Kotoba wa Iranai (No words are needed)
© Cannabis G
a Yunjae一Yun Ho x Jae Joong一's fanfiction
Don't like? GO AWAY from ma note! Now!
.
Genre : Romance,
Rated : T
.
.
"…" speaks.
'…' minds.
.
.
.
WARNING!
Membaca dapat menyebabkan kebosanan, serangan kantuk, terpengaruh virus dan gangguan pada syaraf otak dan janin *?*
Sekian dan terima kasih.
...
Jung Yunho一15 tahun, berdiri terpaku didepan sebuah pintu apartemen berwarna abu-abu. Sudah lebih dari dua menit ia berdiri disana, menimbang-nimbang apakah ia harus masuk sekarang atau tidak.
"Hhhhh," pemuda itu kembali menghela nafas yang entah untuk keberapa kalinya.
Ia merutuki Ayahnya yang dipindahtugaskan ke Jepang selama tiga tahun一mengharuskan mereka untuk pindah dari kota Seoul ke kota Tokyo, dari Korea ke Jepang一yang tentu saja langsung ditolaknya detik itu juga.
Dan disinilah dirinya berakhir sekarang, setelah perdebatannya dengan sang Ayah 一yang membuat ruangan itu tidak pantas lagi dikatakan sebuah ruang tamu lagi一 Terimakasih untuk Ibunya yang cantik nan baik hati yang telah membujuk Ayahnya yang keras kepala itu untuk mengijinkannya tetap tinggal di Seoul. Dan berhasil! Ia tetap tinggal di Seoul dan dia juga akan tetap bersekolah di sekolah yang ia incar saat masih bersekolah di Shinki Junior High School一Shinwa Senior High School.
Dan dari semua rasa syukurnya ada satu hal yang membuat ia kembali merutuki Ayahnya. Ia memang tinggal di Seoul dan bersekolah di Shinwa, TETAPI kenapa ia harus tinggal dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal!? Yeah, meski pun Ayahnya mengatakan orang yang akan tinggal bersamanya itu adalah anak dari teman Ayahnya semasa kuliah dulu. Orang asing ya orang asing!
Yunho mengeluarkan kunci dari sakunya lalu memasukkannya kelubang kunci. Setelah terdengar bunyi yang menandakan pintu itu bisa dibuka, Yunho meraih kenop pintu lalu memutarnya.
Cklek
Yunho menyembulkan kepalanya kedalam. Sepi.
Bukankah Ayahnya mengatakan kalau apartemen ini adalah milik anak lelaki teman kuliahnya itu? Lantas, kemana calon roommate-nya?
Yunho melangkah memasuki apartemen itu, ia bisa melihat apartemen itu bersih dan juga rapi. Benar-benar seperti bukan apartemen yang ditinggali pemuda berumur 19 tahun 一anak teman Ayahnya一 err, jangan-jangan...
...perempuan?
Yunho menggeleng-gelengkan kepalanya. Mana mungkin Ayahnya itu akan melakukan hal seperti itu. Mustahil deh, mustahil! Ia saja sampai sekarang kalau mau berpacaran harus sembunyi-sembunyi dulu.
Sreegg
Terdengar suara pintu digeser, Yunho memandang pada pintu geser itu dan terbelalak.
Demi jidat lebarnya Yoochun! Kepala Ayahnya pasti kebentur pintu, pasti itu, pasti! Sosok yang keluar dari pintu yg diduga pintu kamar mandi itu perempuan. Perempuan. PEREMPUAN! Dadanya juga datar!
...
Eh? Apa? Datar?
Lho kok datar, dia kan perempuan. Harusnya ada dua daging yang menonjol didadanya.
Lalu ini? Masa iya yang berada dihadapannya itu laki-laki. Yunho menatap sosok itu dari atas sampai bawah lalu kembali keatas.
Helaian pirang madu yang basah, jatuh membingkai wajah putih nan elok sosok itu yang berhiaskan dua iris sewarna langit malam 一yang kini menatap penasaran dirinya. Juga, bibir yang terlihat berwarna merah karena sang empu baru saja membersihkan dirinya.
Yunho menurunkan pandangannya, tanpa sadar mereguk ludah begitu kedua irisnya melihat bagaimana lekukkan-lekukkan yang tercipta oleh bathrobeyang dikenakan sosok dihadapannya一seksi.
