Oh sehun.
Wajah tampan dengan garis rahang yang tegas. Surai keemasan khas penduduk asli negara barat. Dan sorot matanya yang dalam namun tajam.
Tapi tidak untuk sekarang.
"Oh sehun. Umur dua puluh delapan tahun. Pemilik perusahaan advertising dengan dua cabang di tanah sakura (jepang) dan tanah sina (china). Memiliki kekasih bernama xi luhan. Tinggal bersama di apartemen pusat kota Seoul." Seorang dengan topeng menutupi separuh wajah bagian atasnya, berdiri menjulang di hadapan sehun yang sedang terduduk memegangi perut. Sedikit darah keluar dari sudut bibirnya yang lecet.
Sehun menghela napas. Menetralkan napasnya yang tak beraturan seusai berlari menghindari tiga sosok manusia berjaket dengan hoodie menutupi kepala mereka serta topeng hitam di wajah mereka. Siapa mereka? Ada urusan apa mereka dengannya?
"Siapa kalian?" Suara sehun tidak terdengar bergetar atau ketakutan. Suaranya tenang. Walaupun dia tidak tahu apa yang akan menunggu di masa depannya, mati atau rumah sakit.
Lelaki misterius itu berjongkok. Membuat kedua lainnya meningkatkan kewaspadaan kalau sehun mulai bertingkah.
"Kau membunuh wu yifan, aktor yang sedang naik daun dua tahun lalu. Dijadikan saksi utama oleh polisi dan lolos karena tidak cukup bukti."
Sehun tersenyum miring, "Ada urusannya dengan kalian?"
"Sayangnya iya." Selembar kertas berisi foto dirinya dan tulisan yang sehun tidak mau tahu, ditunjukan di depan wajahnya. "Ada seseorang yang menginginkan nyawamu dengan harga lima puluh juta won."
Sehun terkekeh, "murah sekali."
Tiga sosok misterius itu mengamati sehun. Ada yang aneh dengan target mereka kali ini. Oh sehun tidak terlihat takut sama sekali.
"Kalau kalian punya waktu, akan kuceritakan." Sehun terbatuk dua kali. "Xi luhan adalah tunanganku. Wu yifan itu aktor yang bekerja di perusahaanku. Mereka selingkuh di belakangku."
"Jadi, kau membunuh wu yifan karena cemburu?" Yang paling pendek menyela.
"Bukan. Aku hanya berniat memberinya pelajaran jadi aku menyuruh sekelompok orang untuk membuatnya babak belur. Tapi ternyata mereka melebihi batas."
Setetes dua tetes air mulai jatuh setelah awan mendung berkeliaran di atas mereka. Dan hujan mulai turun. Menemani mereka mengobrol ringan tentang pembunuhan seorang aktor dan pengkhianatan kekasih.
"Intinya, kau bersalah."
"Benar. Aku salah."
"Kau punya pilihan, oh sehun. Akui kesalahanmu lalu biarkan dirimu mendapat hukuman tanpa bantuan uangmu. Kalau kami sampai mendapatkan kabar kau dibebaskan lagi dari hukumanmu, kami yang akan membunuhmu."
Sehun membenarkan posisi duduknya. Sepenuhnya bersandar pada tiang lampu pinggir jalan yang sepi. Matanya menerawang menatap wajah di depannya dan dua lainnya. "Aku ingin bertanya satu hal. Siapa yang membayar kalian?"
Hening sesaat. Sampai orang yang berjongkok di hadapan sehun kembali di posisi berdiri. Tegap dan gagah.
"Xi luhan. Your precious one."
.
"Tolong, bunuh saja aku."
.
.
SHADOW cake
.
.
BANGTAN!
Disc (c) Shadow Cake
.
Kuperingatkan. Jangan membaca kalau tidak mau membaca. Jangan berkomentar kalau tidak mau berkomentar. Jangan menjadi pecundang, sudah membaca tapi tidak berkomentar.
Tidak ada keuntungan yang kuambil dari fanfiction ini. Kecuali kepuasan.
(Jangan dianggap serius *grin)
.
Rated T+ (Bimbingan Orangtua/? Haha) / Crime / Slice of Life / Action / Bloody Scene / Boys Love / Typo / Cara Penulisan Kurang Profesional / Pairing Dirahasiakan / BTS Fanfiction
.
.
SHADOW cake
.
Hoseok melangkahkan kaki memasuki restorannya. Disambut oleh para pegawai yang sedang; duduk, berdiri, bermain ponsel dan mengobrol. Menunggu kedatangan hoseok. Memang, dia memiliki aturan untuk pegawainya yaitu jangan bekerja sebelum owner; hoseok, tiba di restoran. Tapi jangan berani muncul jika hoseok sudah menginjakan kaki di restoran. Simple.
Suara lonceng ketika Hoseok membuka pintu menyadarkan seluruh pegawai dari kegiatan individual mereka. Serentak berdiri dan berbaris. "Good morning, sir!" Salam hormat yang sudah menjadi kebiasaan mereka terdengar kompak dan tegas. Semuanya membungkukan badan.
"Morning." Hoseok tersenyum, berdiri di hadapan mereka. Mengamati satu per satu pegawainya. "Sepertinya kurang satu."
Yongguk meringis ditatap bosnya meminta penjelasan. "Maknae memberitahuku kalau dia akan terlambat beberapa menit."
"Beberapa menit itu berapa?"
