmu untuk membunuh adikmu sendiri. Kau menganggapku sebagai saudaramu"
Mata Ino membelalak, ia begitu shock mendengar kalimat Madara, tapi tetap saja Ino dilanda kebingungan.
Sebenarnya... apa yang sudah terjadi?
"Tapi diantara kami siapa yang akan kau bunuh demi desa?"
Ino benar-benar tidak mengerti, ia mengetahui jika Tobirama tidak menyukai Madara, tapi..
Arh! Kenapa dirinya sulit sekali memahami barang sedikitpun?!
Ino merutuki dirinya sendiri.
"Aku mengenalmu dengan baik."
"Itu sudah cukup. Aku akan meninggalkan desa"
"Aku menemukan jalan lain yang akan kutempuh. Jalan itu semakin jelas setelah kita saling menunjukan perasaan kita satu sama lain. Kerja sama kita tidak lebih dari sekedar perang dingin."
Mendengar derap langkah Madara, Ino segera berlari menuju tangga dan bersembunyi dibaliknya.
"Tidak, Kau salah! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
"itulah kenyataan yang kau saksikan saat ini, Hashirama. Berhentilah menolaknya."
Grrhh...!
Ino mengerang frustasi, ia jadi sebal sendiri karena tidak mengerti sedikitpun makna dari ucapan Madara maupun Hashirama.
"Lebih baik, aku melihat dunia ini dari sisi yang berbeda"
"Kau tidak mendengarkan kata-kataku, Madara?" Hashirama terdengar kukuh mencegah Madara.
"Hanya kaulah satu-satunya yang bisa bertarung seimbang denganku"
"Sampai aku bisa mewujudkan mimpiku yang sebenarnya, aku tidak sabar menunggu pertarungan kita yang selanjutnya"
Ino lagi-lagi mengerutkan keningnya.
"Mimpimu yang sebenarnya itu apa? Aku pikir semua yang kita inginkan selama ini ada didesa ini!"
"Kau hanya belum melihatnya. Jika sudah waktunya, aku akan menunjukan seperti apa mimpiku."
"Kalau begitu ceritakan saja mimpimu padaku! Jika berhubungan dengan mimpi desa ini, aku membutuhkan kekuatanmu sebagai pemimpin dan seniorku. Dan sebagai seorang teman"
"Tidak ada kaitannya sama sekali. Dan kau tidak akan pernah mengerti. Mengejarku akan menjadi percuma. Kalian semua seharusnya sudah tahu, tidak ada yang sanggup mengejarku dari belakang"
Sedalam apapun ia mencoba, rasanya untuk memahami permasalahan dua orang tersebut terasa mustahil, ternyata ia memang tidak begitu mengetahui apa yang terjadi antara Hashirama dan Madara, tapi selama beberapa hari ini, Hashirama dan Madara tidak terlihat seperti sedang berselisih faham, Hashirama bahkan tidak bercerita.
Ino merapatkan tubuhnya disisi tangga saat mendengar derap langkah Madara yang menaiki tangga. Ino sesekali menengok kearah Hashirama yang masih terdiam ditempatnya. Setelahnya Hashirama bergerak menuju tangga, mengetahuinya Ino kembali bersembunyi dibalik tangga.
"Apa yang kau lakukan disitu Ino? Ayo pulang.."
Ino terkejut, padahal ia pikir ia bersembunyi dengan baik.
Mau tidak mau Ino keluar dari tempat persembunyiannya dan dengan perasaan malu menemui Hashirama.
"Hai' Hashi-sama"
Hashirama tersenyum sembari mengangguk, lalu menarik tangannya untuk menaiki anak tangga.
Ino sesekali menatap kearah Hashirama, untuk memastikan sesuatu, dan benar saja kekhawatiran tercetak jelas diraut wajah Hashirama, Ino sedikit bingung dengan perselisihan yang terjadi antara Hashirama dan Madara.
Jika dikatakan keduanya sedang bertengkar, tidak juga, dan jika dikatakan hubungan persahabatan Hashirama dengan Madara baik-baik saja, itu tidak sepenuhnya juga benar.