Ia berani bertaruh kalau sosok itu memiliki tubuh yang proposional 一mengacu bagaimana lekukkan itu terjadi一 juga pinggang yang ramping. Ini baru bisa dikatakan seksi dari pada setumpuk majalah yang diberikan Yoochun padanya minggu lalu一yang isinya berpuluh-puluh lembar foto dengan berbagai macam pose seksi perempuan didalamnya, baik yang masih mengenakan pakaian atau pun tidak.
...
Apa? Mesum?
Hei, jangan salahkan dirinya! Bagaimana pun juga dia hanyalah seorang remaja labil dengan hormon berlebih. Ingat, ia remaja berusia 15 tahun! Jadi wajar saja, dan kalau dirinya mesum.
Lantas Yoochun sahabatnya itu apa? Innocent? Memikirkannya, Ia merasa ingin mengeluarkan makan paginya detik itu juga.
"Hei," sebuah sapaan menyapa indra pendengaran Yunho. Bahkan suaranya begitu lembut. Yakin deh, Ayahnya pasti benar-benar terbentur sesuatu yang keras. Pintu, mungkin?
"Hei, kau baik-baik saja?" suara itu semakin terdengar. Kedua mata sipitnya bisa melihat sosok yang mengenakan bathrobeitu mendekat kearahnya, membuat lekukkan itu terlihat semakin jelas.
"A-aku baik-baik saja," jawab Yunho terbata一entah kenapa ia merasakan pipinya memanas. Hormon sialan! Dalam jarak ini, ia bisa mencium bau shampo yang digunakan sosok dihadapannya.
"Lalu," jeda sejenak, "kenapa kau mimisan?" sosok itu kembali bertanya.
...
"HEEEEEE?"
…
('-' ) (._. ) ( ._.) ( '-') W hope they'll comeback as 5.
…
"Silahkan," Jaejoong meletakkan secangkir teh diatas meja一dihadapan Yunho yang kini tengah menengadahkan wajahnya keatas. Mencoba menghentikkan mimisannya, jika ditanya kenapa.
Yunho memandang Jaejoong yang kini mendudukkan diri didepan dirinya, ia tersenyum gugup一masih mengingat betapa memalukan dirinya tadi. "Te-terimakasih, err.." ucapnya terbata dan menggantungkan kalimatnya. Karena jujur, ia masih belum mengetahui nama pemuda itu. Yeah, pemuda, entah kenapa ia merasa kecewa saat mengetahui hal ini. Pemuda itu mengenakan kaos berleher V一membuat ia bisa melihat dada datar milik sosok didepannya.
"Jaejoong, Kim Jaejoong." ucap Jaejoong cepat.
"Ah, ya, terimakasih, Jaejoong hyung." Yunho kembali mengulang ucapannya, ditambah dengan nama Jaejoong dibelakangnya. "Namaku Jung Yunho, salam kenal. Kurasa Hyung tahu alasan kenapa aku disini," tambahnya sambil tersenyum. Jaejoong mengangguk.
"Tidak kusangka, kau benar-benar seperti pinang dibelah dua dengan Paman Yanghyun, sangat identik." Celetuk Jaejoong setelah beberapa saat ia terdiam一kalau tidak mau dikatakan sedikit terpaku oleh senyuman yang ditujukan padanya.
"Tidak! Mana mungkin aku mirip dengan orang itu!" Sentak Yunho cepat, dahinya mengerut kesal, ia tidak pernah suka jika disamakan dengan Ayahnya yang egois dan tukang perintah itu.
Jaejoong tertawa kecil, "bahkan cara menyangkalnya pun sama."
BRAAKK
"YA!" Yunho berteriak dan menggebrak meja一membuat teh yang sedari tadi berada disana sedikit tumpah, "kalau kukatakan tidak mirip, ya tidak!"
Jaejoong membulatkan matanya saat Yunho menggebrak meja, sedetik kemudian ia tersenyum geli. 'Apanya yang tidak mirip, tindakanmu itu malah menunjukkan kau mirip dengan Paman Yanghyun,' batinnya.
"Baik-baik, tidak mirip kok," ujar Jaejoong pada akhirnya.
Yunho mendengus, "tapi senyum diwajahmu itu terlihat mengerikan, Hyung."
"Eeee, mengerikan? Bukannya senyumku itu manis? Semua orang selalu berkata begitu padaku," ucap Jaejoong, ia menangkupkan kedua tangannya kepipi putih miliknya.
"Tidak, jika senyum itu palsu." Cibir Yunho, "aku yakin, Hyung pasti mengatakan kalau aku dan orang itu benar-benar mirip didalam hati."
