Akhirnya chapter1 di aplot juga! A BelFem!Mammon School Fic.
Fitur-fitur sekolahnya saya samain sama sekolah saya aja, soalnya gatau sekolah yang lain gimana peraturan n aktivitasnya.. Jadi untuk kedepannya aktivitasnya bakal saya samain sama yang ada di sekolah saya. Maaf kalo ada salah kata dan maaf kalo pendek banget chapter ini.
Enjoy! :D
Mammon's P.O.V.
"Kau lama sekali, Fran"
"Sedikit lagi selesai, kak"
Aku hanya bisa menghela nafas dan menatap langit yang begitu biru serta awan tipis yang menghiasinya.
.
Hari ini lumayan cerah padahal dari kemarin hujan terus-menerus, ke sekolah saja rasanya sulit sekali karena macet dan jalanan yang sempit.
Seperti biasa, aku selalu selesai duluan dan adikku ini yang selalu membuatku terlambat pergi ke sekolah walau aku sudah berusaha bangun pagi namun tetap saja akhirnya aku terlambat.
"Selesai," kata adikku sambil membawa tas sekolahnya,
"Ayo, sudah telat nih" protesku,
"Hanya beberapa menit saja" kami pun berjalan menuju sekolah
Ini adik perempuanku dan satu-satunya, Fran. Ia sekarang duduk dikelas SMP 2 namun kelakuannya masih saja kekanak-kanakan dan menyebalkan. Walau terkadang nakal, ia adalah orang yang paling polos daripada seluruh orang yang pernah ku kenal.
.
"Wah kita telat, kak Mammon" Lapornya saat kami tepat berada di depan gedung sekolah,
'Sudah kuduga', batinku sambil menghela nafas.
"Yasudah, kita ke ruang guru saja" Ajakku sambil menggandeng tangannya agar jalan lebih cepat
.
"Fran, kelas 8E dan Mammon kelas 9D"
"Ya," jawabku singkat.
Setiap kali kami telat, kami di suruh melapor ke ruang guru dan mereka akan memberi surat peringatan kepada kami.
.
"Lapor ke guru kelas masing-masing ya. Kalian berdiri 1 jam pelajaran"
"10 menit saja, sensei. Kan kita baru telat 4 kali" sela Fran,
Dengan cepat aku menutup mulutnya agar ia tidak berbicara yang aneh-aneh lagi,
"Ya, kami akan lapor, sensei" Lalu dengan cepat kami melangkah keluar ruang guru,
.
"Kak, aku gak mau berdiri 1 jam pelajaran"
"Itu salahmu sendiri, Fran. Kamu yang buat kita telat begini"
"Aku kan udah bangun pagi"
"Jam 6 itu pagi? Kita masuk sekolah itu jam 6.30!"
"Ah, beda 30 menit"
"Sudah sana masuk!" perintahku daripada aku harus ketinggalan 1 jam pelajaran yang berharga.
Adikku itu tetap berjalan dengan santai menaikki tangga menuju ke kelas pertamanya.
Entah apa yang Fran pikir tentang sekolah, sepertinya ia santai sekali menghadapinya walaupun ada ulangan umum, belajarnya hanya asal-asalan. Dia juga bukan orang yang spesial dalam arti kalau tidak belajar bisa dapat nilai bagus, nilai-nilainya hancur sekali bagai anak yang tidak pernah sekolah.
Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah menjadi adikku.
Kelas pertamaku hari ini adalah matematika, jadi aku tak perlu naik tangga karena kelas itu berada dilantai dasar.
.
Tok Tok Tok
"Maaf aku telat," Ijinku sambil memasuki ruangan, sedangkan teman-temanku yang lain hanya menatapku dengan heran.
Mereka memang pantas heran, karena aku anggota OSIS namun aku sering sekali terlambat padahal jarak rumahku juga sangatlah dekat.
"Ini, sensei" kusodorkan surat peringatan kepada guru yang tengah mengajar,
"Mammon, kamu berdiri 1 jam pelajaran ini."
