Freunde Für Immer

.

Disclaimer : Naruto©Masashi Kishimoto

.

Chapter 1 : Murid Baru

Murid-murid sudah mulai berdatangan ketika sebuah mobil Porsche putih memasuki gerbang sekolah mereka—Konoha High School. Beberapa anak memandang takjub bercampur tatapan penuh tanya ketika sang pemilik kendaraan mewah itu memakirkan kendaraannya tepat di bawah pohon besar di halaman gedung bercat putih itu. Setahu mereka, tidak ada seorang pun yang memiliki kendaraan semewah itu.

Dan langsung saja, terdengar kikik dari serombongan besar gadis yang sedang bergerombol di dekat sana, ketika dua orang lelaki—yang bisa dibilang, err... cukup tampan—yang merupakan pemilik dari mobil itu, keluar dari dalam mobilnya.

"Nah, Sasuke. Ini dia sekolah barumu," ujar salah satu dari kedua lelaki itu, Itachi Uchiha. "Kau tahu? Sekolah ini termasuk dalam 'The Best High School in Universe'!" Imbuhnya, ua memberi jeda sebelum melanjutkan kalimatnya, menggaruk pipinya dengan jari telunjuk kanannya, dan tertawa canggung. "Aa, lebih tepatnya satu tingkat dibawah sekolah lamamu di Oto. Tapi ratingnya hanya terpaut—"

"Itu tidak penting, Itachi." Sela pemuda berambut emo yang berdiri disamping Itachi, memotong cerocosan panjang kakaknya. Yeah, sebut saja 'Uchiha Sasuke'.

Itachi menghela nafas dan tersenyum maklum mendapat respon dingin seperti itu dari adiknya. "Yeah, terserahmu, lah. Setidaknya kau tidak membuat onar lagi, ne, Sasu-koi!" Ujarnya seraya mengacak rambut Sasuke—yang sukses mendapat deathglare dari adiknya—sebelum bel masuk pelajaran pertama berbunyi dengan nyaring. "Aa, sebaiknya kita segera masuk sekarang." Usulnya, kemudian melangkahkan kakinya masuk menuju gedung Konoha High. Tentunya diiringi dengan tatapan genit, terpesona, kikikan-kikikan—bahkan teriakan histeris, oleh para gadis yang masih berkeliaran diluar kelas. Nasib orang ganteng. Pikir Sasuke bernarsis ria, melupakan sifat-dingin-seperti-beruang-kutub-nya yang mempesona sekaligus menyebalkan itu. Ups! *dilempar panci

Sasuke mengikuti kakaknya dengan tampang malas, sesekali ia mendengus kesal. Tak jarang pula ia menggerutu pelan, mengacuhkan para gadis yang dengan hebohnya saling sikut sambil menunjuk kearah kakak beradik itu ketika mereka menaiki undakan depan. Berbeda dengan Sasuke yang tampak acuh, Itachi justru memasang senyum-sok-manisnya dan tebar pesona pada gadis-gadis itu. Dasar!

Sama saja seperti sekolah lamaku. Merepotkan. Pikir Sasuke ketika ia memasuki koridor sekolah barunya. Di mana-mana terlihat anak-anak yang sedang mengobrol, saling bertegur sapa dengan teman-teman mereka. Dan hubungan sosial masih sama merepotkannya. Batinnya lagi. Ia masih saja mengamati anak-anak yang sedang mengobrol di sisi kiri koridor. Samar-samar, pemuda itu bisa menangkap pembicaraan mereka—tentunya karena suara mereka yang super keras. Apa yang mereka bicarakan? Yeah... seputar tempat liburan, pakaian baru, model rambut terbaru, tips diet, gossip yang sedang ngetrend, list cowok-cowok ganteng—Ah, Sasuke yakin kalau namanya bakal dimasukkan kedalam list itu setelah ini. Terlalu percaya diri, memang—Ah, dan juga... pacar baru. Yeah, topik umum yang biasa dibahas di hari pertama sekolah—terutama pada gadis remaja. Dimana-mana sama saja, 'kan?.

Setelah pergi ke ruang tata usaha—dan tentunya, ruang kepala sekolah. Itachi langsung tancap gas menuju tempat kuliahnya, dan meninggalkan Sasuke disekolah barunya. Tidak mungkin juga, 'kan kalau ia menemani adiknya sampai jam pelajaran berakhir?. Ya, kecuali kalau adiknya masih TK, atau masih berjiwa balita.

