U-turn
2016 © tryss
.
Jung Hoseok XKim Taehyung
hopev
.
T / One-shot / Romance / Fluff
.
Story
Hoseok duduk di sofa merah yang ada di ruang depan. Akhir-akhir ini cuaca cukup dingin dan mengharuskan Hoseok untuk memakai pakaian tebal di dalam rumah. Pemanas ruangan Hoseok juga mulai tidak berfungsi dengan baik, ingatkan dia untuk membeli yang baru dan lebih awet. Malam sudah terlalu larut dan parahnya, insomnia yang diderita Hoseok mulai kumat.
Pintu depan rumahnya lebih menarik dari pada televisi yang menyala dihadapannya. Nafas Hoseok memburu kemudian matanya berkaca-kaca. Hoseok mengalihkan pandangannya dan berusaha fokus pada televisi. Dan Hoseok sadar, semua ini percuma. Ia akan kembali menengok pada pintu depan flatnya.
Hoseok memejamkan matanya, berusaha untuk tidur di sofa, tapi semakin lama Hoseok menutup mata, bayangan Taehyung semakin jelas. Rasa sakit itu menggerogotinya perlahan, mendesak dadanya hingga Hoseok kesulitan bernafas dengan bebas. Tapi akankah Hoseok mati jika ia kehabisan nafas? Semoga saja iya.
Hoseok mendengar pintu flatnya terbuka. Sama persis seperti dulu ketika Taehyung datang untuk tidur di flatnya akibat orang tuanya yang sedang bertengkar dirumah. Hoseok membuka matanya, namun yang ia dapat hanya kekosongan belaka.
― "Hosiki hyung, aku datang!"―
Suara itu menggema dalam kepalanya. Memantul kesana kemari untuk kemudian meresap dalam sel-sel otaknya. Apa hanya Hoseok seorang yang merasa ditinggalkan seperti ini? Sepertinya begitu. Apa hanya Hoseok yang terluka? Apa hanya Hoseok yang menunggu keajaiban datang? Kenapa harus Hoseok seorang? Kenapa Kim Taehyung tidak begitu juga? Kenapa hanya dia, Tuhan?
Hoseok memang tidak ingin mengakuinya secara langsung, tapi inilah faktanya.
Hoseok masih mencintai Taehyung. Mengemis cinta si pemuda manis dari kampus sebelah.
Ingin rasanya mengejar Taehyung, meminta maaf, menanggung segalanya sebagai kesalahannya dan memulai dari awal. Seandainya semudah membalik telapak tangan, Hoseok tentu akan melakukannya. Akan tetapi, angan tetaplah angan tanpa usaha.
Hoseok tahu bahwa ia tidak pantas bersama Taehyung, tidak pantas pernah menjadi kekasih pemuda itu. Taehyung memang tidak terlihat terluka, tapi Hoseok tahu luka itu masih ada. Jika Taehyung kembali bersamanya, lukanya pasti akan melebar.
Jauh di lubuk hatinya, Hoseok tetap teguh. Apapun kemungkinan yang terjadi, Hoseok akan selalu menunggu Taehyung.
Hoseok meraih ponselnya, pukul setengah dua malam. Biasanya Taehyung akan ke flatnya setelah berpesta dengan temannya dengan bau alkohol yang menyengat. Dan hingga keesokan harinya ia tidak bisa tidur karena mengurus Taehyung yang hang-over.
Kali ini Hoseok memaksakan dirinya untuk tertidur saat―
"Hyung, kau tidur di sofa?"
—suara husky menggemaskan Taehyung menggema di setiap sudut flat. Hoseok berusaha mengabaikannya. Ini pasti hanya fantasi belaka, pikir Hoseok.
Sebuah tangan dingin menyentuh pipi Hoseok di iringin deru nafas yang familiar. Hoseok membuka matanya dengan cepat, tidak ingin fantasinya segera menghilang. Demi Tuhan, ini terasa sangat nyata. Mata yang tadi nyaris terpejam itu mulai berkaca-kaca. Dengan tangan bergetar, Hoseok menyentuh tangan dingin yang bertengger di pipinya.
Dia disini!
Pujaannya. Cintanya. Nafasnya. Kim Taehyungnya.
"Taehyungie—" Hoseok kelihangan suaranya. Kemudian, sepasang lengan melingkupi tubuhnya untuk sebuah pelukan hangat, Hoseok mulai menangis kencang.
"Jadi benar kata Jungkook. Kau tidak keluar selama sebulan, jarang makan―dan mungkin juga tidak mandi." Taehyung mendorong tubuh Hoseok untuk melepaskan pelukan mereka dan memandang wajah Hoseok dengan mata sayu,"Apa yang kau pikirkan, hyung?"
Hoseok kembali menarik Taehyung, meminta untuk dipeluk lagi,"Kau."
Taehyung diam. Bukan karena ia tidak bisa mencerna apa yang diucapkan Hoseok. Ini karena Taehyung sendiri tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan rasa kagetnya. Dihadapannya, ada Jung Hoseok, orang yang melindungi Taehyung dengan seluruh kekuatannya. Orang yang dulunya selalu mengatakan masakan Taehyung terenak sejagat raya. Juga, orang yang dulu Taehyung bangga-banggakan.
"Aku ingin kita kembali seperti dulu. Kau dan aku, bergandengan tangan, saling berpelukan, kemudian aku akan menciummu lebih dulu. Hanya saja aku yakin kau tidak akan memaafkanku."
"Apa kau punya salah?"
"Aku melukaimu, Tae. Aku bilang tidak mencintaimu lagi tapi faktanya aku masih. Aku memutuskanmu karena aku egois."
Taehyung menarik sudut bibirnya naik, melukis senyum terindah sebisanya,"Aku juga egois, hyung."
Banyak sekali yang ingin Hoseok ucapkan tapi semuanya seakan tersangkut di tenggorokannya. Sesaat kemudian Hoseok hanya bisa mengucapkan,"Semoga kau bahagia dengan pacarmu, Tae."
Taehyung tertawa.
Ada dua kemungkinan alasan Taehyung tertawa dan Hoseok tidak terlalu yakin untuk menyuarakan pendapatnya lagi. Pertama, Taehyung menertawakan Hoseok yang sudah jelas belum move on. Kedua, Taehyung tertawa karena Taehyung ingin.
"Aku tidak punya pacar." Sahut Taehyung jenaka.
Hoseok tetap diam, sepertinya ia sedang tidak berhak untuk memotong.
"Aku tidak ingin punya pacar kecuali Jung Hoseok."
Kemudian keduanya berpelukan lebih erat. Kehangatan tak terkalahkan dan kebahagiaan tak berujung, Taehyung maupun Hoseok sangat mengenal apa yang mereka rasakan—dan akan selamanya seperti ini. Toh, tanpa bilang pun mereka berdua akan langsung mengakuinya.
Karena mereka saling mencintai.
.
.
END
#
Saya masih banyak kekurangan dan tidak berharap apa-apa dari fic ini. Selagi saya bisa membagi rasa sayang saya kepada hopev, kenapa tidak? Lagian, shipper hopev juga butuh asupan gizi(?), kkkk. Semoga fic ini bisa dinikmati. Jangan lupa tinggalkan jejak. Love you, guys.
