Lee Hongbin tersenyum lebar sambil menarik nafas dalam-dalam. Ia akhirnya masuk ke sekolah barunya. Sebelumnya ia sudah menjelajahi gedung sekolahnya. Jadi dia tidak kebingungan mencari ruangannya sekarang.

Hongbin berjalan dengan santai. Semua pelajar wanita menyapanya dan kadang tersenyum malu padanya.

Setelah sampai di ruangannya, kelasnya telah berisi beberapa murid. Dan mereka menyapa Hongbin dengan ramah.

"Oh! Kau pasti anak baru itu kan?" Salah satu murid laki-laki menghampirinya dengan senyum lebar. Murid itu memiliki kulit yang eksotis dan gerakan tubuhnya yang gemulai seperti penari. Lelaki itu juga menjepit rambutnya.

Hongbin menggangguk dan tersenyum ramah.

"Uh.. yaa.. umm"

"Aku Cha Hakyeon!" Lelaki itu menyodorkan tangannya.

Hongbin menjabat tangan Hakyeon.

"Umm Lee Hongbin" Hongbin tersenyum lebar padanya.

"Woaah.. kau punya dimples? Woww cuteee" Hakyeon menyentuh dimples Hongbin dengan wajah takjub.

"Yah! Jangan menakuti anak baru itu Yeoni!" Teriak salah seorang murid dengan suara tinggi.

Hakyeon menatapnya sinis dan menggertak lelaki yang berambut pirang itu.

"Jangan pedulikan dia! Dia mengesalkan kadang!" Hakyeon tersenyum kembali ke Hongbin.

"Yah! Yah! Yah!" Lelaki berambut pirang itu menghampiri Hongbin dan Hakyeon. Ia menendang Hakyeon dengan pinggulnya dan tersenyum lebar ke Hongbin.

"Haaaiiiiiii! Aku Lee Jaehwan!"

"Oh! Lee? Aku Lee Hongbin!" Jawab Hongbin dengan mata berbinar-binar.

"Waaaaaaaaaaaaahhh... Lee brotheeeerrsssss" Jaehwan memeluk Hongbin dengan ceria sambil berputar bersama Hongbin.

Hongbin tertawa seperti idiot.

Hakyeon menatap mereka dengan heran. Ia lalu menarik tangan Jaehwan dan menggeram kepadanya.

Lalu bel berbunyi menandakan kelas akan segera dimulai.

Hakyeon dan Jaehwan segera panik dan berlari ke bangku mereka.

Hongbin bingung dan ia melihat meja di belakang kosong lalu ia duduk di sana.

Tak lama kemudian, seorang guru laki-laki datang. Posturnya tinggi, dan ...

'Sepertinya guru ini killer...' pikir Hongbin sambil mengeluarkan bukunya.

Guru itu menggunakan kaca mata, ia meletakkan tasnya di meja. Ia lalu duduk di pinggir mejanya dan membaca secarik kertas.

"Lee Hongbin!" Ia lalu melihat ke sekeliling kelas dan berhenti pada seorang anak di meja belakang. Anak itu mengangkat tangannya.

"Ssaya Mr"

"Ke depan!" Ia melipat kedua tangannya.

Hongbin maju ke depan dengan jantung yang berdebar-debar.

"Kau murid baru?"

"Yyya Mr..."

"Panggil aku Mr Taekwoon.. paham?"

"Baik Mr Taekwoon"

"Okey.. silahkan duduk. Aku ingin kau fokus ke pelajaranku! Aku juga tidak suka kalau ada yang terlambat."

Tok tok tok...

Pintu kelas terbuka dan seorang murid laki-laki masuk. Wajahnya lesu, pakaiannya kusut, rambutnya berantakan, dan berwarna... biru?

Taekwoon memijat pelan keningnya.

"Mr Taekwoon, maaf saya terlambat.."

Hongbin merinding mendengar suara lelaki itu. Suara lelaki itu sangat dalam dan berat dan sedikit serak.

Taekwoon mengangguk pelan

"Temui aku di ruang guru pulang sekolah nanti!"

"Baik Mr Taekwoon"

Hongbin mendengar langkah kaki lelaki itu.

Taekwoon itu berdehem.

"Kau boleh duduk Hongbin!"

Taekwoon kembali ke papan tulis dan mulai menulis pelajarannya.

Hongbin dengan cepat kembali ke bangkunya. Ia terkejut saat melihat lelaki berambut biru itu duduk semeja dengannya.

Hongbin mencoba rileks.

Ia duduk di samping lelaki itu. Dan mencoba fokus.

Pria di sampingnya sibuk mengetik sesuatu di hpnya. Ia mungkin tidak mendengarkan guru di depannya.

Taekwoon hanya diam dan menulis dengan tekun.

Hongbin menulis pelajarannya dan mencoba menghiraukan lelaki di sampingnya.

Lelaki itu terkikik pelan dan membuat Hongbin berhenti menulis.

Hongbin lalu berbisik ke lelaki itu.