Dengan ekspresi acuh-tak acuh, Sasuke melenggang santai menuju kelas barunya, yang merupakan kelas unggulan disekolah itu. Kelas XII A, tepatnya—yang ironisnya berada di lantai tiga. Dengan penampilan acak-acakan, rambut tak terurus, jas seragam yang disampirkan dibahu kirinya, dasi yang terikat longgar, dan kemeja yang sengaja tidak ia selipkan didalam celananya, ia mulai menjalani nasib sialnya—menaiki tangga merepotkan yang harus ia tempuh untuk sampai ke kelasnya. Ah, rutukilah dirimu sendiri yang terlahir di keluarga terpandang sehingga harus bersekolah di gedung mewah bak istana yang membuat kakimu pegal.

Sasuke terus melangkah gontai, tak menghiraukan bel masuk yang sudah berbunyi sekitar satu jam lalu. Andai dia bukan murid baru disini, kujamin ia akan lebih memilih untuk bolos. Jangan ditiru!

Baru saja ia melangkahkan kaki dari tangga merepotkan yang harus ia lewati untuk mencapai kelasnya—

"Hei, kau!"

—seruan seorang gadis tertangkap oleh indra pendengarannya.

Tapi, Sasuke mengacuhkannya, dan melanjutkan perjalanan panjangnya. Toh, belum tentu ia yang dipanggil, kan?

"Hoi, rambut pantat ayam! Aku bicara padamu! Kau ini tuli, ya?!" seruan dengan nada kesal itu terdengar lagi, sayangnya, Sasuke masih bersikeras untuk mengacuhkannya dan lebih memilih melanjutkan profesinya sebagai seorang musafir (?). Lagipula, ia juga tidak merasa memiliki—err... rambut pantat ayam dan juga cacat fisik pada bidang pendengaran alias tuli. Jadi, dia tidak salah, 'kan?

Dan ia masih tetap mengacuhkan seruan-seruan—yang menurutnya mengganggu itu.

Ya... setidaknya, tidak sampai peristiwa ini terjadi...

.

.

.

PLETAK!

Yak, sebuah kaleng soda berwarna orange yang sudah kosong melompong itu mendarat dengan indah di kepala Sasuke. Ah, ia yakin kalau sebuah benjolan merepotkan akan bersemayam di kepala mulusnya sebentar lagi. Ia dapat merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri saat itu. Mugkin orang yang melemparnya itu mewarisi tenaga monster, atau apa sejenisnya.

Dengan wajah merah padam, nafas yang memburu, aura suram mencekam, dan emosi yang sudah tersulut amarah, Sasuke menolehkan kepalanya dan melempar tatapan tajam mematikannya kepada 'gadis' yang melemparnya dengan kaleng soda tadi. Perlu ditekankan, yang melemparnya adalah seorang 'gadis'. Sasuke benar-benar heran bin takjub. Biasanya para gadis akan terpesona denggan ketampanan Sasuke. Tapi kali ini, seorang gadis malah melemparnya dengan kaleng soda. Ironis bukan?

Sasuke mengamati gadis itu sekilas. Tingginya kira-kira hanya mencapai hidung Sasuke. Yah, sekitar 170 centi. Cukup tinggi untuk gadis seusianya. Gadis itu memiliki bola mata sewarna batu emerald, dan dahi yang cukup lebar untuk menanam jagung (?). Dari penampilannya, gadis itu jelas terlihat tidak rapi dan jauh dari kata 'perempuan lemah lembut yang terkesan feminim'. Bahkan Sasuke tak yakin kalau 'makhluk' yang berdiri dihadapannya ini adalah seorang gadis—selain karena penampilannya, dugaannya diperkuat oleh tenaga monsternya saat melempar kaleng soda tadi. Ia lebih terlihat seperti monster iblis yang kejam, jahat dan sadis (?) Dan yang membuat penampilannya semakin terlihat tidak rapi—dan aneh, adalah karena gadis itu menggelung rambutnya dibalik topi rajut marunnya, membiarkan poni dan beberapa anak rambutnya mencuat keluar dari topinya. Bisa Sasuke lihat kalau gadis itu memiliki rambut merah muda. Memang aneh.

Err... dan tentunya, dia garang.

Ya, kecamkan hal itu!

"Apa-apaan kau ini?! Dasar bodoh!" sentak Sasuke dengan nada setinggi tujuh oktaf sambil menatap tajam gadis itu dengan manik onyxnya.

Gadis itu mengacungkan jari telunjuknya kearah hidung Sasuke tanpa rasa takut, dosa, maupun rasa bersalah.

"Kau yang apa-apaan! Seenaknya melanggar tata tertib sekolah!" ucapnya dengan nada ketus, mengedarkan pandangannya dari atas sampai bawah tubuh Sasuke. "Lihatlah penampilanmu! Kau ini pernah diajari sopan santun atau tidak, sih?! Ah, dan lihat juga rambut pantat ayammu itu. Selain itu, kau juga baru saja berkata kasar. Terlebih pada seorang gadis! Kau mengataiku apa, tadi? Bodoh?! Dasar alien ayam Menyebalkan!" cerocosnya panjang lebar. Benar-benar gadis yang merepotkan. Pikir Sasuke. Dan panggilan macam apa itu? Alien ayam menyebalkan? Kedengarannya lebih buruk daripada Itachi yang memanggilku dengan sebutan 'Sasu-koi'. Oh, hei! Kenapa aku malah memujinya?

