Titip
Rate: T
Character: Nakahara Chuuya x Edogawa Ranpo (ChuuRan)
Disclaimer: Asagiri Kafka & Harukawa Sango.
Warning: OOC, typo, absurd, gaje, ada bau romance dikit (?), dll.
Author tidak mengambil keuntungan apa pun dari fanfic ini, dan semata-mata dibuat untuk bersenang-senang, serta diikutkan pada event "BSD crack pair" di tumblr.
Day 1: Hands in Hair/Oceans
Pukul lima sore di waktu mengopi bersama senja. Sepi di taman kota dihias wajah cemberut Nakahara Chuuya yang macam bebek mengamuk. Begini, lho, kapan lagi jam kerja Port Mafia mengizinkannya pulang cepat. Ia seharusnya leha-leha di apartemen, maraton drama ditemani sekotak tisu, makan malam bahagia dan mengakhirinya dengan pesta mabuk khusus jones–berteriak 'WE ARE YOUNG' terus dilempar panci sama tetangga.
Namun, mimpi tinggal mimpi jika Dazai Osamu melibatkan diri. Chuuya bertemu mantan rekannya itu di jalan pulang, dan dititipkan 'bayi besar' sementara Dazai mengejar wanita cantik untuk mengembalikan sapu tangannya. Terus Chuuya cemberut, karena ditinggal sejam lebih yang jelas-jelas dia dibodohi.
"Hey, mister fancy hat. Aku bosan. Hibur, dong." Ah, sial! Bisa-bisanya Chuuya kehabisan tisu untuk menyumpal mulut cerewet itu. Belum lagi makannya acak-acakan, membuat remahan keripik kentang beterbangan ke celananya.
"Mintalah pada badut idiotmu setelah dia kemari dan kuhajar!"
"Dazai-kun akan balik satu jam lagi. Dia selalu menghabiskan waktu dengan wanita kurang lebih dua jam." Segitu kurang malah. Si idiot perban sampai berputus asa, ingin menjadi pengangguran kaya raya yang memiliki harem di satu rumah besar.
"Cih! Idiot itu pikir aku baby sitter apa?"
"Mister fancy hat adalah mafia yang tidak seperti mafia." Bungkus keripik kentang dibuang ke tong sampah. Si bayi besar–Edogawa Ranpo jadi betulan bosan, karena kehabisan camilan.
"Oh. Kau menantangku, bayi besar? Akan kubuktikan jika aku ini mafia sejati!" jawab Chuuya diiringi seringai kemenangan. Ia beranjak dari bangku taman untuk pulang ke apartemen.
"Keripik kentangku habis. Nanti belikan lagi, ya. Aku mau dua!"
"SIAPA JUGA YANG MAU MEMBELIKANMU KERIPIK KENTANG?! Aku akan pulang ke apartemenku!"
"Rasa ayam panggang sama rumput laut. Jangan lupa!"
Apa pedulinya coba? Chuuya bersungut-sungut atas satu jam yang terbuang percuma. Keheranan mau-maunya menjaga Ranpo yang notabene, merupakan musuh Port Mafia. Belum setengah perjalanan berlalu, Chuuya adu tatap dengan pria gempal yang menabrak bahunya. Eksekutif muda itu lagi sensitif berat. Ingin menghajar siapa pun sebelum tiba di hidangan utamanya yakni Dazai Osamu.
"Minta maaf oi!" Telunjuk Chuuya mengarah pada wajah si preman. Darahnya sudah mendidih ingin baku hantam, walau yang bersangkutan adem ayem.
"Salah sendiri tubuhmu kecil."
"SELAMA DUNIA BERPUTAR AKU MASIH BISA TUMBUH TINGGI! KAU MENGEJEKKU?!"
"Bocah zaman sekarang kurang ajar semua ternyata."
"SIAPA YANG KAU KATAI BOCAH, PREMAN BA–!", "Aku harus memangsanya sebelum terlambat. Pulang sana!" usir pria itu mendorong Chuuya. Niatnya baku hantam mendadak sirna gara-gara kepikiran.
Mau memangsa katanya? Tetapi siapa? Pria itu bertubuh gempal, berotot, kekar, punya tato, tinggi besar, tipikal bad boy, kulitnya putih dan berwajah ganteng bikin kepingin ho ... ho ... hom ... hom ... ho-mi-na ka-re-na dia me-nu-ju TAMAN KOTA! Sontak Chuuya berlari, dan menendang kepala si preman sebelum Ranpo dimangsa. Badannya Chuuya tinggalkan, sementara ia menghampiri Ranpo yang melambai-lambai riang.
