AN: Collab Azumi Uchiha-Blackpapillon! Nyaaaaaa~~~ akhirnya! Pukul gongnya... (GOOOOOONG!)


[Bonds]

©2008-2009 by Verde Maripossa. Standard Disclaimers Apply.


.Chapter 1.

"Eeeeh?" Naruto mengangkat kepalanya dari ramen yang tadi sedang dilahapnya dengan kecepatan penuh. "Memangnya ada kabar begitu?"

"Ha?" Sakura menoleh ke arah Naruto, "Memangnya benar, ya? Kudengar itu hanyalah gosip saja... Iya 'kan, Sasuke-kun?" ia mengedikkan kepala ke arah Sasuke, yang hanya dijawab dengan anggukan kecil.

Hari itu adalah hari di mana mereka melakukan rapat rutin—kalau bisa dibilang begitu, karena, erm, sepertinya yang disebut 'rapat rutin' ini hanyalah suatu akal agar Naruto bisa meluapkan hasrat terpendamnya terhadap makanan berkuah itu. Selebihnya biasanya hanya diisi dengan obrolan tidak penting, biasanya pertengkaran Sasuke dan Naruto atau Sakura yang mencoba menarik perhatian Sasuke tapi tak pernah dipedulikan. Atau Kakashi yang sibuk membaca seri terbaru dari Icha-Icha Paradise. Dan seterusnya, dan seterusnya. Hanya saja, kali ini kelihatannya lebih ramai.

"Yaaaa, aku juga tak begitu tahu, sih," jelas Kakashi sambil menggaruk-garuk kepalanya, "tapi yang kudengar, gerombolan perampok itu bersembunyi di hutan terlarang. Karena itu..." Jounin berambut keperakan itu menghentikan omongannya secara perlahan-lahan, menimbulkan suatu tekanan yang membuat murid-muridnya jadi memasang kuping karena penasaran. "Aaah, ngomong-ngomong, mana ramenku?"

"Sensei, apaan, sih? Kalau bicara yang jelas, dong, aku 'kan jadi tidak mengerti!" Naruto mendesak Kakashi. Yaaah, kadang dia merasa gurunya ini bisa berubah menjadi sangat-sangat-sangat-sangat menyebalkan, apalagi kalau dia menahan-nahan penjelasan seperti itu. Biasanya juga sudah menyebalkan, sih...

Sakura pun mengangguk-anggukkan kepala. "Iya, sensei! Sensei 'kan belum selesai menjelaskan!" Sakura segera menarik sumpit yang baru saja diambil Kakashi. "Lagipula, memangnya Sensei benar-benar mau membuka topeng itu di hadapan kami?" semburnya.

Kakashi cuma nyengir dari balik topengnya melihat reaksi kedua muridnya itu. Ah, bahkan Sasuke yang tidak bicara pun tampaknya penasaran. Dia menarik napas. Memang hal yang akan dia katakan ini sepertinya akan mengundang kehebohan. Karena ini yang pertama bagi mereka, setelah sekian lama mereka tidak melakukan misi yang cukup berat—setelah bertemu Zabuza waktu itu, sudah lamaaaa sekali.

"Hutan terlarang tentu bukan tempat yang mudah. Kau tentu ingat bagaimana perjuangan kalian di sana selama ujian chuunin, kan—katanya terjadi banyak hal di sana?" Kakashi melirik ke arah Sasuke dan Sakura (yang langsung saling memalingkan wajah), lalu ke arah Naruto yang langsung bergumam "Tentu saja, bahkan aku pernah dimakan ular!". "Karena itu, tak sembarang ninja yang bisa membantu meringkus mereka. Namun, tim ANBU dan banyak jounin sedang diluncurkan untuk tugas lain, jadi..."

Naruto merasa makin penasaran. "Jadi...?"

Sakura kembali menoleh ke arah Kakashi. "Lalu...?"

Sasuke tidak berkata apa-apa. Tapi wajahnya jelas-jelas menunjukkan ekspresi (makin) penasaran.

