SELAMAT MEMBACA
Don't like? Just read it. Please..^^
WARNING
Fic rada ISLAMI tanpa bermaksud membawa perpecahan mengenai SARA
Tak bermaksud menyinggung perbedaan keyakinan
Yori berterima kasih atas saran, kritik atau flame,
asalkan tak mengandung pertikaian SARA
.
.
This is just fic after all
.
.
My pleasure if you read it
.
.
Kau membuatku muak. Membuatku terlihat bermuka dua dan membuatku tersudut.
ヘタリアAxis Powers © 日丸屋秀和Himaruya Hidekazu
Writen & created by Chooteisha Yori
Fem-Egypt (Zahara) & Fem-Turkey (Laila)
[ OOC dan segala kekurangannya ]
Bukankah kita sama?
Yang membawa agama ini Nabi yang sama?
Kau membuatku terlihat buruk dengan sikapku.
"Masa akhwat seperti itu. Bergaya kelaki-lakian?" Laila mendelik sinis. "Ngomong tuh yang sopan."
"Lah nee. Ini cuma bercanda saja. Bukannya nee-chan juga sering bercanda begini? Mengapa aku tak boleh bercanda? Aku cuma seperti ini di kamar. Tak bersama dengan dengan senior-senior priaku." Zahara berargumen.
"Tetep saja." Laila meninggalkan Zahara termangu sendiri.
Bukan! Bukan kelaki-lakian. Aku hanya terlalu banyak bergaul dengan pria.
Tak salah bukan bila aku sedikit menyesuaikan diri dengan lingkungan?
Kau tahu aku bukan wanita yang mudah bergaul dengan orang lain.
Bolehkah aku hanya berteman?
Sekedar berteman...
...berkhalawat ya?
Aku.. aku harus memperbaiki sikap...
Kenapa
"Zahra, sholat itu pelan-pelan!" Laila mendelikku setelah sholat dengan nada tak suka.
"Cepat bagaimana, Laila-nee? Itu sudah pelan. Aku tadi tidak membaca surah pendek. Kan tadi sholat sunnah. Aku pikir Laila juga mau sholat makanya sholat sunnahnya aku singkat."
"Terserah sih. Yang sholat siapa, yang dosa siapa," kaa gadis bertahi lalat di pipi itu.
Tuhanku yang Maha Tahu.
Tuhanku yang Maha Melihat.
Engkau pasti tahu aku. Bagaimana diriku?
Mengapa dia tetap saja menghakimiku tanpa melihat kenyataan bahwa dia sendiri bahkan melakukannya lebih cepat lagi?
Bahkan tidak ada tuma'ninah?
Bahkan dia sendiri sering lalai.
Kenapa
"Zahra, makan yuk. Aku lapar nih. Seharian bekerja membuat lambungku memaksa minta diisi segera," ajak Laila sambil mengganti bajunya di depan Zahra. Salah satu kebiasaan Laila yang tidak pernah dilihat di rumahnya. Bukankah Rasulullah melarang membuka pakaian selain di rumah suaminya?
Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad dan Abu daud yang diriwayatkan dari Abu Mailiah, "Ada sejumlah wanita dari Syam menemui Aisyah Radiallahuanhu. Maka Aisyah bertanya,'Siapa kalian?' 'Kami dari Syam,' jawab mereka. 'Apakah kalian berasal dari daerah yang wanita-wanitanya masuk ke tempat pemandian umum?' tanya Aisyah lagi. 'Ya,' jawab mereka.
Mendengar hal itu, maka Aisyah berkata, 'Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Tidaklah seorang wanita melepaskan pakaiannya di rumahnya, melainkan ia telah mengoyak antara dia dengan Allah Ta'ala." Dalam riwayat lain dikatakan, " Melainkan ia telah mengoyak tabir antara dia dan Alah Ta'ala." (Baca hal 68) Memang hadis ini lebih mengkhususkan untuk pemandian umum. Namun ada satu hadist yang menyatakan wanita tak boleh menampakkan auratnya sesama wanita diantara lutut dan pusar. Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain dan wanita pun tak boleh melihat aurat wanita lain." (baca hal 143)
"Maaf nee-chan. Aku sudah makan di luar." Zahara menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Dimana kau makan tadi?" tanya Laila. Kali ini ia mengintrogasi Zahara.
"Makan di kantin."
"Kok tak mengajakku?"
"Aku makan bareng senior-seniorku, nee. Tak mungkin aku menunggumu. Jam keluar kita berbeda."
"Kau! Akhwat tapi makan bareng laki-laki. Apa kata orang?" ungkap Laila dengan nada tak suka. Zahara istigfar dalam hati.
"Tapi aku rame kak. Tidak berdua saja. Lagi pula penjaga kantin yang wanita kenal aku."
"Tetap saja. Mana ada wanita berkerudung dalam makan dengan pria?"
Lah aku harus menunggu siapa?
Masa aku harus makan sendiri terus?
Apa aku tak dianggap menarik diri dari pergaulan.
Aku masih baru.
Bukankah sewajarnya aku mengenal orang-orang di sekitarku?
Mungkin caraku salah.
Tapi laila-nee tak usah membentakku begitu.
Bahkan dia berboncengan berdua dengan pria yang sama sekali bukan muhrimnya.
Dan itu tak apa?'
'Bukankah kami sama-sama muslimah?
Mengapa peraturannya begitu berbeda?"
Kenapa
"Kau akhir-akhir ini tertutup Zahara. Ada masalah?" tanya Laila khawatir. Zahara memang banyak diam akhir-akhir ini. Ia tak lagi bercanda. Tak pernah bercanda, bercerita, sering pulang sendiri dan sering tidur malam. Padahal awal-awal memasuki kos Zahara sangat manja dan kekanakan padanya. Menceritakan semua hal padanya. Ini benar-benar aneh.
Zahara menggeleng. "Masalah apa?" Zahara tersenyum tipis. Tidak lagi tertawa manja lagi.
"Tidak... tidak apa."
Tahukah kau, Aku menjaga sikapku
Tahukah kau aku menangis tengah malam saat kau tertidur pulas
Tak tahukah kau aku silahturahim ke rumah tetangga agar waktu bersamamu berkurang
Tak apa.
Allah SWT mempersiapkan sesuatu untukku.
Dengan ini aku mengerti dengan siapa aku harus berteman akrab
Mengerti berbagai macam tipe manusia
Kau katakan akhwat harus berteman dengan akhwat
Sungguh agama kita dibawa oleh satu Nabi...
...amalan pun hendaknya sama
Kenapa kita begitu berbeda?
OWARI
A/n yang panjang
Dikala galau Yori harus mencari pelampiasan pada menulis. Cuma jeritan hati. Bila ada masukan Yori tunggu di kolom review.
Sumber hadist diambil dari buku
Judul : "300 DOSA yang diremehkan WANITA"
Penulis : Syaikh Nada Abu Ahmad
Penerbit : Kiswah Media.
Yori menyarankan untuk mebaca buku ini bagi wanita muslimah. Bacaan ringan dikala senggang yang penuh dengan manfaat.
TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG
