Ini Yuei. Sekolah tingkat SMA yang khusus mengarahkan murid-muridnya menjadi Pahlawan. Ujung semester adalah waktunya lokakarya. Tapi berhubung keamanan mereka yang selalu terancam, diputuskan bahwa kali ini kegiatan belajar luar sekolah itu akan diadakan di kota lain yang cukup jauh. Yokohama.
Melalui perjalanan darat dan laut yang cukup lama, mereka sampai di tujuan.
"Aizawa-sensei, apa tidak ada pelatihan fisik seperti sebelumnya?" tanya Iida saat bus mendarat di depan sebuah bangunan bertingkat lima.
"Agak sulit mencari lokasi yang tepat. Di sini pemakaian 'Quirck' diatur dengan ketat. Bahkan suatu perusahaan harus memiliki 'Izin Memperkerjakan Orang Berkemampuan Khusus'. Lokakarya kali ini memang ditujukan untuk pembelajaran."
"Ah... Jadi ini penginapan?" Yaoyorozu meragukan.
Mobil berhenti. All Might versi cekingnya turun pertama kali.
"Bukan, ayo semuanya turun dulu dan berbaris!"
Anak-anak kelas A turun dari bus. Berbaris dengan rapi di halaman gedung Agensi. Aizawa memperhatikan satu persatu murid kelasnya, memulai pengumuman singkat.
"Seperti yang kalian tahu, kelas B melakukan loka karya ke Nagoya. Di sana ada Vlad-sensei dan Midnight. Sedangkan di sini, aku dan All Might yang bertanggung jawab atas kalian. Besok kita akan melakukan kunjungan ke kilang pengolahan minyak bumi. Berhati-hatilah, jangan menyebabkan masalah. Bakugou, terutama kau."
"Hah?!" protes spontan Bakugou.
"Jadi, lantai tiga dari gedung ini kosong, kita sudah memperoleh izin untuk menggunakannya sementara.
Ada kafe di lantai dasar. Sekarang masih pukul dua siang, waktu bebas. Gunakan sebaik mungkin untuk istirahat dan mengenal lingkungan.
Baiklah, besok pagi berkumpullah di halaman ini pukul delapan. Sekian."
Anak-anak itu bubar dengan cepat. Menenteng tas masing-masing dan berlomba untuk masuk.
"All Might," Midoriya menghampiri gurunya. "Kenapa Anda ikut ke sini? Kekuatan Anda kan..."
"Kita tidak punya niat bertarung." jawab All Might. "Selain itu, ada teman lama yang ingin kutemui." jelas All Might. "Nikmatilah waktumu selagi bisa, Midoriya-shounen. Jangan terlalu khawatir, tapi jangan pula lengah."
"Siap!"
Atsushi dan Kyouka masuk ke ruang Agensi. Kunikida sedang fokus pada layar komputer, membaca dengan rinci semacam dokumen. Beralih ke meja lain, Yosano sedang mengasah pisaunya. Tanizaki dan Naomi ngobrol seperti biasa.
Sementara Kenji bergumam sendiri dengan riang, Ranpo di meja sebelahnya terkantuk-kantuk memegang koran berisi teka-teki silang.
"Ngomong-ngomong... Dimana Dazai-san?" tanya Atsushi.
Tidak ada jawaban.
Pintu tiba-tiba terbuka. Fukuzawa berjalan masuk dengan langkah tegap seperti biasa. Kharisma seorang pendekar pedang menguar dari tubuhnya. "Seperti pengumuman kemarin. Kita adakan pertemuan penting siang ini."
Atmosfer ruangan itu langsung berubah. Semua duduk dengan serius di meja masing-masing. Kunikida mengalihkan pandangan dari komputer, Yosano menyimpan pisaunya.
Yah... Pengecualian untuk Ranpo yang masih menelungkup ke meja.
"...Mana Dazai?"
Hening.
"Atsushi-kun, buka jendela." Ranpo menyelamatkan semua orang dengan komentar singkatnya.
"E...eh?" Atsushi bengong. Tapi dia menurut saja.
Klik, bunyi jendela ketika kacanya di angkat ke atas.
"Yo. Atsushi-kun~"
Dalam hitungan detik, Dazai tiba-tiba muncul di jendela itu. Dengan senyum cerah yang tak bisa ditebak.
"Bagaimana kau bisa ada disana... Dazai-san?!" Atsushi menyuarakan kejanggalan yang juga dirasakan anggota inti Agensi lainnya. Hanya Fukuzawa dan Ranpo yang tidak berubah ekspresinya.
"Yah... Ya, aku berniat mencoba bunuh diri dengan lompat dari atas. Tapi mendadak aku ingat pertemuan penting siang ini, jadi aku mampir di lantai empat sekarang."
"Baiklah. Cepat masuk, Dazai." kata Fukuzawa. Tidak kelihatan terganggu.
"Baiik!" Hup! Dazai segera masuk, duduk di tempatnya biasa.
"Baiklah. Kita mulai saja." Fukuzawa mengambil selembar kertas di atas meja. "Ada sebuah kelas tingkat SMA yang semua anaknya pengguna kemampuan. Mereka akan datang dan menyewa lantai tiga yang kosong selama beberapa hari."
"Mereka diincar oleh organisasi kejahatan yang dipimpin Shiragaki Tomura. Kita mendapat tugas dari kementrian untuk memastikan keamanan mereka."
"Haha, ini badan detektif lho," pikir Yosano.
"Ketua," Dazai tiba-tiba angkat tangan. "Ini akan menjadi sebuah tanggung jawab yang besar... Ada pergerakan aneh baru-baru ini." lapornya.
"Maksudmu?"
"...Ada beberapa orang yang muncul di area pelabuhan secara aneh. Berdasarkan rekaman kamera pengawas, mereka tiba-tiba muncul seperti teleportasi. Tentu bisa saja itu hanya bug pada kamera, tapi untuk apa mereka menunjukkan diri dengan cara begitu?"
"Dengan kata lain, penjahat?"
Fukuzawa menyimpulkan.
"Itu yang kutakutkan." sahut Dazai.
"Begitu," Fukuzawa terdiam sesaat, seperti memikirkan kembali sesuatu. "Maka, kita tidak bisa membiarkan mereka berkeliaran di Yokohama dalam bahaya. Lindungi mereka sebaik mungkin."
"...Dimengerti!!!"
Lantai tiga, memiliki banyak kamar-kamar kosong. Sebagian mengusulkan untuk tidur sekamar berdua, sebagian lagi berpendapat bahwa sebaiknya mereka menggelar futon di aula. Pada akhirnya, berdasarkan pertimbangan keamanan, opsi kedua yang dipakai.
Ketika Aizawa masuk ke ruangan satu jam kemudian, dia melihat semua anak terkapar di lantai, seolah-olah sepakat untuk tidur siang. "Hei, semuanya. Bangun. Bersiaplah untuk turun ke bawah dan makan malam!"
Bergantian mandi, seragam sekolah berserakan di lantai. Anak-anak kelas A itu memakai pakaian rumah masing-masing, turun ke lantai bawah.
Aizawa sudah menunggu di kafe Uzumaki, memegang beberapa helai kertas.
"Apa itu, Aizawa-sensei?" tanya Midoriya ingin tahu.
"Pembagian tim." jawab Aizawa singkat.
Tiba-tiba sekelompok orang masuk ke dalam kafe, tatapan mereka mengamati sekitar. Aizawa menoleh ke pintu, melambaikan tangan. "Agensi Detektif, ke sini!"
"Anda Aizawa-san?" tanya Kunikida memastikan.
"Ya, mohon kerja samanya."
sahut Aizawa. Anak-anak kelas A memperhatikan.
"Semuanya sudah turun?" Aizawa mengedarkan pandangan, mengecek kelengkapan murid-muridnya.
"Dengar, mereka adalah Agensi Detektif Bersenjata, orang-orang berkemampuan khusus. Selama loka karya, mereka akan menemani kalian." jelas Aizawa. "Semacam pemandu wisata."
"Jika benar pemandu wisata, kenapa harus dari kalangan pengguna kemampuan?" gumam Todoroki.
"Pemikiran bagus," puji Dazai. "Secara logisnya, kami adalah usaha yang menjual jasa. Menjaga keamanan salah satunya."
"Dazai, Aizawa-san tidak memperjelas keadaan agar mereka bisa menikmati loka karya secara normal." tegur Kunikida.
"Begitulah," Aizawa memejamkan mata. "... Itu yang kupikirkan sebelumnya. Tapi kalian tentu lebih tahu perkembangan situasi. Ada ancaman?"
"Mengenal orang-orang ini?" Dazai menunjukkan sebuah foto.
"Shiragaki Tomura...!" suara Aizawa tertahan. "Bagaimana mungkin?"
"Ada dua kemungkinan. Antara kemampuan deduksi yang luar biasa, atau kegigihan mencari informasi dengan cara yang tidak biasa." ujar Dazai.
"...Masuk akal." Aizawa mengambil kembali kertas dari meja.
"Anak-anak, kalian akan dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masingnya beranggotakan 4 orang. Tiap kelompok akan berada di bawah pertanggung jawaban salah satu anggota Agensi. Sebelumnya, kuharap kalian memperkenalkan diri." Aizawa menoleh pada anggota Agensi.
