Tsumetai no kazekage!

.

.

Malam ini adalah bulan purnama terakhir nya menikmati keindahan langit desa Suna yang tak ada indah-indah nya sejak dulu hingga sekarang.

Hanya gelap. Tak ada bintang atau sesuatu yang lain yang memperindah langit malam ini selain bulan purnama besar itu.

"Hahh..." Desah nya sembari berjalan menuju gerbang utama desa. ia benar-benar tak bisa percaya bahwa hari ini akan tiba, saat dirinya benar-benar diperintahkan untuk bertugas di perbatasan.

Sial…

Hey, lagipula kau sendiri yang menginginkan nya bukan!?

Ia sebenarnya tak begitu ambil pusing dengan perintah yang terlanjur didapatkan nya ini. Lagipula, sejak awal, dirinya sendiri yang menginginkan semua hal ini terjadi. Membuat surat permohonan masuk ke dalam divisi pengawas perbatasan adalah bagian dari rencana nya untuk melupakan seluruh isi hatinya dan juga memperbaiki keuangan nya yang semakin memprihatinkan akhir-akhir ini.

Yahh... Setidaknya setelah seluruh rumor yang beredar jika seseorang yang sangat ia cintai dari dulu telah memiliki calon istri.

Matsuri tak begitu perduli dengan semua itu sebenarnya. Karena ia sendiri memang sudah tahu jika hal seperti ini pasti akan terjadi cepat atau lambat. Ditambah dengan dirinya yang tak bisa apa-apa untuk memperjuangkan Gaara.

Sudahlah...

ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang. Mungkin inilah yang terbaik untuk dirinya saat ini.

Malam pun mulai larut. Tak terasa kedua langkah kaki Matsuri telah membawa dirinya tepat di depan pintu gerbang Suna.

Ia telah siap meninggalkan segalanya di belakang. Melihat sejenak untuk memantapkan hati, Matsuri menghilang dengan sekali lompatan.

oOo

Pagi yang sibuk di desa Suna, terlebih di sebuah gedung yang nampak begitu mencolok. Dimana sang Khazekage tengah melakukan segala kegiatan nya. Ia tengah sibuk-sibuk nya menandatangani segala persetujuan dan juga laporan dari daimyo dan tetua yang harus segera dicek dan disahkan sekarang.

Hingga sang sekretaris tiba-tiba masuk dan membawakan tumpukan baru untuk kedua kalinya di pagi hari ini.

Mengambil dan mempelajari laporan di tumpukan paling awal, Seketika itu juga Gaara langsung menemukan Nama Matsuri tercantum di kolom paling atas laporan yang tengah dipelajari nya itu.

"Laporan apa ini!?" Ucap nya masih mendalami kertas yang berada ditangannya itu.

Laporan itu tentang persetujuan pergantian shinobi penjaga perbatasan. Entah sejak kapan terakhir kali ia menandatangani berkas seperti ini, namun setidaknya setiap 5 tahun sekali, para penjaga perbatasan agan diganti, dan sekarang adalah tepat setelah 5 tahun berlalu dan tugas para shinobi baru untuk mengganti shinobi lama untuk menjaga perbatasan disana selama 5 tahun kemudian.

Dan disana tercantum Nama Matsuri!?

"Sedang apa dia disana!?"

Brak!

Seluruh dokumen yang tertata rapi di atas meja nya pun terjatuh dan terhambur ke seluruh ruangan. Tertinggal selembar kertas ditangannya yang telah merusak suasana pagi nya yang benar-benar menyenangkan. Setidaknya sebelum ia membaca laporan itu.

Sang sekretaris yang hampir saja jantungan, mencoba memunguti segala laporan, Surat dan perjanjian yang baru saja jatuh lalu menumpuk nya kembali di tempat yang aman. Hingga suara berat Gaara menyentakkan nya dan membuatnya menelantarkan surat-surat yang masih belum sempat dipunguti nya itu dan mendengarkan pertanyaan Gaara tentang dari mana asal laporan yang sudah membuat pagi sang Khazekage hancur berantakan.

Sang sekretaris itu menjelaskan, jika sebagian besar dokumen pagi ini berasal dari pada tetua. Sang sekretaris itu masih mencoba menjelaskan hingga ia sadar jika sang Khazekage sudah menghilang dari hadapan nya.

"K...Kemana!?"

oOo

Di pagi yang indah ini, Bakki, itulah sebutan dari salah satu tetua desa Suna itu. Tengah berusaha menyeruput teh hangat yang baru saja diantarkan oleh sekretaris cantik nya

"Pagi yang tenang…" Gumam nya, Hingga pintu ruangan nya itu tiba-tiba terbuka dan menampakkan sosok Gaara dengan wajah serius nya yang seakan bisa membunuh siapapun yang menatap nya.