"Mister fancy hat lama banget. Mana keripik kentangku?"
GREP!
"Nanti kubelikan sebanyak yang kau mau. Sekarang kita pergi dari sini." Tanpa permisi pergelangan tangan Ranpo diraihnya. Namun, pengguna 'super deduksi' itu menepisnya membuat Chuuya terkejut.
"Tidak mau! Aku mengantuk soalnya."
"Hah?! Kau bisa tidur di kantormu setelah kuantar!" Bisa saja preman barusan ditemukan anggota gengnya, terus berniat balas dendam. Ranpo jelas dalam bahaya.
"Pokoknya tidak mau! Nanti Kunikida-kun menyuruhku bekerja lagi."
"Kau ... ya ampun ...! Minggir!"
Setelah Chuuya duduk, Ranpo langsung menyandarkan kepalanya di paha sang eksekutif. Sesekali menguap lebar sambil meregangkan tangan, membuat Chuuya memijat kening menyaksikan tingkah lakunya–lelah dengan permainan bayi besar dan baby sitter yang sangat menguras tenaga.
"Ternyata kau juga senang cari mati, ya?" Perempatan siku bermunculan di pelipis Chuuya. Sekarang pahanya dijadikan bantal seenak jidat.
"Jangan bicara lagi. Aku jadi tidak bisa tidur."
"Bagus. Aku akan terus bicara sampai kau beranjak dari pahaku."
"Kalau begitu belikan aku bantal supaya bisa tidur. Kursinya tidak empuk."
"Memangnya aku ibumu apa?! Minta saja ke orang tua aslimu!"
"Mereka sudah meninggal dalam kecelakaan. Apa mister fancy hat jadi membelikanku bantal?"
"Tidurlah sesukamu. Aku tidak akan bicara lagi."
Usai mengucapkannya Chuuya memalingkan wajah. Suara dengkuran halus menjadi kemerduan puisi untuk mengiringi kepulangan senja ke pelukan langit. Masih dengan wajah menyamping Chuuya melepas topi Ranpo. Ragu-ragu mengelus rambutnya yang ternyata nyentrik dengan model tidak beraturan, tampak acak-acakan dan mencuat ke atas, tetapi begitu lembut ketika bergesekkan dengan sarung tangannya.
Lantas, kelembutan itu menghipnotisnya dengan sentuhan yang mengembalikan rindu. Membuatnya jatuh diri dalam rasa penasaran, ketika Chuuya menurunkan kepala untuk mengetahui wajah tertidur Ranpo yang mungkin, begitu manis karena ia hobi makan permen. Sewaktu udara menipis, dan jarak meniadakan diri, sepasang manik hijau mengerjap menampakkan warna. Menyambut biru laut yang terbelalak oleh kedekatan mereka.
Kejut bertemu kejut. Napas mereka beradu dalam kehangatan yang saling memeluk. Keduanya terdiam sampai Chuuya menarik kepala menjauh. Menutup merah yang manja di sepasang pipinya.
"A-a ... a ... aku ... tadi ..."
GREP!
"Wajahmu merah, mister fancy hat. Kau demam?" tanya Ranpo polos menarik tangan Chuuya. Mata kebiruannya lirik sana-sini untuk mencari pembelaan.
"Ku-kupikir ada kotoran di wajahmu! Jadinya kuperiksa."
"Kotoran, ya. Setidaknya mister fancy hat sudah membaik meskipun demam."
"Membaik bagaimana? Aku sehat-sehat saja." Ujung rambut Chuuya ditarik perlahan. Ranpo iseng memainkannya dengan dililitkan ke jari.
"Tadi mister fancy hat merasa bersalah, bukan?"
"Jangan tarik-tarik rambutku, oi! Tidur lagi sana! Siapa juga yang merasa bersalah ..."
"Tadi juga mister fancy hat mengelus rambutku." Merah di pipinya kian berwarna mendengar pernyataan Ranpo. Chuuya tambah kicep sambil geleng-geleng.
"Ka ... ka ... kali ada paku!"
"Mister fancy hat tsundere ternyata!"