"Ano~ Hashi-sama" Ino tahu perbuatannya lancang karena telah membuntuti Hashirama dan Madara, terlebih lagi ia menguping percakapan mereka, tapi biar bagaimanapun ia adalah istri Hashirama kan? Dan ia pikir sah-sah saja jika ia ingin mengetahui urusan Hashirama.
"Hm Ino?" Hashirama menjawab seperti biasanya, seakan dirinya tidak mempunyai masalah. Ino jadi kagum dengan sosok Hashirama.
"Apa Madara marah padamu?"
Hashirama menarik senyum, "Tidak, Madara hanya menceritakan masalahnya"
Ino kembali menatap Hashirama, "Tapi Madara mengatakan akan pergi dari desa..?"
Hashirama masih mempertahankan senyumnya, "Tidak, Madara tidak akan pergi"
"Sou desu.."
Hashirama lagi-lagi menyunggingkan senyumnya, "Oh ya, kita akan berangkat pagi-pagi sekali ke Iwagakure"
"Hai, aku sudah menyiapkan perlengkapanku"
"Bagus."
ooOoOoo
SREETT!
"Hah?!"
JLEBB! JLEBB! JLEBB!
"Tobirama! Semuanya! Awaass!"
Mendengar kalimat refleks Hashirama, Ino seketika menghentikan langkahnya, dan betapa terkejutnya ia ketika Hashirama meraih tubuhnya dan membawanya melompat hingga jatuh memental dan berguling ditanah.
"Itai.."Ringis Ino.
DUARR!
DUARR!
DUARR!
DUARRRR!
Selanjutnya terdengar ledakan, Ino membulatkan matanya tak percaya.
Apa mereka sedang diserang oleh musuh?
Tapi siapa?
Ini bahkan sudah memasuki perbatasan Iwagakure.
"Matilah para bajingan Konohaa!"
Belum sempat ia mengeluarkan keterkejutannya, Hashirama sudah terlebih dahulu membekap mulutnya dan memberi isyarat agar diam.
"Matte! Kalian? Shinobi Iwa!?" Ino kembali terkejut saat mengetahui yang berbicara didepan sana adalah Hashirama, masih dihantui perasaan bingung Ino pun menoleh untuk memastikan yang memeluknya saat ini benar Hashirama, dan benar saja yang memeluknya saat ini memang Hashirama.
"Bunshin?" Tanyanya setengah menggumam dan diangguki oleh Hashirama yang kembali menyuruhnya untuk diam.
Hingga sedetik kemudian Tobirama muncul dihadapannya bagaikan kilat, Ino bahkan hampir memekik saking terkejutnya.
"Aku mengandalkanmu" Ucap Hashirama, Ino kembali dilanda kebingungan.
Belum sempat ia bertanya, ia merasakan dirinya kini berpindah kesuatu tempat, jika diperkirakan kecepatan perpindahannya dengan Tobirama setara dengan laju angin, melihatnya Ino berdecak kagum dalam hati, ia bahkan tidak tahu jika Tobirama ternyata sehebat ini?
Tanpa persetujuannya Tobirama kini membawanya berpindah pada tempat yang sekiranya memiliki jarak aman dari tempat penyerangan berawal.
Tobirama kini membawanya bersembunyi dibalik pohon, dengan ia yang duduk dan Tobirama yang berdiri dengan posisi siaga.
'Jika persahabatan dengan Konoha hanya dimanfaatkan untuk membuat Iwa tunduk pada Konoha! kami lebih memilih mati demi membela harga diri dan martabat Iwa daripada hidup untuk menjadi budak orang-orang Konoha!'
Meskipun samar Ino mendengar dengan jelas kalimat yang dilontarkan para ninja Iwa, disampingnya Tobirama terdengar mendecih.
"Bukankah Konoha dan Iwa saling bersahabat, Tobirama-san?" Tanya Ino.
"Benar, tapi sepertinya ada yang tidak beres dengan Iwa"
'Apa yang kalian bicarakan? Aku tidak pernah mengatakan bahwa Iwagakure harus tunduk pada Konohagakure! Siapa yang mengatakan seperti itu?'