"Cih, dasar jidat lebar mirip ladang jagung! Aku 'kan murid baru disini! Kau harusnya menasihatiku baik-baik, bukannya melabrak dan membentakku! Apalagi melempar kaleng soda kekepalaku! Dan memangnya kau ini siapa, seenaknya saja mengatur-aturku, hah?!" seru Sasuke panjang lebar, mendecih kesal tak terima dengan perkataan gadis itu, "Dan kau seharusnya juga melanggar tata tertib sekolah karena memakai topi buluk itu!" balasnya sarkastis

Gadis itu mendengus keras dan menggertakkan giginya, wajahnya merah padam. "Apa katamu?! Jidat lebar mirip ladang jagung?! Aa, kalau kau mau tahu, namaku Sakura! Aku adalah tangan kanan guru BK disekolah ini! Dan aku bisa menghukummu se-su-ka-ku, atas tata tertib yang telah kau langgar! Aku tidak peduli kau itu murid baru, murid lama, murid baru setengah lama... pokoknya aku ti-dak pe-du-li!" gadis itu mengatur nafasnya yang memburu sebelum berucap, "Dan juga, dalam buku tata tertib sekolah, tidak ada larangan untuk menggunakan top—"

"Eh? Ada apa, Sakura?" tanya seorang gadis dengan paras cantik yang tiba-tiba muncul dari arah tangga dengan senyuman manisnya. Bisa Sasuke analisa, kalau gadis yang ini lemah lembut dan baik. Berbanding terbalik dengan gadis berjidat lebar, bertenaga monster, bersifat iblis, bernama 'Sakura' yang satu tadi. Sudah galak, kejam pula. Bagaikan malaikat dan iblis! Batin Sasuke. Ia terus memperhatikan gadis berparas bak malaikat itu ketika gadis galak bernama 'Sakura' tadi menceritakan kronologi acara ngamuk-mengamuknya dengan panjang lebar, dan hanya ditanggapi oleh kikikan kecil dari gadis bak malaikat tadi.

Ah, dia juga cerewet. Catat itu!

Gadis bak malaikat itu memiliki rambut indigo yang panjang dan terawat, bola amtanya berwarna amethyst, kulitnya putih bersih bak porselen, cara berpakaiannya terlihat anggun dan feminim. Gadis itu tampak cantik dan memiliki tubuh yang proposional—walaupun lebih pendek dari Sakura. Dan tentunya, ia adalah gadis yang penyabar, lemah lembut, sopan, rapi, pintar, jagoan, tidak sombong dan suka menabung (?)

Ah, tentu saja, gadis itu termasuk dalam kategori 'perempuan lemah lembut yang terkesan feminim'. Berbeda dengan Sakura-si-wanita-galak-mirip-iblis-penjaga-neraka-yang-kejam-jahat-galak-dan-sadis (?)

Ah, gadis itu juga memiliki gigi yang putih nan bersih. Entah pasta gigi apa yang ia pakai sehingga giginya bisa seputih itu. Secara teknis, gigi Sasuke memang tidak terlalu rapi. Sebelas-empat belas dengan gigi Sakura yang sama abstraknya (?)

"Sebaiknya kau beri keringanan saja, Sakura. Lagipula dia 'kan murid baru." Ucap gadis itu bijak, masih setia dengan senyum manis yang terpampang di wajahnya. Sedangkan Sakura mendelik kearah Sasuke dan menggeram kesal. Kenapa? Tentunya karena mangsanya terlepas dari terkamannya. Oh, berterimakasihlah pada gadis bak malaikat tadi yang telah meloloskanmu dari siluman iblis itu, Sasuke.

Sakura mendengus kesal dan menggembungkan kedua pipinya. Ia merotasikan kedua matanya bosan. "Haah, baiklah, Hinata. Kau tangani saja 'berandal sinting' itu," ucapnya sarkastis, dengan penekanan di kata 'berandal sinting' seraya mendelik tajam kearah Sasuke. Langung saja ia melangkahkan kakinya menjauhi Sasuke dan gadis bak malaikat yang ternyata bernama 'Hinata' itu. "Dah~" ucapnya seraya mengangkat tangan kanannya keatas, kemudian memasukkannya kembali kedalam saku roknya.

Gadis aneh.

· To Be Continued ·


Maklumin kalau jelek, ini baru fic pertama guys *bungkukin badan sambil pasang muka melas

Oke, jangan lupa RnR

Btw, besok tanggal 14 loh gaes *ngelirik para jones