Puas menarik-narik Ranpo bangun dari tidur pura-puranya. Mencium rambut Chuuya yang wanginya manis, dan seperti kue yang satu setengah jam lalu Ranpo makan bersama Chuuya. Saat eksekutif mafia itu melewati taman kota, dia membawa dua kotak kue yang dibagi ke Ranpo tanpa suruhan Dazai. Mereka makan dengan lahap. Chuuya kelihatan lebih manis ketika bahagia.
"Baunya enak. Shampo apa yang kau gunakan?"
"Shampo?" Mata Chuuya mengerjap-ngerjap atas apa yang didengarnya. Ranpo mengangguk untuk meyakinkan.
Sumpah. Chuuya ingin mengumpat karena terlalu senang. Mulai dari Akutagawa, Hirotsu, Tachihara, Gin, Higuchi, tidak ada satu pun yang sadar termasuk Elise, Kouyou dan Bos Mori. Padahal pagi tadi, baunya lebih kuat dibandingkan sekarang. Jelas Chuuya sebal karena anak buahnya rata-rata cowok yang sulit peka–meski cewek sama saja, dan itu bikin kesal.
Lalu sekarang, ada Ranpo yang peka bahkan menanyainya. Dia pasti bukan cewek atau cowok, melainkan malaikat dari surga yang dunia turunkan untuk memahami dirinya.
"Mukazoro yang wangi cinnamon. Membuatmu teringat dengan kue tadi sore, bukan?" Penuh antusias Ranpo mengangguk. Dia suka dan mau makan lagi lain waktu.
"Ada yang wangi permen?"
"Ada, dong. Kau tertarik, bayi besar?"
"Aku mau pakai yang wangi permen."
"Benar juga. Akan kuculik kau sekalian untuk menunjukkan aku ini mafia sejati. Lalu setelah itu ...", "Ke supermarket beli keripik kentang sama bebek. Terus gendong aku nanti." Hah? Bebek? Gendong? Belum sempat bertanya Ranpo sudah tertidur di bahu Chuuya. Kali ini detektif itu serius, karena bergeming ketika pipinya dicolek bahkan Chuuya tepuk.
"Kekanak-kanakan sekali. Aku serius mau menculikmu padahal."
-ll-
Tiba di apartemen Chuuya, Dazai langsung masuk tanpa permisi. Pemuda jangkung itu sudah menduga Ranpo dibawa kemari. Toh, nyatanya dia mengaret dan baru selesai pukul tujuh–meski alasannya ke sini bukan minta maaf, melainkan jelas menjemput Ranpo.
Ruang tamu kelihatan sepi dan acak-acakan oleh bekas keripik kentang, ada juga botol soda beserta PSP yang dibiarkan menyala. Dazai melangkah lagi, dan berhenti di depan kamar mandi. Sembarangan membuka pintu untuk mendapati Chuuya tengah berendam ditemani Ranpo. Obrolan mereka terhenti menyadari kedatangan Dazai yang melongo–salah fokus sama bebek mainan di bak mandi.
"Kalian se-" BUKKK! Sebuah baskom telak mengenai kepala Dazai. Chuuya beranjak dari bak mandi, sementara Ranpo menyoraki mereka untuk gelut.
"IDIOT MESUM SIALAN! PERGI SANA!" Pintu kamar mandi Chuuya lepaskan dari engselnya. Siap menghantam Dazai yang jatuh terduduk, ngeri bukan main.
"AMPUN, CHUUYA. AKU HANYA MA-"
BUMMM!
Karena Dazai pingsan, jadilah Ranpo menginap seharian di apartemen Chuuya.
Tamat.
A/N: Akhirnya kesampean juga bikin ChuuRan. Ini salah satu crack pair favoritku semenjak ada adegan mereka di manga yg ranpo masukin chuuya ke buku~ dan aku suka sama ranpo yang manggil dengan 'mr fancy hat'. aku tetep pake 'mr fancy hat' karena ngerasa aneh sama 'tuan topi mewah' (panggilan itu aku tau dari fic ChuuRan yg judulnya "nyasar"). dan makazoro itu plesetan dari maka***o. ku juga minta maaf apabila fic ini terkesan maksa, HAHAHAHA.
Oke. thx banget buat yang udah review, fav atau follow atau sekedar mampir buat baca. aku menghargai apa pun yang kalian berikan~ sampai jumpa besok di day 2!