"Bukannya kau harus menulis?"

Lelaki itu tidak menjawab dan asik dengan hpnya.

Hongbin terdiam dan shock. Lalu lelaki itu menoleh ke Hongbin dan tertawa mengejek lalu kembali lagi ke hpnya.

Hongbin menatapnya geram lalu dengan kesal ia kembali menulis.

Bel istirahat berbunyi.

Taekwoon langsung keluar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Lelaki di sampingnya juga langsung pergi keluar.

Hongbin menatapnya jengkel.

Hongbin mendengar suara erangan dari Hakyeon dan Jaehwan yang berdiri di depannya.

"Ya ampun.. tanganku pegal sekaliii" Hakyeon memijat tangannya.

Hongbin mengangguk setuju.

"Ayo! Aku haus!" Jaehwan menarik kedua tangan Hakyeon dan Hongbin.

Sampai di kafetaria...

Mereka bertiga makan dengan tenang.

"Umm Hakyeon... aku boleh bertanya sesuatu?"

Hakyeon mengangguk dengan mulutnya yang penuh.

"Umm... kalian kenal dengan lelaki yang terlambat tadi?"

Jaehwan dan Hakyeon berhenti dan menatap Hongbin ngeri.

Hongbin mengangkat alisnya dengan bingung.

"Kau... duduk sssemeja dengan... nya?" Tanya Hakyeon dan Jaehwan di sampingnya terbatuk.

Hongbin menghela nafas.

"Yaaah... dia sombong sekali!" Hongbin menyucuk makanannya dengan kuat.

Hakyeon menatap Jaehwan dengan wajah simpati.

"Dia tidak... tidak menyakitimu kan? Umm... atau... membuatmu tidak nyaman mungkin?" Tanya Hakyeon dengan hati-hati.

Hongbing menggeleng, ia menatap mereka berdua bingung.

Jaehwan menatap Hongbin dengan prihatin.

"Uh Hongbin... sebaiknya... kau jauhi anak itu. Dia..."

Jaehwan memeluk dirinya seolah ia merinding.

"Dia misterius! Dia selalu menghilang. Maksudku... dia sering cabut, dia tidak pernah bergaul. Aku yakin, nanti dia pasti cabut! Aah pokoknya kau harus menjauhinya!"

"Kenapa dia tidak di skors?" Tanya Hongbin.

Hakyeon menggaruk belakang lehernya.

"Karena ia anak Kepala Sekolah"

Hongbin mengangguk.

Waktu berlalu hingga bel pulang sekolah berbunyi.

Hakyeon dan Jaehwan meminjamkan buku catatan mereka ke Hongbin. Mereka tidak ingin Hongbin ketinggalan pelajaran.

Lalu mereka berpisah ke jalan pulang masing-masing.

Hakyeon dan Jaehwan tinggal di satu komplek.

Dan Hongbin sendirian. Jalan menuju rumahnya itu selalu sepi. Tapi, Hongbin tidak merasa takut. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara laki-laki tertawa. Hongbin berhenti.

'Suara itu? Sepertinya aku pernah mendengarnya... umm.. tidak.. aku tidak pernah mendengarnya!'

Hongbin mempercepat jalannya.

Tapi ia mendengar suara laki-laki menjerit.

Hongbin mencari arah suara itu berasal. Lalu ia sembunyi dibalik tong besar. Ia mengintip dengan hati-hati.

Hongbin terkejut.

Wonshik memegang pisau yang tajam. Ia mengarahkannya ke leher anak laki-laki yang dibawa oleh teman-temannya itu.

"Serahkan uangmu! atau pisau ini..." ia menekan pelan pisau itu ke leher anak laki-laki itu.

Anak itu merengek ketakutan.

Dengan tangan yang gemetaran ia merogoh kantongnya dan menyerahkan uangnya ke Wonshik.

Salah satu teman Wonshik yang berbadan besar mengambil uang itu.

Wonshik tertawa kuat.

Mereka semua tertawa kuat kecuali anak laki-laki itu. Anak itu mulai menangis.

"DIAM!"

Anak itu terdiam dan takut.

Teeeeenggg

Semua mata tertuju pada tong di depan gang.

Wonshik menatap temannya dan temannya itu pergi untuk mengecek.

Hongbin tidak sengaja menendang tong besar itu.

Ia sangat takut dan ia dengan cepat berlari lalu ia berbelok ke salah satu gang dan gang yang lain lalu ia berhenti di sebuah toko makanan. Ia masuk ke toko itu dan berpura-pura membeli sesuatu.

Teman Wonshik melambaikan tangan ke bosnya kalau kondisi aman.

"Mungkin tadi hanya kucing, bos!"

Wonshik menyengir. Lalu ia menarik kerah baju anak laki-laki itu dan mendorongnya dengan kuat.

"Pergi sana! Sampah!"

Teman Wonshik tertawa.

Lalu Wonshik pergi diikuti oleh teman-temannya.

"Kita pestaaaaaaaaa!" Sahut salah seorang teman Wonshik.