"Wah, kau orang pertama selain keluarga dan teman dekatku yang tahu mana senyum yang palsu." Jaejoong berujar riang sambil tertawa一ia menutup bibirnya menggunakan punggung tangannya. Matanya berkilat senang. Rupa-rupanya bocah didepannya ini sedikit mengerti dirinya.
Ia berhenti tertawa lalu berdiri dari duduknya, "karena kau akan tinggal disini, aku harus mempersiapkan kamar tidur untukmu. Jadi, tunggu disini dan habiskan tehmu, aku akan tersinggung jika kau tidak menghabiskannya."
Ia melihat pemuda yang usianya hanya berjarak 4 tahun darinya itu mengangguk, Jaejoong pun beranjak meninggalkan ruang tamu miliknya.
Setelah punggung Jaejoong yang berlapiskan kaus putih itu menghilang dari pandangannya, Yunho mengambil cangkir teh dan meminumnya sekali teguk. Beruntung teh itu tidak lagi panas dan tidak cukup untuk membakar lidahnya.
Ia beranjak dari sofa dan berjalan kelorong yang berada disebelah kanan ruang tamu一tempat dimana terakhir kali ia melihat Jaejoong. Ia berjalan santai sambil memperhatikan foto-foto yang terpajang disepanjang lorong. Yunho pun berhenti dan mendapati sebuah ruangan yang terlihat seperti ruangan bersantai.
Disana ia bisa melihat sebuah sofa panjang dengan meja kecil disisi kanannya, juga sebuah televisi berlayar besar tepat berada didepan sofa berwarna pinkpudar itu一ia mengangkat alis ketika melihatnya.
Dibawah televisi itu terlihat sebuah dvd player dan playstation3, disebelahnya terdapat rak yang berisi kaset. Dibelakang sofa, tepatnya disudut kanan dan disebelah jendela 一mungkin akan lebih tepat disebut dinding kaca karena sangat panjang dan lebar一 terdapat sebuah grandpiano berwarna putih gading.
Yunho mengangkat tangannya一mencoba menghalangi sinar matahari terbenam yang menembus masuk melalui kaca besar dihadapannya. Ia kembali menatap sekeliling, disebelah kiri televisi terdapat sebuah pintu berwarna cokelat tua dengan gantungan, errr, Hello Kitty? Bertuliskan mjjeje's room, itu pasti kamar Jaejoong. Oke, entah kenapa ia kembali meragukan genderorang yang lebih tua 4 tahun darinya itu. Tadi sofa, sekarang gantungan Hello Kitty.
"Uwaaaaaaa!"
BRAAAK BRUKK BRAK!
Yunho berjingkat mendengar suara keras yang berasal dari sebuah pintu yang terbuka sedikit一tepat disebelah kanan tubuhnya, juga berhadapan dengan pintu kamar Jaejoong.
"Hyung, kau baik-baik saja?" Yunho membuka pintu itu lebih lebar lagi dan melihat kedalam.
"Aku baik-baik sa一"
PLUK
"一ja," sebuah buku jatuh menimpa kepala Jaejoong yang kini terlentang diatas lantai dengan buku-buku, boneka, pakaian juga sebuah lemari menimpa tubuh pemuda cantik itu. Jaejoong mendongak kearah Yunho yang melotot padanya. Entah karena ia ditimpa lemari atau karena posisinya sekarang.
Yunho berjalan mendekati Jaejoong, lalu menarik tangan Jaejoong一membantunya untuk berdiri.
"Terimakasih," ucap Jaejoong sambil membenarkan kausnya.
"Apa yang terjadi? Bukankah Hyung tadi bilang akan menyiapkan kamar untukku?" tanya Yunho bingung.
"Aku memang sedang menyiapkan kamar untukmu, hanya saja tadi aku menyenggol lemari dan membuat lemari dan isinya menimpaku." Jawab Jaejoong, ia merengut merasakan punggung dan kaki kanannya berdenyut sakit.
"Harusnya Hyung lebih berhati-hati," ucap Yunho. Ia memandang berkeliling kamar itu, ada dua lemari kaca didalamnya一tiga dengan lemari kayu yang tadi jatuh menimpa Jaejoong. Didalam lemari itu berjejer boneka dan juga tumpukan baju serta aksesoris. Disudut kanan ada sebuah sofa besar dengan 3 gitar diatasnya juga kertas-kertas yang berserakan, disebelahnya terdapat meja panjang dan 一lagi-lagi一 ada boneka diatasnya, kali ini dengan ukuran yang lebih besar. Sedangkan disudut kiri terlihat rak kecil dua tingkat dengan bola voli dan basket dimasing-masing tingkat.
