Pair: Luka M & Gakupo K/Gackpoid
Rate: K+
Disclaimer: Yamaha Corporation
Genre:Tragedy&Romance

Bertemu lagi bersama saya HyuTen-chan dengan judul fic yang aneh XD, maaf sekali lgi niih sya malah bkin Fanfic yg lain -_- hehe, fanfic yg make a wish malah blm dilanjutin XD, aku akan buat menjadi 2 chapter, disini nama marga Rin jadi Megurine. Ok, Happy Reading ^^/

Sebelum membaca cerita ini, wajib membaca "WARNING". Saya udh memperingatkan di "WARNING" ya.

WARNING: AU,OC,OOC,TYPO,EYD berantakan, Kata-kata gak Baku, GaJe, DLL.

CHAPTER: 1/2

"Huh, kakak jahat! Sudah kubilang kalau malaikat pelindung itu ada! Tadi pulang sekolah baru saja aku ditolong olehnya, jangan mengejekku dong!" Ucap seorang gadis kecil berusia 9 tahun yang bernama Rin Megurine.

"Huh, terserah kau saja lah! Rin-chan... Aku tidak mau bertengkar denganmu cuma karna masalah sepele seperti itu, aku juga lagi banyak tugas dari sekolah masih mending aku menanggapi cerita konyolmu itu!" Bentak kakak Rin yang bernama Luka.

Luka sangat tidak percaya dengan hal mistik seperti itu apa lagi saat mendengar cerita Rin tadi. Lalu Luka segera melanjutkan tugasnya, terlihat Rin menggembungkan kedua pipinya dan ada rona merah karna sebal diperlakukan seperti itu oleh Luka.

"Ya sudahlah, lebih baik aku pergi dan tidak kembali lagi! Habis kakak lebih mementingkan tugas daripada aku," ucap Rin asal dan nekat pergi keluar rumah seraya membanting pintu rumah dengan kencang, padahal diluar sana sedang turun salju yang lumayan lebat.

"Hah... Terserah kau lah! Aku lelah," jawab Luka dengan nada kesal, walaupun tentu tidak akan didengar oleh Rin karna dia sudah pergi tadi. Setelah hampir 3 jam Rin belum pulang juga, ada rasa gelisah dibenak Luka, 'Kenapa Rin lama sekali ya?' Gumam Luka, sempat terbesit bayangan-bayangan yang negatif namun Luka segera menepisnya, 'Ah, tidak mungkin... Lebih baik aku menonton TV sambil menunggu Rin.' Gumam Luka dan beranjak pergi ke ruang keluarga.

Saat dia menyalakan TV, kebetulan sekali channel TV itu sedang memberitakan tentang kecelakaan yang terjadi disebuah jalan tidak jauh dari rumahnya, keringat dingin mulai keluar dari pelipis kepalanya dan jantungnya berdebar kencang tidak karuan, karna saat itu saljusedang turun sangat lebat jadi korbannya tidak terlalu terlihat dari TV namun mata Luka membulat dan jantungnya terasa berhenti saat korban itu diekspose lebih jelas lagi dengan darah yang bercucuran disekujur tubuh korban itu, dan korban itu adalah... Rin.

Acara pemakaman Rin sudah selesai sejak 20 menit yang lalu, sudah tidak ada orang di makam itu selain Luka, dia tidak merasakan dinginnya salju yang turun dari langit dan jatuh tepat dikepala maupun disekujur tubuhnya. Luka menunduk dan memandangi batu lisan yang bertulis `Rin Megurine` matanya sembab karna menangis , pikirannya kacau karna kejadian yang tidak terduga datang kepadanya.

"Malaikat pelindung katamu huh?" Ucap Luka kepada makam Rin, tepatnya berbicara sendiri.

"Sudah kubilang, jangan percaya dengan hal-hal aneh seperti itu! Sekarang mana malaikat pelindungmu itu? Kenapa tidak menolongmu saat kejadian ini terjadi hah? Hiks... Kenapa!" Ucap Luka, tangisannya pun semakin menjadi-jadi kakinya terasa lemas dan Luka terduduk didepan makam adiknya itu.

"Rin-chan..." Rintih Luka, dia tidak menghiraukan lebatnya salju saat itu. Luka sangat membutuhkan sebuah jawaban saat ini.

.

.

.

Malaikat Pelindung

"Eh, lihat perempuan itu... Sombong sekali perilakunya, baru masuk SMA saja udah sombong seperti itu kita kerjain aja yuk? Bagaimana kalau kita kerjainsaja dia?" Bisik seorang kakak kelas Luka ke teman sebelahnya, temannya itu mengangguk dan mereka tertawa bersama terlihat puas sekali. Luka hanya cuek dan terus berjalan menuju kelas barunya, Luka tidak menghiraukan bisikan atau ucapan kakak kelasnya itu toh Luka tidak punya masalah dengan kakak kelasnya itu.