Kakashi menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menutup kalimat pamungkasnya. "Beberapa tim akan diminta menjaga bagian-bagian hutan terlarang, satu malam penuh. Dan tim 7 termasuk salah satunya."

-

-

Sunyi.

Sepi.

Angin malam berhembus.

Bunyi kuah ramen yang dituangkan—Teuchi bahkan heran mengapa suasana kedainya mendadak sesepi ini.

-

-

"APAAAAAAAAAAAA????!"

-

x—

-

Malam itu dingin, dingin sekali. Angin malam berhembus tanpa ampun, bertiup bebas di daerah hutan yang hanya rimbun oleh pepohonan. Bunyi angin berhembus merontokkan dedaunan dan gemerisik dahan membuat bulu kuduk merinding. Tiga bayangan manusia bergoyang-goyang karena api unggun yang tertiup angin.

"Hoahm… Aku ngantuk.."

Naruto menguap lebar-lebar, pertanda dia mengantuk. Mata birunya yang hampir terpejam melirik ke arah Sakura. Rupanya gadis itu juga sudah mengantuk, karena kepalanya mulai tertunduk. Namun kuakan burung malam membuat gadis itu bangun kembali. "Aduh… Kakashi-sensei tega sekali! Memberikan misi berat ini pada kita, huh!" Sakura mulai mengeluh sambil mengangkat kedua tangannya keatas, melakukan peregangan tubuh.

"Iya ya, aku sudah mengantuk nih…" balas Naruto sambil menguap lagi.

"Lagipula..." Sakura melirik ke sekelillingnya, "Kata Kakashi-sensei, hutan ini banyak hewan anehnya, kan? Belum lagi hutan ini angker... hiiih!" Dia bergidik, lalu merapat ke dekat batang pohon yang sedari tadi disandarinya. "Suasananya juga membuatku takut. Sama saja seperti waktu ujian chuunin waktu itu..."

Sasuke hanya diam saja mendengar keluhan satu timnya itu. Baginya, misi ini tidak terlalu sulit. Hanya menjaga dan menahan rasa kantuk, itu mudah. Dia mencibir ke arah Naruto. "Bukannya kemarin kau yang paling semangat, dobe?" sindirnya ke arah Naruto, yang langsung membelalakkan matanya.

"Tenang saja, Sakura-chan!" celetuk Naruto tiba-tiba, dan dia langsung berdiri sambil mengacungkan tangannya. "AKU yang akan melindungimu!" dia mengangkat jempolnya tinggi-tinggi, lalu melirik ke arah Sasuke dengan pandangan sinis. "Dan bukan DIA!"

Sakura hanya memandang tingkah Naruto pasrah. Padahal niatnya bukan ingin menarik perhatian Naruto, tapi Sasuke yang sedari tadi diam saja. Gadis itu merengut dalam hati. Haaah, padahal aku berharap Sasuke yang mengatakan hal seperti itu, tapi mana mungkin...

"Dan jangan lupa, Sakura!" kata-kata Naruto makin menjadi-jadi, "Kalau kau dalam bahaya, kau harus memberitahuku pertama kali!"

Sasuke melirik ke arah Naruto dengan pandangan sinis. "Terserah kau, dobe," dia mengambil ranting pohon terdekat dan mendorong-dorong ranting lain agar mendekat ke dalam api, "gayamu makin hari makin mirip si batok hijau itu saja."

Sakura dan Naruto langsung terkantuk-kantuk lagi. Sasuke menghela napas. Kedua temannya tampak sudah kelihatan lelah. Padahal tugas mereka baru saja dimulai beberapa jam yang lalu. Tapi, rasa kantuk itu tidak dirasakan oleh seorang Sasuke. Dia terus menatap api unggun yang ada di depan mereka bertiga. Sesekali, dia melirik ke sekitar hutan, waspada. lalu sebentar-sebentar melirik dua temannya yang terantuk-kantuk. Yah, tapi dia tidak bisa serta-merta menyalahkan mereka berdua. Jam segini memang waktu tidur anak-anak—dan usia mereka baru dua belas tahun!