'Beberapa hari yang lalu shinobi Konoha menyerang salah satu Shinobi kami! Dan Shinobi Konoha itu mengatakan jika Iwagakure harus tunduk pada Konoha!'
"Jangan kalian pikir karena Hi No Kuni yang terkuat! kami akan takut dan mematuhi perintah kalian! Kussoyaro!"
'Tsuchikage-sama sudah memutuskan persahabatan dengan Konoha! Dan Tsuchikage-sama sudah menetapkan jika membunuh Shinobi Konoha adalah misi tingkat S!'
Ino bahkan Tobirama sama-sama membelalakan matanya, Tobirama pun dengan segera meraih tangannya dan membawanya berpindah kesatu tempat ketempat lain.
"Kusso!" Umpat Tobirama.
Seterusnya Tobirama membawa tubuhnya berpindah ketempat lain, hingga sampai diperbatasan Tsuchi No Kuni, Tobirama kembali membawa nya berpindah ketempat yang jauh dari Tsuchi No Kuni tanpa henti.
Dan Tobirama baru mengakhiri Jutsu teleportasinya saat ia dan Ino berpindah disebuah desa kecil bagian Hi No Kuni.
Tobirama pun melepas tangannya, dan kemudian mengajaknya berjalan memasuki desa tersebut.
"Ayo. Setidaknya kita aman disini"
"Tapi, bagaimana dengan Hashirama-sama dan yang lain?" Tanya Ino resah.
"Jangan khawatir, mereka bukan tandingan Anii-chan dan kami akan baik-baik saja" Jawab Tobirama seadanya.
Ino menatap Tobirama bingung.
"Kami? Apa maksudnya kau.. yang bersamaku sekarang adalah bunshin?" Tanya Ino, Tobirama mengangguk.
"Benar. Ayo kita cari penginapan untukmu"
Ino hanya bisa mengangguk, sebenarnya banyak yang ingin ia tanyakan, tapi ia tidak yakin akan bertanya pada orang sedatar Tobirama.
"Ano.."
"Hn?"
Tobirama menoleh sebentar kearahnya.
"Kenapa kau membawaku pergi? Padahal aku bisa bertarung melawan mereka"
"Anii-chan akan mengijinkanmu bertarung jika kau sudah berhasil mengalahkan Bunshinnya" Ucap Tobirama singkat, padat, jelas dan terdengar pedas sekali.
Ino bahkan kesal, ia kini memilih bungkam, lama-lama berinteraksi dengan Tobirama bisa-bisa membuat emosinya naik.
"Kau menginap disini saja, sambil menunggu Anii-chan kembali. Aku akan berjaga diluar"
Ino mengangguk, "Hai"
Setelahnya Ino melangkah masuk, menemui wanita yang bertugas menerima tamu, tanpa basa basi lagi Ino pun memberikan sejumlah uang pada wanita tersebut.
"kamar untuk dua orang"
"Lantai tiga masih kosong, nona– eto.."
"Ino Yamanaka.."
"Ah, Nona Ino Yamanaka"
Ino menganggukan kepalanya dan mengambil kunci yang diberikan, lalu kemudian melangkah menuju tangga yang menghubungkan dengan lantai dua.
Sambil menaiki tangga, pikiran Ino melayang kekejadian saat menuju desa Iwa, jujur saja ia mengkhawatirkan Hashirama.
Ia tidak tahu jika menjadi Hokage ternyata sangat berat, kasihan sekali Hashirama, andai kemampuannya setara dengan Hashirama ia tidak akan pernah membiarkan Hashirama menghadapi Shinobi -Shinobi itu.
Ino membuka sepatunya, kemudian berjalan mendekati pintu kamar dengan ekspresi wajah murung, dengan malas ia membuka pintu kamar dan kemudian melangkah masuk.
Ia meletakan tasnya dimeja, kemudian duduk ditepi kasur. Dan Sedetik kemudian memilih merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Ia meringis saat penyerangan di perbatasan Iwagakure kembali melintas dikepalanya, ia sungguh terkejut, dan yang membuatnya begitu terkejut adalah saat mengetahui bahwa pelaku penyerangan merupakan Shinobi Iwa sendiri.