Sesampainya didepan kelas, Luka segera masuk dan memilih tempat duduk yang kosong, karna saat itu sudah banyak sekali murid yang datang padahal masih pagi menurut Luka, dimanapun tempat duduknya itu tidak masalah bagi Luka, yang terpenting dia bisa belajar, itu saja. Ada dua bangku kosong di pojok kanan kelas, Luka segera duduk dibangku itu dan mengeluarkan buku untuk belajar, sebelum pelajaran dimulai lebih baik kalau belajar dulu kan.

"Maaf mengganggu mu belajar, boleh tidak aku duduk disebelahmu?" Tanya seorang laki-laki berambut ungu panjang yang sedang berdiri dan menunggu jawaban dari Luka. Luka hanya mengaggukan kepalanya dan tetap fokus pada buku pelajaran yang dia baca sekarang ini.

"Terimakasih," ucap laki-laki itu.

"Hn," jawab Luka singkat.

Terlihat seorang guru memasuki kelas itu. Luka segera menutup bukunya dan menaruhnya dimeja, "Maaf menunggu lama anak-anak, kita mulai saja pelajarannya ya! Eh, sebelum itu kita perkenalan dulu ya... Nama saya Meiko, panggil saja Ibu Mei. Nah, sekarang gantian kalian ya, eng... Mulai dari kamu," Meiko menunjuk Luka sebagai siswi yang pertama memperkenalkan dirinya, Luka segera berdiri dan memperkenalkan dirinya, "Luka Megurine, panggil saja Luka," Ucap Luka singkat dan kembali duduk, "Oke, Luka. Sekarang giliranmu," ucap Meiko sambil menunjuk laki-laki yang tadi sempat berbicara singkat dengan Luka.

"Perkenalkan namaku Gakupo, mohon bantuannya!" Ucap Gakupo semangat dan membungkukkan badannya, lalu kembali duduk. Acara perkenalan itu terus berlanjut sampai semua murid dikelas itu memperkenalkan dirinya, setelah selesai Meiko segera memulai pelajarannya.

"Oke anak-anak... Kita mulai pelajarannya, buka buku kalian halaman 3," ucap Meiko, lalu semua murid segera mengambil buku dan membuka halaman yang disuruh Meiko tadi. Meiko adalah guru Fisika.

Waktu demi waktu terus berlalu, bel pulangpun berbunyi dan saatnya untuk murid-murid pulang ke rumahnya masing-masing. Luka berjalan dengan santai keluar kelas, dia sengaja untuk pulang agak akhir mempersilahkan teman-temannya untuk pulang duluan, entah kenapa sejak kejadian itu Luka hanya ingin menyendiri dan tidak ingin bergaul dengan siapapun.

Saat Luka melewati sebuah gudang yang terletak didekat kamar mandi wanita, Luka merasa pundaknya dipegang oleh seseorang dari belakang lalu mendorong Luka masuk kedalam gudang, entah siapa yang membuka pintu gudang itu padahal tadi tertutup rapat pintunya, Luka terjatuh kedalam gudang itu dan dari luar terlihat ada yang menutup pintu itu dengan tergesa-gesa dan terdengar suara pintu yang terkunci.

CKLEK

Alhasil Luka mengerang kesakitan karna dorongan orang tadi sangat kencang dan tubuh Luka membentur lantai dengan keras, "Ukh... Sakit," rintih Luka sambil mengelus sikunya yang terbentur cukup keras.

"S-siapa sih orang itu! Tiba-tiba mendorongku hingga mesuk ke gudang ini, hm... Atau memang sengaja," ucap Luka dengan nada yang agak berat dan berdiri sambil membetulkan pakaiannya yang sedikit kusut. Luka memperhatikan sekelilingnya, ada beberapa barang yang aneh menurutnya ada pisau, cutter, beberapa peniti yang jatuh dilantai, dan... Cairan yang berwarna merah.

Luka berdiri kaku menatap cairan merah itu, spontan kakinya melangkah kebelakang dengan masih menatap cairang merah itu, jantungnya berdetak kencang dia sangat takut saat ini.

"To-tolong!" Teriak Luka dengan segenap kekuatannya, dia sangat takut karna dia trauma dengan cairan berwarna merah atau yang disebut darah.

"Hiks... Tolong! Aku takut... Tolong keluarkan aku dari sini... Siapa saja, tolong aku," lirih Luka, dia duduk meringkuk sambil menutup matanya dan berharap kalau seseorang datang menolongnya.

.

.

.

"Ahahahaha," tawa seorang perempuan lebih jelasnya seseorang yang mendorong Luka hingga masuk kedalam gudang tadi dia sebenarnya tidak sendirian saat melakukan aksi itu, dia bekerjasama dengan satu teman lainnya.

"Puas sekali kau Neru? Hahaha aku juga sih... Hehe," ucap temannya yang bernama Teto, mereka kakak kelas Luka yang tidak suka terhadap sikap Luka. Saat mereka bercakap-cakap tentang Luka didepan ruang kelasnya, kebetulan Gakupo lewat dari urusannya dengan kepala sekolah dan berniat untuk pulang namun saat dia mendengar ucapan mereka, Gakupo langsung mengurungkan niatnya dan malah mendatangi dua kakak kelasnya itu.