Dan Kakashi sensei sama sekali tidak kembali setelah tadi pergi sebentar... di mana dia sekarang?

-

x—

-

"APAAAAAAAAAAAA????!"

Beberapa saat kemudian, terdengar suara girang dari mulut Naruto. Akhirnya keinginan dari si pirang itu terpenuhi juga, melaksanakan misi yang (cukup) sulit. Sasuke dan Sakura hanya menghela nafas melihat rekannya itu. Sasuke sih tidak terlalu peduli dengan pemilihan tugas. Meskipun dalam hatinya ia setuju juga dengan misi ini—sudah cukup lama ia tidak melatih diri gara-gara kemarin masuk rumah sakit.

"Oh ya, aku mau sedikit ceritakan tentang hutan itu. Begini, katanya hutan itu angker. Seperti kalian tahu, tempat itu sudah banyak menjadi saksi pertempuran..." suara Kakashi merendah—memberi penekanan. " Maka itu, kalian harus berhati-hati ya. Siapa tahu nanti ada arwah penasaran juga disana. Whuuuu...." Kakashi mengakhiri kisah-singkatnya tentang hutan itu, diakhiri dengan sedikit bumbu iseng pastinya.

Sakura langsung mundur selangkah. "HIEEEEE! JANGAN MACAM-MACAM, DEH!" Sakura menjerit keras-keras. "Sensei! Misi ini terlalu berat! Masa' kami disuruh menjaga hutan yang luas itu? Mana angker pula. Aku tidak mau!" seru Sakura tak terima. Wajahnya benar-benar ditekuk sekarang. Berbeda dengan kedua rekannya, ia justru kurang setuju. Menurutnya, anak usia dua belas tahun, genin pula—harusnya menerima tugas sesuai dengan usia (dan dia merasa tugas itu tak sesuai baginya).

Hohoho, gurunya itu malah nyengir jahil dari balik topengnya. "Huapaaa, Sakura-chan... tak perlu repot-repot mencarikan berbagai macam alasan. Bilang saja kau takut. Iya kan?" goda Kakashi menebak-nebak sambil tersenyum di balik topengnya. "Lagipula sepertinya kedua temanmu tidak masalah dengan misi ini. Dan ini juga berguna untuk pembelajaran untuk ujian berikutnya. Betul tidak?" ia mengedikkan kepala ke arah Sasuke dan Naruto.

"A.. a.. aku tidak takut, kok! Jangan salah mengerti!" sergah Sakura, "tapi... apa tidak terlalu sulit bagi kita untuk menjaga hutan sebesar itu?" tanyanya masih sangsi, "Kita hanya tim genin dan katanya mereka cukup kuat..."

Kakashi hanya tertawa kecil melihat tingkah Sakura. "Sakura, Sakura." Kakashi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku 'kan sudah bilang, kita hanya menjaga beberapa bagian, karena hutan itu sangat luas. Ada beberapa tim yang menjaga, dan kita hanya kebagian sebagiannya saja."

Sakura tak menjawab lagi, namun masih tampak ragu. Kakashi mengangkat bahu melihat reaksi Sakura, sedangkan Naruto melompat-lompat kesenangan di hadapannya. "Sensei, sensei, apa kita perlu membawa benda-benda lain? Seperti senjata super kuat atau semacamnya? Ini misi yang sulit, bukan? Iya, kan? Jadi mungkin kita bisa mendapatkan senjata baru..."

DUK! Kakashi langsung memukul kepala Naruto. "Jangan suka aneh-aneh, Naruto. Biarpun sulit, tapi kita 'kan bersama-sama. Dan cukup bawa peralatan standar saja—yang kau bawa sekarang sudah cukup!"

"Uh..." Naruto hanya bisa merengut sambil memegangi kepalanya, "kupikir kita bisa mendapat bom kertas super-kuat atau apalah..." gumamnya berharap. Tapi dia segera menoleh ke arah Sakura. "Tenang, Sakura-chan! Kalau kau masih takut, aku akan melindungimu!" Katanya keras-keras, yang langsung mendapat reaksi tak yakin Sakura.