"Ya, sensei" Segeraku menaruh tas di tempat dudukku dan berdiri.
.
"Ushishishi.."
.
Suara aneh itu menyapa dari sebelah kananku yang ternyata berasal dari lelaki berambut pirang dengan poni yang menutupi matanya dan tiara diatas kepalanya.
"Kau siapa?"
"Oh ya," panggil guruku dari depan,
"Dia Belphegor, murid baru. Dia partnermu dalam pelajaran saya"
"Baiklah, sensei" kataku sambil melirik kearah sosok yang baru kukenal itu, sedangkan lelaki itu hanya tersenyum melihatku.
.
"Apa, Belphegor?"
"Shishishi, panggil saja Bel. Tenang, aku pintar dalam bidang ini"
Cih. Belum apa-apa saja dia sudah sombong. Tampaknya dia orang yang menyebalkan, terlihat jelas dari kelakuannya. Kedua kakinya dinaikkan di atas meja padahal sensei sudah menegurnya beberapa kali namun tetap saja ia keras kepala melakukan itu, seperti sudah membudaya di otaknya.
Pelajaran berjalan seperti biasa, namun kali ini aku sedikit kurang konsentrasi karena murid baru itu menggangguku terus menerus.
.
"Kau asal mana?"
"Jelas saja asal sini, bodoh"
"Shishishi, aku gak bodoh."
"Membohongi dirimu sendiri itu kebodohan paling bodoh"
"Belphegor, Mammon, jangan mengobrol" Sensei menegur kami,
"Oh, jadi namamu Mammon?" kata anak itu tanpa memperdulikan teguran barusan
"Simpan itu untuk nanti, Bel" kataku.
Aku berusaha untuk konsentrasi dan akhirnya ia pun mengerti juga. Tapi itu tidak bertahan lama, 3 menit kemudian ia melempariku kertas yang ia sobek dari buku barunya namun tampaknya sensei tidak melihatnya.
'Hari ini hari yang paling menyebalkan'
.
"Maaf aku telat"
"Yasudah, kakak lapar nih. Ayo cepat ke kantin" protesku lagi setelah menjemput adikku dari ruang kelasnya.
Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya istirahat juga. Waktu ini adalah waktu yang menyenangkan bagiku hari ini karena selama berjam-jam juga akhirnya aku bisa terbebas dari 'murid baru' itu.
Kami pun turun ke kantin. Aku membelikan makanan untuk Fran dan diriku, sedangkan Fran kusuruh mencari tempat untuk kami berdua.
.
"Ah, masa makanannya ini terus? Aku bosan" tolak anak itu
"Ini makanan paling murah. Jangan banyak omong, cepat makan"
"Mammon!" Aku menoleh ke sumber suara itu yang ternyata adalah si 'murid baru'
.
"Oh, kau" kataku dengan bosan.
"Shishishishi, aku akan makan bersamamu hari ini" katanya sambil duduk disebelahku,
"Tawa pacarmu aneh, kak"
"Dia bukan pacarku,"
"Shishi, kau menyebalkan sekali. Siapa dia, Mammon?" tanyanya sambil memandang ke arah adikku,
"Adikku" jawabku singkat sambil makan
"Oh. Adikmu menyebalkan,"
"Pacarmu juga"
"Diam kalian berdua" Perintahku sambil berusaha menikmati hidangan ini,
.
"Ada urusan apa kau datang kemari, 'murid baru'?"
"Tentu saja makan,"
"Kau kan cowok, makanlah sama cowok-cowok lainnya"
"Cih. Cowok disini bodoh-bodoh."
"Apa hubungannya?"
"Kak, aku kenyang" sela Fran
"Habiskan, Fran"
"Oh, jadi namamu Fran?"
"Kak, pacarmu sok tahu"
"Dia bukan pacarku!"
"Aku gak sok tahu!"