"Ah, kamar ini kugunakan untuk menyimpan semua hadiah dari teman-temanku." Ujar Jaejoong menjawab kerutan yang terbentuk didahi Yunho, "yaah, meski pun tidak semuanya temanku sih," tambahnya diakhir dengan berbisik.
"Tapi, Hyung, kenapa lebih banyak boneka disini?" tanya Yunho, ia memandang aneh pada Jaejoong.
"Entahlah, mereka bilang aku lebih cocok mendapatkan hadiah sebuah boneka." Jaejoong nyengirseraya mengangkat bahunya lalu berjalan kearah pintu, "untuk malam ini kau akan tidur dikamarku karena aku tidak memiliki kasur lagi, besok kita akan membeli kasur untukmu dan juga mengeluarkan ini semua dari sini." Jaejoong menunjuk hadiah-hadiah itu, "taruhan deh, kau pasti tidak akan nyaman jika benda-benda seperti ini ada disekitarmu."
"Eeeh? Lalu Hyung akan tidur dimana?" Yunho berjalan mendekati Jaejoong.
"Aku?" tanya Jaejoong, setelah Yunho berdiri disampingnya, ia pun menutup pintu didepannya. "Tentu saja dikamarku, kasurku lumayan besar untuk ditempati dua orang laki-laki."
Ia berbalik, membuat ia kembali berhadapan dengan Yunho. "Tidak masalah, bukan? Kita ini sama-sama laki-laki, jadi tidak perlu cemas akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," Jaejoong berujar dengan riang tanpa tahu bahwa batin pemuda dihadapannya ini tengah dilanda gempa 9 SR.
'Hyung sih pengecualian, kalau tidur dengan laki-laki seperti Hyung, semua orang pun akan tergoda,' batin Yunho, 'dan untungnya aku ini tipe yang setia.'
"Silahkan bersantai sementara aku memasak makan malam, oke?"
"Memangnya Hyung bisa memasak?" tanya Yunho yang sudah berhasil menenangkan batinnya.
Wajah Jaejoong memberengut ketika mendengar pertanyaan bernada meremehkan dari Yunho, "tentu saja bisa. Beraninya kau meremehkanku, tunggu dan lihat saja nanti, kau akan kubuat takjub dengan masakanku, Jung Yunho!" sentaknya dan berjalan meninggalkan Yunho一munuju dapur sambil menghentak-hentakkan kakinya. Membuat Yunho tercengang melihat tingkah Jaejoong tersebut.
Ia menggelengkan kepalanya lalu mengangkat bahu acuh, ia berjalan mendekati sofa berwarna pink itu dan duduk diatasnya. Mengambil remot dan menyalakan televisi, Yunho pun menyamankan dirinya.
Beberapa menit kemudian ia baru ingat ia belum menghubungi Ibunya, dengan cepat ia merogoh ponselnya dan menelepon sang Ibu tercinta. Jujur, dia memang lebih dekat dengan wanita yang telah melahirkannya itu ketimbang laki-laki yang begitu mirip dengannya.
...
"Apa kubilang, kau pasti akan takjub merasakan masakanku," cibir Jaejoong pada pemuda yang kini tengah terduduk diatas tempat tidurnya.
Ya, mereka sudah menyelesaikan makan malam. Menghasilkan perut mereka kenyang, ditambah dengan ekspresi wajah Yunho saat merasakan masakan Jaejoong 一Jaejoong tersenyum sumringah melihatnya, tidak ada yang tidak mengakuinya dalam hal masak-memasak一 benar-benar makan malam yang menyenangkan.
"Kuakui masakanmu enak, Hyung. Bahkan sangat enak, melebihi masakan Ibuku," aku Yunho. Ia masih sibuk memainkan game diponselnya, tidak menyadari penampilan sosok dihadapannya yang telah keluar dari kamar mandi. Bisa dirasakannya kasur disebelah kanannya menjadi berat一menandakan ada yang duduk disana. Yunho mengangkat wajahnya, "oh, ya, Hyung一KENAPA HYUNG HANYA MENGENAKAN KEMEJA!?"
Ucapannya yang semula ingin menyampaikan pesan sang Ibu terhenti seketika begitu melihat penampilan Jaejoong yang kini telah duduk disebelahnya. Dalam jarak segini, ia bisa melihat dengan jelas paha putih milik Jaejoong yang terekspos terang-terangan.