"Sensei, apa sensei juga ikut bersama kami ?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Sasuke—yang sedari tadi diam saja. Dan membuat Kakashi agak sedikit tertegun. Tak biasanya muridnya yang satu ini bertanya mengenai hal seperti itu—karena toh biasanya dia oke-oke saja.

"Ah… Itu… Ya tentu saja aku ikut, aku kan guru kalian. Jadi aku harus ada di sana," ujar Kakashi enteng. "Mengapa kau harus menanyakan hal seperti itu? Haaa, rupanya kau juga ragu bila hanya kalian bertiga, kalian tidak akan bisa menjaga separuh bagian hutan itu sampai malam?"

"Huh, paling tidak itulah tugas seorang guru," gumam Sasuke. "Yang benar? Aku tidak percaya padamu." Komentar Sasuke cepat.

"Yaaa, tentu saja, tentu saja aku bersungguh-sungguh. Mengapa kau meragukan aku?" tanya Kakashi dengan gaya berlebihan.

"TENTU SAJA KARENA JANJIMU TAK BISA DIPEGANG!" teriak Sakura dan Naruto bersamaan sambil menunjuk gurunya itu. Kakashi hanya tertawa kecil sambil menggumamkan sesuatu 'geez, rupanya aku kurang dipercaya...'. Lagipula, pertanyaan Sasuke tadi ada benarnya juga. Karena kalau Kakashi tidak ada... bisa saja mereka kesulitan menjalani misi ini. Dan mereka tak bisa berkutik...

"Baiklah, tidak usah basa-basi lagi. Kita berangkat !", ajak Kakashi.

"Eeeeh, sekaraaaang?"

-

x—

-

Mengingat kejadian tadi sore membuat Sasuke sedikit jengkel. Mengapa? Nyatanya, ketika setengah perjalanan ada jounin yang meminta guru mereka itu untuk kembali ke desa. Katanya ada perlu dengan Sandaime. Terpaksa mereka ke hutan itu tanpa Kakashi. Kakashi berkata bahwa dia akan segera kembali ketika urusannya sudah selesai. Tapi buktinya? Sekarang sudah lewat tengah malam, tapi Kakashi belum datang juga. Sasuke menatap api unggun yang berderak-derak dengan muka jengkel.

Sebetulnya bukannya dia takut sih. Tapi, setidaknya mereka harus waspada. Kali ini, lagi-lagi mereka harus mengerjakan misi itu bertiga saja. Dalam hatinya, dia berharap tidak akan terjadi apa-apa pada tugas kali ini.

"Aduh… Aku tidak kuat lagi, aku ingin tidur…"

Terdengar suara keluhan lagi, kali ini dari Sakura. Tampaknya dia mengatakan itu tanpa sadar, karena detik berikutnya dia cepat-cepat menutup mulutnya. "Oh! Maaf, Sasuke-kun, aku tidak bermaksud untuk meninggalkan tugas, hanya saja aku benar-benar merasa mengantuk..."

Sasuke menatap Sakura yang masih sibuk dengan reaksinya. "Sakura, kalau kau mengantuk, tidurlah." Anak lelaki itu mengambil sebatang ranting terdekat dan menyodokkannya ke arah api unggun. "Tapi tetap perhatikan keadaan. Kita tak tahu apa yang akan datang."

Sakura mendongakkan kepala tak percaya. "Eh, benarkah? Aku boleh?" tanyanya memastikan, yang langsung dijawab dengan anggukan. Sakura tersenyum lebar. "Baiklah, aku akan tidur dulu lima belas menit saja. Kalau begitu, nanti kita bergantian saja ya, Sasuke-kun? Kau bisa tidur dan aku berjaga."

"Tidak usah."

"Neee, yang benar? Kau tak akan tidur?"

