Pocky Game

.

[ dedicated to my beloved Vongola's Cloud Guardian, Hibari Kyouya. Otanjoubi omedetou! ]

.

.

Katekyo Hitman Reborn! © Amano Akira

This fic © Kazue Ichimaru

.

Warning! This is shonen-ai and 6918 (MukuroxHibari) pair. Maybe OOC. Maybe you'll find a lot of typos here. Those who doesn't like it feel free to click 'back'

.

A/N : TUNGGU, Saya tahu ini kecepetan satu hari. Tapi mau gimana lagi, saya takut besok kuota internet habis jadi nggak bisa upload fic ini, hehe /malah curhat/

.

.

Enjoy!


Hari yang panas di kota Namimori. Maklum, sekarang sedang musim panas. Malahan hari ini adalah puncaknya sang raja langit memancarkan jilatan-jilatan apinya yang panas menembus bumi. Kalau sudah panas seperi ini, enaknya tidur-tiduran di sofa empuk, apalagi kalau di ruangan full AC. Seperti yang dilakukan sang penjaga kabut dari Vongola Family generasi kesepuluh ini…

"Kenapa kau ada di ruangan komite disipliner, herbivore…" Sang prefek Namichuu —Hibari Kyouya— bertanya tajam kepada mahluk berambut nana-… uhm, keren ini. Jangan lupa dengan tonfa yang sudah siap menghajar wajah mesu-… uhm, tampan ini.

"Kufufufu," sebuah tawa anomali terdengar. "Salah kalau aku menumpang tidur disini, Kyouya?" Iris heterokrom tampak saat sang pemilik membuka kelopak matanya.

Maklumin saja, Kokuyo Land itu tempat yang jauh dari peradaban. Jadi tidak ada sofa empuk apalagi AC disana. Bahkan dia —Rokudou Mukuro— yang katanya telah menjalani hidup di neraka pun tak kuat dengan panasnya Kokuyo Land saat ini.

"Kau bukan murid Namichuu. Enyah kau dari sini, herbivore…"

TRANG

Suara tonfa beradu dengan trident terdengar. Berkat kegesitannya, Mukuro langsung mengubah posisinya menjadi duduk dan menangkis serangan sang prefek.

"Oya oya, kasar sekali kamu padaku?"

"Orang yang menggangu ketenangan di Namichuu akan aku kamikorosu!"

Hibari lalu memukul tonfanya tepat di dagu Mukuro, membuat pemuda berambut indigo itu terlempar menghantam tembok; memberikan tembok putih mulus itu sedikit retakan.

"Kufufufu, sekarang siapa yang sedang merusak properti Namichuu tercintanya?" sindir Mukuro seraya bangkit, seakan-akan ia tidak baru saja menghantam tembok hingga retak.

Hibari mendecih, lalu menyarung tonfanya kembali.

"Tumben kau tidak ajak bertarung di luar?"

"Di luar… panas. Aku malas." Pemuda dengan iris onyx itu lalu duduk di singgasana ketua komite disipliner.

"Kufufufu, tidak seperti kamu saja."

Hanya hening yang membalas. Hibari terlalu malas untuk menimpali perkataan Mukuro. Terlebih mood-nya sudah sangat jelek sekarang.

"Ngomong-ngomong, aku punya permainan yang tidak akan merusak properti Namichuu tercintamu sedikitpun," lalu sang illusionis mengeluarkan sebuah kotak yang familiar di manik onyx itu dari dalam sakunya. "Ayo kita main pocky game!"

"…ha?"

"Jangan bilang kamu tidak tahu?"

Sang prefek hanya diam menatap kesal sosok aneh yang menghampirinya sambil tertawa.

"Oya oya, seorang ketua disipliner ternyata kudet ya. Baiklah, akan kujelaskan peraturannya…" Mukuro mengeluarkan sebatang pocky dari dalam kotak.

"Peraturannya mudah, kok. Aku memakan ujung pocky ini, lalu kamu makan ujung yang satunya lagi. Yang menang adalah yang menghabiskan potongan terakhir," iris heterokrom itu lalu menatap Hibari jahil sembari melambaikan batang pocky di depan wajah sang prefek, "shall we play?"

