How I Met Your Mother
2nd Fanfic
Summary : Kisah pertemuan 2 insan manusia yang 100% bertolak belakang, yang bahkan banyak orang berani bertaruh, jika mereka berhasil bersatu, artinya dunia telah mendekati kiamat. Pertanyaannya, siapa mereka? Bagaimana mereka bisa bersatu?
Disclaimer : Ane ga bakal pernah bisa jadi pemilik Fairy Tail… Hukkzzz..TT^TT. Hanya Opa Hiro Mashima yang bisaaa….TT^TT
RnR! Xixixi….
Prologue
"Papoooyy!" gadis mungil itu berkacak pinggang. Mulutnya manyun-manyun, pipinya menggembung dan memerah. Setelah beberapa saat menunggu, ia mendesah panjang dan memutar kedua bola matanya, disusul dengan erangan putus asa.
"Paaaapppoooyy!" yang dipanggil, menggeliat sejenak lalu kembali lagi seperti sebelumnya. Mengorok lebih keras dan menutupi wajahnya dengan bantal.
'Arrgghh… sampai kapan aku harus teriak-teriak biar Papoy tercinta bangun..' pikirnya. Setelah terdiam beberapa saat, ia akhirnya membuka selimut Papoynya dan berjalan memutari kasur, ke arah kaki besar milik Papoynya. Ia merentangkan kedua tangannya dan mempersiapkan jari-jarinya, lalu…
"Hyaaaat! Banguuunnn!" dengan semangat '45, ia menggelitik telapak kaki Papoynya dan berteriak-teriak dengan berisik bagai dunia mau kiamat. Pria itu mengerang-erang dan tertawa sambil menarik-narik kakinya dari serangan tangan kecil yang maut.
"Stop! Ya, ya, ya! Papi bangun! Holy Mavis!" gadis itu tertawa terbahak-bahak melihat keadaan Papoynya yang kacau balau, rambutnya masih acak-acakan, matanya memerah, wajahnya terlihat masih mengantuk.
"Papoy, bangun!" rengek gadis itu dengan manja. Pria itu kemudian menumpuk bantalnya sehingga bisa duduk bersandar di kasur.
"Ngapain kamu bangunin Papi pagi-pagi.. Ini kan hari Sabtu." Tanya Pria itu dengan malas, matanya masih setengah terpejam. Gadis itu menatap Papoynya dengan gemas dan menjewer telinganya.
"Ini 'kan ulang tahun aku, Papooyy! Kok Lupa sih!?" pria yang sebelumnya berpura-pura menjerit kesakitan, langsung membuka matanya dan menganga.
"Uwaah.. maaf sayang, Papi lupa. Semalem Papi baru pulang dari Job. Sekarang, sayang mau kado apa?" melihat wajah menyesal di wajah Papoynya, gadis itu lalu tersenyum sumringah.
"Papoy, ini 'kan ulang tahun aku yang ke-17, boleh dong punya pacar..?" mendengar kata 'pacar', Pria itu langsung duduk tegak di atas kasurnya dan menyipitkan matanya. Gadis itu tampak sedikit kikuk di bawah sorotan tajam dari Papoynya. Pria itu lalu menunjuk anak gadisnya dan menggoyang-goyangkan telunjuknya, menyuruh gadis itu mendekat dan duduk di hadapannya. Dengan was-was, akhirnya gadis itu mendekat dan duduk di hadapan pria itu.
"Emang kamu sekarang lagi dekat dengan siapa? Papi sama Mami kenal nggak sama orangnya? Sejak kapan? Dari guild mana?" pertanyaan beruntun tersebut sukses membuat gadis cantik di depannya menjadi semakin gelagapan.
"Err.. Anu.. err.." melihat gelagat panik dari putri kesayangannya, Pria itu akhirnya bangkit berdiri dan keluar kamar, tak lama kemudian ia kembali dengan segelas kopi panas dengan asap yang masih mengepul dan duduk di kursi kerjanya.
"Geez.. ini yang paling bikin papi was-was. Oke, sebelum Papi dan Mami putuskan kamu boleh punya pacar atau nggak, Papi mau ceritain sesuatu." Gadis itu lalu membenarkan posisi duduknya dan memusatkan perhatiannya terhadap apa yang akan disampaikan oleh Papoy.
2 jam berlalu…
"… yeah. That's how I met your mother.." ujar Pria itu sembari meneguk habis kopinya yang telah dingin. Putrinya hanya bisa terbelalak tak percaya.
"Papoy… huwaaaaaa" jerit gadis itu dengan wajah bersinar. Layaknya fangirl, ia menjerit-jerit nggak karuan setelah mendengar kisah dari Papoynya.
"Ngapain kamu jerit-jerit kaya kodok kejepit?" tanya pria itu dengan wajah syok. Baru sekali ini ia melihat tingkah laku putrinya yang abnormal.
"Itu romantiiiss beuud, bapakku sayangg.. kyaaaa…" jeritnya sambil bergulung-gulung di kasur. Pria itu hanya melihat dengan heran sambil menggaruk-garuk kepalanya. Setelah beberapa kali menjerit-jerit histeris, gadis itu keluar dari kamar Papoynya dan kembali ke kamarnya sendiri. Sesampainya di kamar, ia menutup pintu, menguncinya, lalu melompat ke kasur dan berguling-guling.
