coba buat-buat story Fire Emblem.. yang akhir2nya malah dibuat berdasarkan cerita Story of Evil'nya Vocaloid.. hehe =w=' oh ya, story ini berdasarkan lagu The Daughter of Evil, Servant of Evil, dan Regret Message.

yea my first Fire Emblem Story.. Read n Review~~ XD

The Pitiful Twin

by: Red Bloodriver Ruby

Genre: Tragedy

Rate: K-T

Warning: gaje, norak, abal, misstypo mungkin, OOC to the max, dsb, dst

Disclaimer: Fire Emblem by Nintendo/Intelligence System

Part 1

"Roy, siniiiii!" teriak seorang gadis berambut biru tua dengan riang seraya melambaikan tangannya pada seorang anak lelaki yang berada berdiri meter darinya.

"Aku datang, Lilinaaa~" balas sang anak lelaki, lalu berlari menghampiri anak yang bernama Lilina itu.

Lilina kemudian berlari kearah wanita berambut hijau tua yang diikat dibelakang yang merupakan ibunya, Lyndis.

"Lilina, Roy, kemarilah.. cemilannya sudah aku siapkan" kata Lyn sambil tersenyum ramah. di tangannya terlihat sebuah nampan dengan beberapa kue buatan rumah dan juga 3 cangkir teh mawar.

"Ah, terimakasih, bu.. kebetulan aku lapar" Lilina duduk di teras kastil diikuti Roy dan Lyndis..

Karena rasa lapar dan lelah yang sangat dikarenakan mereka bermain sampai hampir 3 jam membuat Roy dan Lilina menghabiskan makanannya dengan cepat, seperti tidak dikunyah terlebih dahulu.

"Bibi Lyn, apa kau punya cerita yang bagus?" tanya Roy sambil mengambil teh mawar dan meminumnya.

"Iya, bu, apa kau punya cerita yang bagus? kami sudah lelah bermain.." rengek Lilina dengan mata berbinar. berharap bahwa Lyndis akan menceritakan kisah yang menarik kepada mereka lagi.

"Cerita yang menarik? hmm.. Let's see.." Lyndis tampak berpikir, tangannya ditaruh di dagu.

"Ah iya! aku punya."

mendengar itu Roy dan Lilina segera berdiri lalu duduk di depan Lyndis agar dapat mendengarkan ceritanya dengan

baik, seolah-olah Lyndis adalah seorang story teller.

"Ini merupakan kisah tentang sepasang anak kembar yang dipisahkan oleh takdir.."

"Anak kembar?" tanya Roy dan Lilina

"Iya" Lyndis mengangguk.

"mereka bernama Eirika dan Ephraim.

di sebuah negeri nan jauh.." Lyndis memulai ceritanya..

ya, di sebuah negeri nan jauh..

"Ukh.. ukh.." seorang gadis kecil sedang bingung membuat rangkaian bunga, tampak sekali bahwa dia tidak ahli soal begini.

"Err.. Kau sedang apa, Eirika?" tanya seorang anak lelaki yang berwajah mirip dengan anak gadis itu.

"NAH! SUDAH JADIII~~" teriak Eirika tiba2 sampai membuat si anak lelaki kaget. hampir terjungkal.

"Ephraim, aku membuat ini untukmu.." Eirika tersenyum seraya memberikan lingkarang yang terbuat dari bunga itu kepada kembarannya..

"Ah, benarkah? terima kasih, Eirika" Ephraim tersenyum.

sayangnya suasana yang hangat itu harus terganggu oleh bunyi langkah kaki kedua orang tua mereka.

"Ada apa, ayah, ibu?" tanya kedua anak berparas mirip tersebut kepada kedua orang dewasa yang kini telah berada di antara mereka.

"Begini.." sang ayah berdehem 2x sebelum mulai penjelasannya.

"Eirika, ayah dan ibu memutuskan untuk bercerai, dan ayah akan menikah dengan seorang ratu kerajaan."

kedua anak itu tidak menjawab, berharap ayahnya akan melanjutkannya sendiri.

"Supaya adil..Eirika, kau akan ikut ayah. dan Ephraim, kau ikut ibu."

mendengar itu, keduanya membulatkan bola mata mereka. perlahan tapi pasti, air mata mulai mengalir dari ujung mata Eirika.

"Ta-tapi.. aku tidak mau berpisah dengan Ephraim, ayah.." sekarang dia benar-benar menangis.

"Maaf, tapi kau harus" tanpa basa-basi, sang ayah menggendong Eirika dengan paksa "Say goodbye to your brother.."