Yunho membuang wajahnya dan terus membatin bahwa dia adalah laki-laki setia, ia tidak akan tergoda dengan paha itu. Tidak akan! Meski pun paha itu terlihat menggiurkan dan seksi dimatanya, eh, apa? Menggiurkan? Seksi? Hei, Jung Yunho! Bertahanlah! Ingat, kau itu tipe setia!
Aaah~ ia penasaran bagaimana jika ia memberikan kissmarkpada paha putih itu. Ia berani bertaruh, pasti akan terlihat kentara sekali dengan kulit paha itu. JUNG YUNHO BERTAHAAAAANNN!
Juga merasakan betapa lembutnya paha itu saat ia mengelusnya. KAU LAKI-LAKI YANG SETIA! CUKUP SAHABATMU YANG BERJIDAT LEBAR ITU SAJA YANG TUKANG SELINGKUH!
...
"HACHOO~!"
Dilain tempat, seorang pemuda yang kini tengah dikelilingi empat wanita dewasa itu pun bersin dengan keras.
...
Jaejoong mengerjapkan matanya dua kali, ia memiringkan kepalanya kekanan. Ah, untungnya anak sulung keluarga Jung itu tidak melihatnya. Kalau iya, bisa dipastikan kata-kata 'Aku laki-laki setia' itu akan berbelok menjadi 'Aku laki-laki tidak setia'.
"Kenapa dengan kemejaku?" tanya Jaejoong polos, "sudah menjadi kebiasaanku untuk tidur hanya memakai kemeja."
Hening merayap, sebelum pada akhirnya Yunho memutuskan untuk berbicara.
"U-uh, selamat tidur, Jaejoong hyung." Ucap Yunho pada akhirnya, ia pun membaringkan tubuhnya dan membelakangi Jaejoong. Detik berikutnya ia bisa merasakan Jaejoong juga ikut berbaring. Yunho merasakan sebuah colekan dibahunya saat sedikit lagi ia akan mulai terlelap.
"Yunho."
"Yunho."
"Jung Yunho~"
"Hm?"
"Kau membuatku tidak kebagian selimut," ujar Jaejoong saat dia mendapatkan sedikit respon dari pemuda yang membelakanginya itu.
"Ee?" Yunho segera berbalik dan melihat kearah Jaejoong一ia langsung menyesal detik itu juga saat melihat paha itu kembali. Ia menghela nafas lalu mendekatkan tubuhnya pada tubuh Jaejoong, berbagi selimut. "Mendekatlah, Hyung," ujarnya.
Jaejoong tersenyum dan beringsut mendekati Yunho, "kau baik sekali. Mirip dengan adikku."
"Adik?"
"Iya, Adikku. Dia selalu bersikap baik padaku, terutama saat kami tidur berdua, ia selalu memberikan selimut padaku. Dia juga seusia denganmu, 15 tahun."
Yunho mengangguk, "adik perempuan Hyung pasti cantik sekali ya."
Jaejoong terkikik geli sebelum kembali berujar, "sayangnya dia itu laki-laki. Kalau saja dia perempuan, aku pasti akan menjodohkanmu dengannya."
"Oh, begitu." Yunho hanya bergumam mendengar ucapan Jaejoong, kelopak matanya kini terasa berat.
"Besok hari minggu, kita akan membeli kasur untukmu. Sebaiknya kita tidur sekarang," putus Jaejoong pada akhirnya saat ia melihat Yunho yang sudah menutup matanya一ia pun merasakan adanya sebuah beban imajiner yang membuat ia mau tidak mau menutup kedua kelopak matanya yang berhiaskan bulu mata yang panjang dan lentik itu.
"Mmmh," Yunho kembali menggumam, rasa-rasanya sebentar lagi ia akan terseret menuju alam mimpi.
Jaejoong menyamankan posisi tidurnya, ia memandang langit-langit kamarnya, sebelum kedua kelopak mata itu tertutup. "Kalau begitu, selamat tidur, Yunho." Ucapnya pelan.
"Selamat tidur, Hyung" Balas Yunho tidak kalah pelannya, ia benar-benar mengantuk sekarang.
Semenit kemudian, kamar itu menjadi sunyi senyap. Yang terdengar hanyalah suara nafas teratur milik keduanya. Mereka, sedang berada dalam buaian sang dewi tidur. Mimpi indah, Yunho, Jaejoong.
[ To be Continued ]
A.N : Pernah di-post di fb saya beberapa bulan yang lalu, Prince Minkyu.
...
:: Judul diambil dari Album Heart, mind and soul track 02一dengan judul yang sama, Kotoba wa Iranai (No words are needed)
0609prince
Cannabis G, April 2012.