Dan itu terjadi karena Shinobi bahkan Kage Iwa tidak terima dengan Konfrontasi yang dilakukan Shinobi Konoha.
Namun perihal tersebut tidak diakui oleh Hashirama, bahkan Hashirama terkejut saat mendengarnya.
Ino berpikir jika mungkin Konoha berada dibawah fitnah yang dilancarkan oleh seseorang.
Ia yakin yang lainnya berpikiran sama, apalagi Hashirama, yang merupakan pemimpin di Konoha, yang berhak mengetahui dan memberi ijin kepada para shinobi dan penduduknya untuk keluar desa, pasti memikirkan hal yang sama.
Ino menggigit jarinya, ia hanya berharap Hashirama akan kembali dengan selamat.
Ya..
Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berdoa untuk keselamatan Hashirama dan ninja lainnya.
"Hoamm.."
Ino membenarkan posisi baringnya.
Memikirkan Hashirama lama-kelamaan membuatnya mengantuk, kedua kelopaknya kini bahkan tiba-tiba saja terasa memberat.
Dan..
Ino mengernyit.
Apa ini?
Ino merasakan ada yang aneh dengan dirinya, tiba-tiba saja tubuhnya tidak bisa digerakkan.
Saat memfokuskan pandangannya pada siluet bayangan didepan, kedua bola mata Ino seketika membulat lebar saat menangkap sosok familir berdiri disana sambil menatapnya.
Bahkan kini sosok itu berjalan mendekatinya, dan semakin orang itu mendekat ia semakin yakin jika sosok itulah penyebabnya.
Rambut hitam panjang yang mencapai bahu, iris mata merah yang terdapat.. tiga Tomoe dibagian tengah, bahkan dalam sekejap tiga Tomoe tersebut berubah menjadi lingkaran aneh.
Sesaat setelah melihatnya Ino merasa dirinya berada disebuah hutan lebat, dan alangkah terkejutnya Ino ketika mendapati tubuh ayahnya yang terbaring sekarat, ia terlihat akan bergerak, namun terhenti saat melihat keberadaan Hashirama disana.
Ino sesaat bernafas lega, namun sedetik kemudian tatapannya berubah menjadi shock dan tak percaya ketika menyaksikan Hashirama mengeluarkan dengan paksa jantung ayahnya hingga sebagian darah tersebut muncrat mengenai pipinya.
Disaat yang bersamaan Ino merasakan perutnya bergejolak, kedua lututnya kini bergetar.
Terasa nyata sekali..
Inikah yang sebenarnya terjadi dengan kematian ayahnya..?
Mengapa berbeda sekali dengan yang diceritakan oleh Hashirama...
Ino tidak terima ini, ia tidak rela jika nyawa ayahnya dihilangkan dengan cara keji seperti ini.
Hashirama...!
"AAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRGH!"
.
.
"Hashirama adalah orang yang licik. Dia tidak pantas diampuni."
"Menangis tidak akan dapat membayar nyawa ayahmu yang hilang dengan sia-sia"
"Mulai detik ini, Hashirama adalah musuhmu. Bunuh Hashirama"
"Bunuh Tobirama"
"Bunuh semua keluarga Hokage. Bunuh semua orang Konoha"
"Dan.. bunuh dirimu sendiri"
.
.
TO BE CONT
Hai Minna saya author yang kemarin update fanfict MadaIno-See You Again, Gomennasai udah me-remove story yang itu, bukannya saya gak bertanggung jawab tapi saya punya alasan kenapa sampai me-remove Ff itu.
Rencananya sih saya mau ngelanjutin FF See You Again tapi saya udah lupa alur ceritanya, tapi ff ini saya update sebagai gantinya kok, terus buat yang kemarin neror saya, Gomen ya.
Kalo udah baca jangan lupa tinggalin review Buat pencinta Ino juga, jangan lupa RnR.
terus buat yang udah setia me-Review di FF See You Again kemarin, Terimakasih banyak ya~
Semoga yang baca pada suka, see you on chapter 2.