"Aku nggak nyangka, Papoy dan Mamay bisa seperti langit dan bumi. Aku harap, aku juga bisa seperti mereka… tapi.. " ia melirik ke lacrima miliknya yang tergeletak di meja, terpampang wajah seorang cowok yang terlihat dingin, dengan mata berwarna hijau, rambut silver yang terlihat acak, dan senyum sinis yang menghiasi wajahnya.
Sementara itu…
"Sayang, kamu tadi bicara apa aja sama anak kita? Kamu nggak cerita yang aneh-aneh kan?" tanya wanita itu dengan pandangan menyelidik. Jari-jemarinya yang lentik mengetuk-ngetuk meja dapur dengan nggak sabaran. Rambut panjangnya terikat dan terjuntai ke samping menutupi bahunya yang indah. Pria itu menyeringai, seringai khas sejak ia masih remaja, seringai yang amat dibenci sekaligus yang membuat wanita itu mengijinkannya untuk bertekuk lutut, hanya untuk wanita itu. Ia duduk di sebelah wanita itu sambil mengeringkan rambutnya. Dengan keadaan setengah telanjang alias bertelanjang dada, tubuhnya benar-benar terlihat masih sama seperti saat remaja, (Me : yang pikirannya ngeresss hayoo…. hahahah), ia memeluk istrinya dari belakang dan membenamkan wajahnya ke dalam lekukan lehernya yang jenjang, menarik nafas dalam-dalam, menghirup aroma tubuh wanita tercintanya itu. Wanginya sama, tak pernah berubah. Wajahnya terutama, sekalipun bertambah usia, tak terlihat tua, tetap sama seperti saat remaja, apalagi ekspresinya saat cemberut, membuat pria ini akan menggodanya sampai wajah wanita ini bersemu kemerahan.
"Oke.. jangan mulai deh.. ayo bilang, kamu tadi cerita apa sama anak kita? Sampai dia jerit-jerit.." tukas wanita itu dengan nada sebal. Pria itu tertawa kecil kemudian mengacak-ngacak rambut istrinya. Dengan gemas, ia memainkan pipi wanita itu dan mencium bibir mungilnya dengan lembut.
"Sesuai dengan kesepakatan kita dulu, saat anak kita mulai merayu soal pacar, saatnya aku cerita soal pertemuan kita saat jaman kadal." Wanita itu tertawa kecil mendengar penjelasan suaminya. Ia mengalungkan kedua tangannya, melingkari leher pria itu dan menempelkan keningnya di kening pria tercintanya.
"Aku berharap, cowok yang akan menjadi pendamping putri kita, tidak congkak, arogan, playboy, menjengkelkan, tukang makan, dan resek seperti dirimu." Pria itu menyeringai.
"Aku berharap, cowok itu bisa kuat mental, iman, dan jiwa raga saat mendampingi putri kita yang bawel, berisik, cerewet, suka ngambek, dan pintar merayu seperi dirimu." Balasnya dengan nada menggoda.
"Cih… kamu tetap saja menyebalkan seperti dulu." Jawabnya dengan wajah cemberut. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Well… kamu tetap aja bawel dan tukang ngambek seperti dulu, sayang.." balas pria itu sambil memainkan rambut istrinya.
"Pake baju sana! Nggak usah sok seksi! Otot jadi lemak aja, bangga!" jawab wanita itu sambil menjulurkan lidahnya.
"Grrr.. ini otot! Bukan lemak! Kamu nggak lihat 'kah betapa seksinya otot-otot perutku?" balasnya sambil menunjukkan perutnya yang memang masih sama seksinya seperti saat remaja. Wanita itu segera membalikkan badan, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Ah ah ah.. I know you are blushing madly right now… kamu nggak akan bisa menolak pesonaku sayang.." godanya sambil tertawa. Wajah wanita itu semakin memerah dan ia yakin, ia bahkan bisa melihat seringai suaminya yang menjengkelkan itu tanpa harus membalikkan tubuhnya.
"S-sok tahu!" balasnya.
"Yeah… selalu menjawab seperti itu saat sudah terdesak.." gumam pria itu.
"Kamu menjengkelkan.." gerutu wanita itu. Pria itu akhirnya berjalan mendekati dan memutar tubuh istrinya sehingga berhadapan langsung dengannya. Mata mereka saling bertemu. Wanita itu nggak bisa berbohong, ia sangat, sangat, sangat, mencintai sepasang mata milik suaminya. Mata yang sanggup membuatnya tenggelam. Melihat keadaan istrinya yang sepertinya sedang daydreaming, seringai khasnya muncul menghiasi wajahnya.
"Like what you see, babe?"
Gosh! Ane jadi cekikikan sendiri nulis fanfic ini…
Oke..
RnR please..TT^TT jadi ane bisa mutuskan untuk lanjut fanfic ini atau nggak..:(
Trims, bagi yang sudah meluangkan waktu untuk membaca fanfic ini…:D
Matursuwun..:3