Bakki hampir saja tersedak berfikir kalau barusan adalah Daimyo yang memang memiliki janji dengan nya setelah dirinya menyeruput teh pagi nya ini,

"Ada apa Gaara! Setidaknya ketuk lah pintu dulu sebelum masuk!" Ujar Bakki, Gaara hanya mendengarkan. Hingga ia menyodorkan sebuah Surat yang merupakan segala alasan kenapa ia berada di ruangan ini.

"Maaf Bakki, Bisa kau jelaskan apa ini?"

"Apa itu?" Diambil nya selembar kertas itu dari tangan Gaara dan mempelajari nya. Hingga Gaara mengajukan pertanyaan. "Kenapa nama calon istri ku berada disana!" Ujar Gaara dengan nada tinggi.

"Apa maksudmu? Siapa?" Ucap Bakki. Kebingungan dengan apa yang dimaksud oleh Gaara. Calon istri? Sejak kapan?

"Apa kau belum dengar apa yang kemarin aku bicarakan di kantor ku!"

"Dengar apa! Aku kemarin sedang berada di luar desa!"

"Bakki! Kau baru saja mengirim Matsuri untuk bertugas di perbatasan!"

"Jangan bilang Matsuri calon istri mu!"

"Aku belum bisa mengatakan iya, karena aku belum memberitahu nya, tapi! Setidaknya aku sudah memiliki rencana untuk melakukan itu!"

"Astaga Gaara! Kau? Hahahaha..." seketika Bakki tertawa terbahak-bahak setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Gaara, ia benar-benar tak mengira jika anak itu akan memiliki calon istri, apalagi pilihan nya sendiri?

"A... apanya yang lucu baki!"

"Tidak... tidak .. Maaf... hanya saja... aku tak pernah membayangkan kau akan mengucapkan hal seperti itu... bahkan kau memilih calon istri mu sendiri... haha..."

"Memang nya ada yang salah dengan itu?"

"Tidak... tidak hanya saja... kenapa Matsuri? "

"Apa maksudmu?" Gaara sedikit tersinggung dengan itu.

Pembicaraan tiba tiba berubah menjadi serius.

"Dengar Gaara... Matsuri adalah seorang shinobi yang biasa saja dia bahkan belum berada di tingkatan Jounin! Kau yakin dengan itu bisa memuaskan pada tetua yang sudah memberi mu pilihan putri cantik dari Klan Houki itu?"

"Aku tak perduli dengan itu… aku sudah memikirkan hal ini matang-matang dengan Temari nee dan Kankurou. Jadi ini sudah bulat!"

"Baiklah kalau kau sudah melibatkan Temari-sama dan Kankurou-sama... Aku hanya bisa mencoret nama Matsuri dari daftar ini."

"Lalu?"

"Lalu!? Tentu saja kau harus mengejar nya... Mungkin sekarang dia tengah kesusahan melintasi gurun kematian..."

"Dia sudah berangkat? Tanpa pengawasan sama sekali!?" pekik Gaara tak percaya mendengar apa yang diucapkan Bakki. Bagaimana bisa ia membiarkan seorang Matsuri berangkat sendirian melintasi gurun kematian!"

"Setidaknya itulah yang ku dengar tadi pagi... lagipula! Memang nya kita tengah membicarakan seorang putri Klan!? .. Matsuri tak akan mungkin mendapatkan pengawalan...!"

Dada Gaara benar-benar dibuat kesal dengan setiap orang yang ditemui nya pagi ini! Kesialan macam apa yang baru saja didapat nya! Sial! Pikir nya hingga ia sadar jika ia berlama-lama didalam ruangan ini, mungkin nyawa Matsuri akan dalam bahaya. Ia pun memutuskan untuk pergi dari ruangan ini dan mempersiapkan segala hal untuk menjemput si gadis pembuat masalah itu.

"Kalau begitu saya permisi!..."

"Semoga berhasil!"

.

.

.

Di sebuah gurun pasir nan gersang, dua sosok manusia tengah berusaha berjalan setengah berlari. Dengan berbekalkan jubah yang hampir menutupi seluruh tubuh mereka, Seorang yang berlari di belakang itu pun mulai angkat bicara.

"Gaara-sama! Sebenarnya apa yang kita cari disini! Aku hanya ingin mengingatkan jika kita sudah hampir mencapai gurun kematian kalau kau ingin mencari sesuatu…"

"Aku tahu itu Tetsu! Memang tujuan kita kesana... " Ujar Gaara tanpa menatap ke arah Jounin tipe Sensor yang sengaja dibawa nya.