"Aku tidak tahu." Yongguk mengangkat kedua tangannya. Tanda kalau dia benar-benar tidak tahu. Lagi pula pesan yang diterimanya memang mengatakan kalau maknae mereka akan terlambat beberapa menit.
Tidak mau memperkarakan hal sepele, hoseok menyuruh mereka bersiap untuk membuka restoran. Masih ada waktu satu jam sebelum restoran dibuka. Dan masih ada waktu satu jam untuk jeon jungkook sampai di restoran.
.
SHADOW cake
.
"Jeon jungkook."
Yang dipanggil namanya menelan ludah gugup. Walau sebenarnya tidak perlu. "Yessir."
"Kuharap kau memberiku alasan yang bisa menahanku untuk memecatmu." Hoseok menatap jungkook lurus. Serius. Tangannya terlipat di depan dada. Mengamati jungkook yang menundukan kepala.
"Kakakku menjatuhkan teko air panas di kakinya, sir. Aku harus mengobatinya dulu sebelum lukanya membengkak." Jungkook menjawab jujur. Kakaknya pagi ini tidak sengaja menjatuhkan teko dari kompor hingga mengenai kakinya. Membuat warna merah melepuh yang masih diingat jungkook dengan jelas. Kulit kakaknya terlalu putih pucat dan sensitif dengan benda-benda yang panas.
Hoseok mengangguk. "Baiklah. Dimaafkan."
"Yeah!" Jungkook mengepalkan tangannya ke udara. Girang. "Kau yang terbaik hyung! Kalau begitu aku kembali bekerja!"
Tanpa menunggu jawaban hoseok, jungkook sudah lebih dulu keluar dengan membanting pintu ruang kerja hoseok. Terlalu senang. Sampai-sampai hoseok ingin mengumpat dan memaki bocahnya yang kurang ajar dan tidak sopan itu.
Well, semua bocahnya tidak ada yang sopan padanya.
.
Jungkook membantu junhong dan yongguk menata meja kursi dan mengelap benda-benda itu sampai bersih. "Apa bos memarahimu, jungkook-ah?"
Mata kelinci jungkook melirik junhong yang sudah selesai dengan bagiannya. Duduk di meja bar berdekatan dengan kasir, himchan yang menjaga kasir.
"Mana mungkin." Jungkook tersenyum percaya diri. "Hoseok hyung tidak akan marah kalau kita masih bisa membuka restorannya seperti biasa."
"Dia benar." Yongguk menimpali. Berjalan ke ruang pegawai untuk mengembalikan peralatan kebersihan mereka. "Tapi hosiki bisa murka kalau kau terus-terusan terlambat jeon."
Jungkook memgangkat bahu tidak peduli. Berjalan ke meja bar berdiri di sebelah junhong.
"Kalau aku terlambat itu karena kakakku sedang dalam masalah. Kalau hoseok hyung tidak suka karena aku lebih mengutamakan kakakku daripada pekerjaan, lebih baik aku dipecat saja. Kasus ditutup." Mata jungkook menelusuri dapur dari jendela kecil yang menghubungkan dapur dengan bar. Menemukan daehyun, jongup dan youngjae. "Jongup hyung! Dimana susuku?"
Jongup menyodorkan segelas besar susu sapi yang baru saja ia panaskan pada jungkook. "Kau tidak bosan minum susu? Kau kan sudah tinggi."
"Kebiasaan memang susah dihilangkan hyung, lagi pula ini enak." Jungkook melempar sebungkus permen untuk jongup. Ditangkap dengan baik. Ucapan terima kasih dari jungkook karena sudah membuatkan susu hangat.
"Hei, jeon." Himchan bertopang dagu mengamati jungkook menghabiskan isi gelasnya sampai habis. "Bukannya lebih baik kalau kau membawa kakakmu ke dokter?"
"Kakakku sehat hyung."
"Dia butuh perawatan, jeon. Kalau yoongi bisa menjadi normal, dia bisa membantumu bekerja. Ekonomi kalian tidak akan seburuk sekarang."
Himchan benar. Tapi jungkook tersinggung. Apa salahnya kalau jungkook membiarkan kakaknya seperti sekarang? Dia mampu bekerja sendiri tanpa membuat kakaknya bekerja keras. Kakaknya hanya perlu di rumah, memasakkan makanan untuknya dan menyambutnya pulang.
"Kakakku normal hyung. Dan kami masih bisa hidup tenang dengan keuangan kami yang pas-pasan." Semua yang mendengar balasan jungkook tahu kalau suaranya naik satu oktaf. Itu berarti jungkook tidak mau meneruskan 'diskusi' mereka berdua.
"Tapi kau akan lebih tenang lagi kalau kakakmu juga ikut bekerja." Dasar himchan saja yang tidak bisa membaca suasana.
Suara tepukan tangan menginterupsi. "Saatnya membuka restoran! Kembali ke tempat kalian!" Yongguk berjalan ke luar, membalik papan hitam besar dari closed menjadi open.
.
.
To be Continue
.
Call me SHAD. Nice to meet ya.
Ini BTS fanfiction, bukan BAP / EXO.
Ada yang mau ditanyakan?
Terlalu pendek? Ini baru perkenalan.
Membosankan? Cara penulisan tidak enak dibaca? Pemilihan kata buruk? Makanya kasih masukan. Kasih saran. Kasih pelajaran. Biar aku tau.
.
Sign,
Shadow cake