Aku membuang plastik bekas makananku dan beranjak ke ruang kelas untuk mengakhiri perbincangan yang tak ada hentinya ini. Dan dengan disadari, makhluk 'murid baru' itu membuntutiku. Memang wajar saja, kami kan sekelas, tapi entah mengapa dibelakangnya ada adikku yang membuntutinya,
.
"Fran, kau sedang apa?"
"Aku sedang mengamati kalian, apa kalian beneran pacaran?"
"Kau.." kataku geram, aku langsung berlari mengejarnya namun tanpa disengaja, adikku itu menabrak seseorang didepannya,
.
BUK!
.
"Aduh" ia terjatuh dan menatap sosok yang menabraknya,
"Oi, lihat-lihat dong"
"Kau? Bukannya-" Fran melihat ke arah Bel, lalu ke arah orang itu lagi
"Jadi pacarmu ada 2, kak?"
"Diam kamu! Aku gak punya pacar!" kataku sambil menarik tangan bocah itu,
.
"Siel, sedang apa kau disini?" aku menatap ke arah Bel yang tiba-tiba berbicara kepada sosok itu,
"Tentu saja sekolah, adikku yang bodoh." jawabnya,
"Kalian...kembar?" kataku menyela percakapan mereka.
Mungkin itu adalah pertanyaan bodoh karena memang kenyataannya mereka memang kembar. Namun hanya berbeda pada model rambutnya saja.
.
"Kak, kok dia gak minta maaf sih?" bisik adikku,
"Kau yang menabraknya, Fran"
"Tapi dia yang menghalangi jalanku,"
"Jangan berharap aku akan membelamu,"
"Cih." Lalu Fran menghampiri orang itu dan menatapnya,
.
"Kau tidak punya mata, ya?"
"Fran!"
"Baiklah, baiklah. Maaf aku nabrak senpai,"
"Sheshe, tidak apa" kata orang itu tanpa menghiraukan pertanyaan sebelumnya.
Anak yang lebih muda itu kembali menghampiriku,
.
"Kak, ayo kita pergi," ajaknya
"Iya. Bel, waktu istirahat tinggal 5 menit lagi, kau sebaiknya masuk ke dalam kelas" kataku layaknya anggota OSIS.
Ia hanya tertawa pelan dan kami bertiga pergi meninggalkan kakaknya itu.
.
"Kita ke kelas dulu, Fran. Shishishi" ucap lelaki itu yang tiba-tiba menggandeng tanganku dan berlari masuk ke kelas.
.
"Selamat bersenang-senang, kakak dan pacarnya"
.
KRIIIIING!
Pulang! Akhirnya aku pulang juga! Tapi sialnya, aku harus tetap menunggu adikku yang entah bagaimana ia belum juga keluar dari kelasnya.
.
"Kau menunggu Fran?" tanya Bel yang sedaritadi berdiri disebelahku,
"Iya,"
"Mau kuantar pulang?"
"Gak bisa," tolakku,
"Kenapa? Rumahmu dimana?"
"Disana," kataku sambil menunjuk rumah kecil yang sederhana dengan pagar berwarna hitam di depan.
.
"Itu tidak terlalu jauh" kata Bel,
"Pokoknya gak"
"Baiklah," lelaki itu menemaniku menunggu Fran keluar.
.
"Maaf aku telat"
"Kenapa lagi hari ini?"
"HP ku disita," mendengar alasan bodohnya itu, aku berusaha sabar-sesabar mungkin menghadapinya.
"Kenapa kau membawa HP?"
"Hari ini kelasku kosong, sensei gak masuk. Jadi teman-temanku bersenang-senang didalam, saat aku mau merekamnya, Collonello-senpai datang dan menyita HP ku. Terus aku dipanggil ke ruang guru"
Memang sebenarnya alasan itu masuk akal karena adikku ini terkena penyakit yang membuatnya sering lupa apa yang telah ia alami sebelumnya, jadi ia sesekali mencoba untuk merekam kejadian yang dia anggap istimewa menggunakan media apapun yang ia bawa. Dan kalau Collonello yang menyitanya, aku masih bisa mengambil HPnya balik karena dia dan aku sama-sama anggota OSIS. Aku juga berteman dekat dengannya.