"Konyol. Aku tidak mau."

"Oya oya, Kyouya, kalau kamu tidak mau main berarti aku pemenangnya, lho~"

"Aku tidak peduli."

"Hee, jadi kau mengalah begitu saja? Payah sekali kamu."

Hibari mendengus kesal, "aku tidak payah!"

"So, shall we play?" tanya Mukuro. Digigitnya ujung pocky lalu membiarkan ujung yang lain mengapung di hadapan bibir sang prefek.

"Hn. Aku tidak mau kalah darimu." Hibari menggigit ujung pocky yang disodorkan. Membuat seringai senang nampak di bibir sang illusionis.

"Kufufufu. Oke, kita mulai sekarang."

Kres

Suara pelan pocky terpotong sayup terdengar. Hibari menggigit ujung pocky-nya sedikit —ralat, sangat sedikit sampai-sampai hanya bubuknya saja yang terasa di ujung lidah.

"Kufufufu." Mukuro tertawa di sela bibirnya yang masih mengapit pocky. "Kalau kau mengigit sesedikit itu aku yang menang, lho, Kyouya~"

Manik onyx itu menatap tajam mahluk di hadapannya.

CRACK

Kali ini suara pocky terpotong lebih keras dan jelas. Rupanya karena kesal sang prefek menggigit pocky terlalu banyak hingga tak sadar bibirnya sudah sampai di tengah makanan berbentuk stick tersebut. Dan sialnya, ia juga tak sadar kalau sang illusionis sedari tadi tidak memakan pocky itu sedikit pun dan malah asyik tersenyum mesum.

Oh, crap.

"Got you, Kyouya~"

Mukuro semakin menyeringai senang seraya memakan makanan itu cepat, hingga menghapus jarak antara bibir mereka berdua.

Sumpah. Kalau bukan peraturan 'yang dapat yang menang' Hibari tak akan sudi menyelipkan lidahnya ke dalam rongga mulut Mukuro. Sial, mana sang illusionis itu lebih cepat mendapat potongan terakhir pocky lagi! Terpaksa untuk beberapa waktu yang cukup lama Hibari bertempur lidah dengan lidah pemuda bersurai indigo itu; memperebutkan potongan kecil pocky di dalam pagutan dalam.

"Hhh…" Sang prefek sedikit mendesah setelah melepaskan pagutan dalamnya dengan Mukuro. Diusapnya tetesan saliva yang mengalir dari sudut bibir dengan punggung tangan.

"Oya oya, Kyouya, aku tak menyangka ternyata kamu ini tipe yang agresif." Mukuro mengusap lembut pipi sang prefek. Seringai senang masih belum menghilang dari wajahnya.

"Aku menang, herbivore. Sekarang pergi dari sini atau akan ku-kamikorosu…" ucap Hibari di tengah nafasnya yang memburu. Seberapa lama ia tidak menghirup oksigen semenjak berciuman dengan Mukuro? Tidak tahu, yang penting ia menang dari herbivore ini. Itu yang penting.

"Kufufufu, karena hari ini aku sudah puas menjahilimu, aku pergi dulu, Kyouya~" Lalu kabut berwarna indigo menyelimuti diri pemuda beriris heterokrom itu, lalu perlahan menghilang diikuti oleh hilangnya pemuda itu sendiri.

Hibari mendengus. Kembali menyamankan posisi duduk di singgasananya, pipinya ia tahan dengan sebelah tangan dan sikutnya bertumpu di senderan tangan kursi.

"Sialan herbivore itu. Aku jadi benci pocky sekarang." Sang prefek semakin menenggelamkan wajah di telapak tangannya. Nampak semburat merah tipis muncul di pipinya.

Oh, sepertinya mulai sekarang Hibari akan membenci setiap barang yang berhubungan dengan Mukuro; termasuk juga pocky sialan itu.

.

.

.

end

(dengan gejosnya)

[ 838 words story only ]

—05 Mei 2014—

A/N 2 : Saya menulis di tengah WB yang melanda. Jadi, maaf kalau abal dan OOC. /bows/