"Dan jika kau menemukan atau merasakan chakra seseorang khususnya gadis berambut coklat pendek, jangan sungkan untuk mengatakan nya padaku.!"

"Kita sedang mencari seorang gadis? Di gurun kematian? Apa yang lebih buruk dari ini…!"

"Ya kau benar... apa yang lebih buruk dari ini… setidaknya aku hanya ingin menikmati kopi hangat ku pagi ini jika gadis sialan itu tidak berbuat masalah…" ujar Gaara terus berusaha mencari.

Hampir setengah hari, mereka tak menemukan apapun yang mereka cari, hingga Gaara memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah rumah tua yang hampir roboh di tengah gurun. Rumah yang sudah hampir setengah abad disana, bahkan Gaara sendiri pun heran kenapa rumah ini tak roboh bahkan tak tertimbun pasir sekalipun? Sedangkan disini setiap harinya pasti selalu terdapat badai pasir.

Benar saja, baru saja mereka sampai di depan rumah kecil itu, suara gemuruh badai pasir mulai terdengar. Dan awan pekat dari utara pun mulai terlihat.

"Gaara sama... sepertinya kita harus berlindung disini lebih lama..." Ujar Jounin itu.

"Kau membawa bekal kan? Karena aku sangat lapar..." Ujar Gaara hingga ia hampir saja membuka pintu reot rumah tua itu sebelum Tetsu menghentikan nya. "Gaara sama! Tahan dulu! Aku merasakan ada aura seseorang di dalam!" pekik Jounin itu serius.

Gaara yang terlalu sibuk memikirkan Matsuri dan badai gurun akhirnya sadar jika ia juga merasakan hawa seseorang di dalam rumah tua ini. "Terimakasih Tetsu!" Ujar Gaara mengeluarkan sebagian pasir dari gentong kecil nya. Namun tiba-tiba, ia mulai merasakan chakra seseorang dari dalam rumah ini lebih jelas dimasukannya kembali pasir-pasir yang sedianya akan ia gunakan untuk menyerang itu, dan berjalan mendekat ke arah pintu.

"Sepertinya aku tahu siapa yang ada di dalam..."

Wajah Gaara terlihat datar Dengan ekspresi yang bahkan tak bisa dinilai oleh sang Jounin. "Maksud anda?" Sang Jounin itu masih bersiaga saat Gaara membuka pintu rumah tua itu.

"Benar kan apa dugaan ku..." ujar Gaara masuk diikuti oleh sang Jounin yang kemudian melihat seseorang di dalam rumah itu, seorang gadis yang tengah dicari oleh sang Khazekage.

"Matsuri-san?"

"Kau mengenal nya?" ujar Gaara berjongkok disamping Matsuri yang tengah tertidur atau lebih tepatnya tak sadarkan diri. Bibir kering dan juga bekas-bekas luka di sekujur tubuhnya, Matsuri benar-benar telah berhasil menyita perhatian sang Khazekage.

"Ya, kemarin malam aku baru mengenal nya. Saat ia membantu nenek ku... aku tak mengira dia yang anda..."

"Dia memang bodoh... karena itulah mungkin sampai sekarang aku tak bisa lepas dari nya..."

"Apa maksud anda?"

"Tak apa... aku hanya berbicara pada diriku sendiri." Ujar Gaara tanpa melepaskan pandangan nya pada luka-luka Matsuri hingga berakhir pada bibir Matsuri yang terlihat begitu kering. "Lagipula Tetsu, berikan aku sebotol air!" ujar Gaara menyibakkan rambut Matsuri dan membenarkan posisi badannya.

Gaara kemudian mencoba meminumkan sebotol air itu kepada Matsuri. Bibir Matsuri yang tadinya kering itu pun kembali berwarna merah muda setelah terguyur oleh air dan berhasil meminum nya beberapa tegukan. Hingga ia mulai tersadar dan sedikit menggerakkan kedua kelopak mata nya

"Dia mulai sadar!" Ujar Tetsu, sambil menerima botol minuman yang telah kosong dari Gaara. Dan sekarang, mereka pun yang terdiam menunggu reaksi Matsuri selanjutnya.

"A… Apa yang terjadi…" Gumam Matsuri mendapati dua sosok manusia tertangkap kedua Indra pengelihatannya yang masih nampak kabur.

To be Continue…

Note : Kepingin nulis lagi, jadinya fanfic gaamatsu. Semoga kalian suka hehe.. akan saya updet setiap hari, jadi doakan saya ide mengalir trus ya…