"E-Ephraim..EPHRAIIIIM~!" teriak Eirika dengan berlinangan air mata, saat ini posisinya adalah menghadap kebelakang, sehingga dia bisa melihat juga buli-bulir air mata mengalir membasahi wajah saudara kembarnya.

"Eirika!" teriak Ephraim juga. Ephraim menjatuhkan rangkaian bunga tadi, lalu mecoba mengejar mereka. tapi sayang dia ditahan ibunya.

-Beberapa tahun kemudian, Ephraim's POV-

Aku tidak bosan membolak-balik buku yang berhadapan denganku sekarang. Memang pusing untuk membaca kalimat-kalimat tersebut sekaligus, toh aku bukan orang jenius yang ber-IQ lebih dari 400.

oh iya, buku yang kubaca sekarang adalah "How to be a Good Servant" yang dirilis oleh- oke, itu tidak penting.

Semua ini kulakukan karena aku ingin bertemu lagi dengan adik kembarku, Eirika. Walaupun hanya sebagai servant, aku tetap harus bisa masuk ke istana itu dan bertemu dengannya.

Oh ya, aku mendengar kabar angin bahwa sekarang sifat Eirika berubah. Katanya dia yang sekarang sangatlah egois dan arogan. I wonder if it's true.

...

Aku menutup buku yang beberapa jam lalu kubaca. akhirnya isi dari setiap halaman buku tersebut berhasil aku camkan baik-baik. Sekarang aku siap menjadi seorang servant.

Dengan pakaian rapi, aku berangkat meninggalkan rumahku ke Kastil Renais. Tempat Eirika berada sekarang. Tak lupa kutinggalkan surat untuk ibuku, supaya beliau tidak mencariku.

-Renais Castle, Normal POV-

"Ahaha! berlututlah dihadapanku, lalu memohon!" kata seorang gadis berambut biru panjang kepada salah seorang pelayannya.

"Sa-saya mohon, tolong ampuni saya, tuan putri.." pelayan tersebut sudah berlutut dihadapannya sebisa mungkin. sampai dahinya pun dia relakan untuk menyentuh lantai.

"Hm..hm.. permintaan maaf tidak diterima. kau pikir seberapa besar kesalahanmu, hah? Kau.. menyingkir dari hadapanku sekarang, dan jangan berani muncul dihadapanku lagi."

"To-tolong beri saya kesempatan sekali la-"

"Tidak tidak tidak.." sang putri menggoyang-nggoyangkan telunjuk kanannya. "Kau keluar sekarang atau kusuruh algojo untuk menghukum mati dirimu!"

GULP

"B-baik tuan putri, saya permisi.." Pelayan itu mulai membawa kakinya keluar dari ruangan itu.

"Haaaah" sang putri bersandar di singgasana tempatnya duduk sekarang.

tak terhitung sudah berapa kali dia memecat pelayan pribadinya hanya karena kesalahan kecil yang mereka buat. Memang sulit memuaskan putri satu ini dalam hal pelayanan.

namun kemudian seorang butler datang dan membungkuk dihadapannya.

"Putri, kami sudah mendapatkan pelayan pribadi yang baru untuk anda" katanya.

"Suruh dia kemari"

"Baik, milady.."

-Eirika's POV-

Pelayan pribadi yang baru.. LAGI? Oh my.. masih ada saja yang mau menerima jabatan itu.. hm.. sampai kapan ya dia akan tahan mengurusiku?

aku menyunggingkan bibirku sehingga membuat sebuah seringaian.

tak lama kemudian, seorang pemuda dengan seragam pelayannya masuk dan menghadapku. Begitu dia berada di depanku, dia langsung menunduk, sebelah tangannya dia taruh di dada, sedangkan kakinya ya.. bayangkan saja seorang ksatria yang sedang bersumpah pada seorang putri. Aku tidak bisa melihat wajahnya, dia daritadi menyembunyikannya dengan menunduk. Tunggu.. rambutnya itu.. sepertinya familiar..

"Kau, yang akan menjadi pelayan pribadiku untuk selanjutnya?" tanyaku padanya untuk memastikan.

"Iya, tuan putri" jawabnya sambil mempertahankan posisinya yang tadi.

"Angkat wajahmu"

seperti yang aku perintahkan, dia mengangkat wajahnya.

Aku membulatkan mataku. wajah itu.. wajah itu..

"E-Ephraim.. apa itu kau?" semprotku padanya dengan nada berharap-harap

"Yes, milady. It's me. From now on, you shall be my princess, and I'm your servant"

-To be continue-

hehe.. demikianlah part 1'nya.. Review please~ ^w^