.
"Yasudah, besok kakak minta balik. Tapi jangan dibawa lagi,"
"Iya, kak" katanya tanpa ekspresi.
.
Bel yang sedari mendengar percakapan kami hanya diam saja-
"Sekolah macam apa ini? Masa HP gak boleh bawa?"
.
Ternyata dia juga mau ngomong
.
"Itu memang peraturannya"
"Aku keberatan!"
"Jangan masuk ke sekolah ini"
Ia hanya menatapku dan aku menatapnya balik.
.
"Sudahlah, mata kalian sama-sama gak kelihatan. Buat apa tatap-tatapan?" bocah itu menyela
Sekarang kami serentak menatap sosok itu, namun sepertinya ia tak menghiraukan.
.
"Kak, aku ngantuk"
"Mammon, aku ke rumahmu hari ini"
.
Aduh, banyak sekali permintaan dari orang-orang itu,
"Iya, iya ayo pulang!" aku tak bisa berkata-kata lagi, capek sekali aku hari ini. Benar-benar buntu, tak bisa berpikir panjang lagi.
.
"Akhirnya pulang juga,"
"Shishishi, jadi ini rumahmu?"
"Iya,"
Seperti biasa, adikku langsung menaruh tas sekolahnya di sofa lalu ia berlari ke kamarnya entah mengerjakan apa. Sedangkan Bel sedang berkeliling sambil melihat-lihat foto di ruang tamu.
.
"Itu kau saat masih kecil?"
"Iya,"
"Shishi, Kau lucu sekali,"
.
Lucu? Apa aku tidak salah dengar?
.
"Sebelahmu itu siapa?"
"Bibiku"
"Oh, dia cantik,"
"Memang."
.
"Sepertimu,"
.
.
.
Aku menatapnya dengan sinis
.
'Apa maksudnya ini semua?'
.
.
"...Dia juga pianis yang jago sekaligus dokter hewan"
"Oh"
"Sudah?"
"Sudah apanya?" tanyanya heran
"Sudah puas kan melihat rumahku? Bagaimana kalau kau pulang sekarang, karena ini sudah sore-"
"Tapi aku belum ke kamarmu," Ia langsung pergi meninggalkan ruang tamu dan mulai membuka pintu kamar pertama yang merupakan kamarku serta menjelajahinya,
.
"Ini kamarmu?"
"Iya, maaf berantakan" kataku sambil merapikan beberapa kertas yang berserakan dilantai kamarku,
"Kau suka warna gelap ya?"
"Iya"
"Aku juga," ucapnya dengan girang sambil meniduri tempat tidurku,
.
"Oi, itu tempat tidurku!"
"Tentu saja, ini kan kamarmu, shishishi"
"Turun!"
"5 menit lagi," tolaknya,
Sungguh menyebalkan, tak seharusnya aku membiarkannya datang ke rumah.
.
"Mammon,"
"Apa?"
"Apa kau sudah punya pacar?"
"Belum"
"Oh, sayang sekali. Shishishi,"
"Yasudah, pulang sana!"
"Ok, Ok, tapi besok aku ke rumahmu lagi ya! Shishishi," lelaki itu berlari keluar rumah dan ternyata sudah ada mobil mewah didepan rumahku.
.
Ternyata itu punya Bel. Aku bisa mengatakannya karena Bel masuk ke dalam mobil itu. Pasti dia anak orang kaya.
Seumur hidup aku tidak pernah berteman dengan orang kaya karena aku tidak pernah merasakan menjadi orang kaya. Kata teman-temanku, orang kaya itu sombong, egois, dan semacamnya namun mereka benar. Bel memang sombong, tapi..
Dia berbeda
.
Tidak seperti cowok-cowok lainnya di sekolah,
.
Dia perhatian.
.
Tapi kenapa..?
.
.
.
Gahahahaha gimana? R&R plz :D