"Namaku Kunikida Doppo. Siapa pun yang menjadi anggotaku nanti, kuperingatkan agar kalian disiplin waktu." Kunikida memperkenalkan diri.
'Se, sepertinya dia orang yang keras...' anak-anak kelas A membatin.
"Aku Nakajima Atsushi, 18 tahun. Ayo lakukan yang terbaik!"
'Di usia itu... Apa dia putus sekolah?'
"Aku Yosano Akiko. Apa ada di antara kalian yang terluka? Jangan khawatir. Aku akan membantu proses penyembuhan dengan cepat."
'Senyuman itu... Mencurigakan.'
"Haha, sebaiknya kalian jaga diri kalian baik-baik dan jangan sampai terluka." Tanizaki tertawa kecil, raut mukanya menampilkan trauma. "Namaku Tanizaki Juunichirou. Salam kenal."
"Tanizaki, jangan mengganggu kesenanganku." tanggap Yosano.
"Tidak, tidak, tidak, mereka masih di bawah umur!"
'Ada apa dengan kontradiksi ini? Dan lagi apa kaitannya dengan usia?'
"Ah, aku Dazai." Dazai sempat-sempatnya menghirup kopi sementara menunggu gilirannya melakukan perkenalan. "Dazai Osamu."
"Itu saja?" celetuk Kirishima.
"Apa tidak ada sepatah kata seperti yang lain?" kejar Mina.
"Hmm, hati-hatilah saat bunuh diri!" Dazai mengucapkan kembali kalimat yang dulu ia ucapkan dalam misi pertama dimana dia bertemu Hirotsu.
'E...eh?'
"Jangan bicara aneh-aneh pada mereka, Dazai!" geram Kunikida yang sepertinya akan menghajar Dazai dengan senang hati kalau saja Aizawa tidak memulai pembagian kelompok.
"Jadi, begini kelompoknya..."
Tim Atsushi
Midoriya
Koda
Mina
Iida
Tim Kunikida
Yaoyorozu
Ojiro
Sato
Kaminari
Tim Dazai
Bakugou
Ochako
Tokoyami
Kirishima
Tim Yosano
Todoroki
Asui
Shoji
Sero
Tim Tanizaki
Hagakure
Jiro
Mineta
Aoyama
Tanpa diinstruksi, kelompok-kelompok kecil segera terbentuk. Sambil menikmati pesanan makanan, diskusi-diskusi kecil berlangsung.
"Atsushi-san, apa quirck mu?" tanya Iida bersemangat.
"Haha... Aku hidup selama 18 tahun tanpa menyadarinya..." sahut Atsushi.
Midoriya tersentak, "Ja, jadi, Anda awalnya tanpa kemampuan?"
Atsushi menggeleng, "Mungkin bisa dianggap begitu, mungkin juga tidak. Tapi pertama kali mengetahuinya, aku sangat shock."
'Waah, orang ini pasti sangat gembira saat itu...' pikir Midoriya.
'Haaa, itu benar-benar menakutkan, rasanya seperti bukan kenyataan...' kenang Atsushi.
"Aku sudah membaca data tentang kalian tadi..." Atsushi menunjukkan beberapa helai kertas print. "Midoriya-kun, kemampuan fisikmu dapat meningkat secara tiba-tiba, namun beresiko pada tubuh." Ia menyimpulkan.
"Aku terbiasa memaksakan diri ketika bertarung..." Midoriya garuk-garuk kepala.
"Hmm, kau harus lebih pertimbangan, Midoriya-kun." Atsushi bukannya tidak mengerti situasi pertarungan untuk bertahan hidup, untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. Tapi itu hal terbaik yang bisa dia katakan saat ini.
"Selanjutnya, Koda-kun, berkomunikasi dengan hewan. Wah, itu hebat!" komentar Atsushi. "Ashido-chan dan Iida-kun juga."
'Orang ini... Super positif...'
"Atsushi-san sendiri, ceritakan tentang kemampuanmu!" desak Ashido, mengulang kembali pertanyaan Iida.
"Aku, ya...berubah jadi harimau di bawah bulan purnama?"
"Dazai, jangan mempermalukan agensi. Lakukan tugasmu dengan serius." Kunikida mengirim sinyal ancaman pada Dazai.
"Baik, baik," Dazai dengan acuh tak acuh berpindah meja.
"Aku sudah mempelajari kemampuan kalian, yaah, sangat menarik ya!"
"Sialan, kau bahkan tidak terlihat tertarik," cetus Bakugou dengan segenap sopan santunnya. "Orang yang kelihatan lemah sepertimu melindungi kami?"
"Bakugou!" tegur Aizawa.
Dazai menatap bocah itu, tersenyum diam-diam saat wajah Akutagawa ditampilkan dalam wujud lebih muda. "Oke, mau coba melawanku, Bakugou-kun?"