"Apa yang kalian katakan berusan?" Tanya Gakupo dengan nada yang sedikit marah. Dia tidak menghiraukan status dari dua perempuan itu, tidak tau mengapa kalau menyangkut Luka—perempuan yang baru saja dikenalnya tadi pagi, Gakupo merasa kalau dia harus melindunginya.

"A-ah? Tidak kok, bukan urusanmu! Sudah yuk Teto k-kita lanjutkan di rumahku saja," ucap Neru dengan sedikit terbata.

"I-ya," jawab Teto, dan merekapun pergi meinggalkan Gakupo, tingkah laku mereka terlihat aneh.

'Gudang?' Gumam Gakupo dengan mengulang sepatah kata yang tadi didengarnya dari dua kakak kelasnya itu, tanpa basa-basi Gakupo langsung menuju gudang yang dimaksud karna di sekolah ini hanya ada satu gudang.

Terlihat Luka tetap mencoba untuk menenangkan dirinya, dia mencoba untuk bangkit dan mencari cara untuk keluar dari gudang ini, dia ingin cepat-cepat pulang. Air matanya mulai mengering dan Luka sedang berusaha ubtuk keluar dari gudang itu, namun perasaan aneh membayangi dirinya, dia merasa ada sesuatu dibelakangnya, saat dia berbalik kearah barang-barang aneh itu, tiba-tiba ada benda yang bergerak kearahnya, spontan Luka berteriak dan lari kepojok ruangan itu dan terduduk sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.

"KYAAA...!"

'Luka?' Gumam Gakupo dan tanpa berfikir panjang, dia mendobrak pintu itu dan mendapatkan Luka yang sedang terduduk gemetar sambil menutup matanya dengan kedua tangannya itu.

Gakupo mendekat dan berjongkok didepan Luka, "Sudah tidak apa-apa," ucap Gakupo dengan lembut sambil mengelus rambut Luka dan bermaksud menenangkannya.

Luka langsung mendongakkan wajahnya dan malihat Gakupo yang sedang terseyum manis kearahnya, Luka langsung memeluk Gakupo dan masih terlihat gemetar, Gakupo membalas pelukan Luka dan membiarkan Luka menangis dipelukannya agar rasa ketakutan Luka sedikit menghilang.

"Te-terimakasih," ucap Luka sambil melepaskan pelukannya, dan terlihat semburat merah diwajahnya, manis sekali.

"Ya... Kau sudah tidak apa-apa? Apa yang membuatmu sampai seperti ini?" Tanya Gakupo.

"Tadi ada sebuah benda yang berjalan kearahku, aku tau itu tidak mungkin tapi... Aku takut," jawab Luka sambil menundukkan wajahnya.

"Haha, tadi hanya seekor tikus Luka... Lihat tuh didekat pintu, dia hanya ingin keluar dari gudang ini. Dan sepertinya tikus itu sedang mengejekmu," ucap Gakupo dengan maksud untuk mencairkan suasana, namun malah sebaliknya.

"Jangan mengejekku, dan sepertinya kau mahir berbahasa tikus ya, tuan micky," jawab Luka ketus lalu berdiri dan meninggalkan Gakupo sendirian, Gakupo hanya bisa bengong dengan perkataan Luka barusan, Gakupo langsung tersadar dari lamunannya dan segera menyusul Luka.

.

.

.

Suasana tidak mendukung bagi Gakupo untuk memulai sebuah pembicaraan karna sepertinya Luka masih kesal karna candaan Gakupo tadi. Namun Gakupo mencoba untuk memulai pembicaraan agar suasana menjadi tidak canggung.

"Em, masih marah ya?" Tanya Gakupo dengan hati-hati.

"Tidak," jawab Luka singkat tanpa menolah sedikitpun ke Gakupo.

"Ayolah... Aku hanya bercanda,"

"Hah, terserah kau, lebih baik kau jangan pulang bersamaku karna aku tidak suka pulang berdua bersama seseorang, apa lagi seorang laki-laki," ucap Luka tegas dan mempercepat langkahnya tanpa melihat kesekelilingnya.

"Hei, jangan begitu dong—Eh, awas Luka!" Teriak Gakupo sambil mengejar Luka, entah apa yang sedang diteriakinya.

"Sudah kubilang—" Ucapan Luka terhenti saat ada sebuah mobil dengan laju yang kencang menuju kearahnya, ternyata Luka tidak melihat tanda rambu-rambu bagi pejalan kaki, karena saat itu seharusnya pejalan kaki tidak boleh menyebrang karna saat itu lampu rambu-rambu pejalan kaki sedang berwarna merah.

"KYAAA!" Teriak Luka sambil menutup mata dengan kedua tangannya.

"Luka!"

BRAAAK

Yang kudengar terakhir kali adalah sebuah teriakan, dan terakhir kali kurasakan adalah, hangat.

TBC

Hahaha akhir chapter 1 yang aneh XD, gimana nih? Butuh kritik dan saran! ,d

Review Please?