Sasuke menggeleng. "Tidak. Dan sebelum aku berubah pikiran, lebih baik gunakan waktumu. Aku akan berjaga. Naruto sama sekali tak bisa diandalkan." Dia mengedikkan kepalanya ke arah Naruto yang sudah pulas dengan mulut menganga.

Sakura tertawa kecil. "Kalau begitu, baiklah. Aku akan tidur sebentar, aku janji. Sampai nanti, Sasuke-kun." Gadis itu langsung menyandarkan tubuhnya ke batang pohon yang empuk. Udara hangat yang ditimbulkan dari api unggun langsung membuatnya tertidur. Sasuke kembali memerhatikan seputar hutan. Hanya ada beberapa burung hutan yang sesekali mengeluarkan suara—namun sepertinya tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Lagi-lagi anak lelaki itu menghela napas. Rasanya jadi seperti bekerja sendirian saja. tapi tak apa, pikirnya dalam hati, toh nanti ada saatnya mereka diperlukan. Ya, memang awalnya dia pikir kedua rekannya itu merepotkan; tapi tentu dalam keadaan seperti ini mereka harus bisa bekerja sama dengan baik.

Entah sudah berapa misi yang sudah mereka lewati, baik yang ringan maupun yang berat. Sasuke mengingat-ingat lagi dulu, saat mereka pertama dipersatukan dalam satu tim. Ketika dia tahu bahwa dia setim dengan Sakura dan Naruto, dia langsung berpikir bahwa ini merepotkan dan sama sekali tak akan ada gunanya. Bersama seorang anak lelaki yang cerewet dan bodoh, sok pula—ditambah anak perempuan genit yang cuma ber"Sasuke-kun" setiap hari, apa yang dapat mereka lakukan bersama-sama?

Awalnya memang begitu.

Beberapa hari ini ia sudah memikirkan banyak hal. Ada banyak yang dia dapatkan selama bersama-sama dengan Naruto. Dengan Sakura. Bahkan Kakashi. Tepatnya, bersama-sama tim tujuh.

Kakashi; meskipun gurunya itu tukang terlambat, tukang tidur, dan tukang membaca buku porno, dia juga mengajarkan banyak hal pada dirinya. Supaya dia tidak egois, belajar memikirkan orang lain dan juga bekerja sama—khususnya dengan orang yang berlawanan sifat dengannya. Seperti Naruto dan Sakura.

Dia melirik Naruto yang sepertinya sedang mengigau "ramen kimchi porsi dobel" atau apalah. Perkembangan hubungan mereka sepertinya melonjak secara signifikan sejak mereka dipersatukan dalam satu tim. Mereka berdua benar-benar berlawanan. Namun herannya, dalam beberapa misi mereka dapat bekerja sama dengan baik. Yah, paling tidak untuk saat-saat tertentu, si bodoh itu bisa diandalkan.

Pandangannya beralih ke Sakura. Sejak awal dia berpikir tim mereka tidak akan berjalan sebagus yang lainnya. Dan dia sama sekali tak mengharapkan apa-apa dari rekan setimnya yang satu ini. Sakura adalah satu-satunya perempuan didalam timnya. Bukan, bukan karena Sakura perempuan maka dia menganggap gadis itu tak akan bisa melakukan apapun.

Tapi, ya ampun, benar-benar. Sakura amat-sangat tidak bisa mengendalikan diri—apalagi dengannya. Setiap hari, ada saja tingkah gadis itu yang aneh dan memaksa—cenderung menyebalkan. Sakura adalah perempuan yang genit dan menyebalkan baginya. Tak ada yang istimewa dari gadis itu, kecuali kalau jeritannya setiap hari bisa dianggap keistimewaan.

Bukannya dia juga tak terbiasa dengan jeritan perempuan. Sejak kecil, dia disukai banyak perempuan—tepatnya banyak anak perempuan yang tertarik padanya meskipun dia merasa tak melakukan hal apapun yang membuat orang menyukainya. Dia tak mengerti jalan pikiran wanita. Padahal dia tak banyak bicara, karena tujuannya sekolah adalah untuk berlatih.

Bahkan ia pernah mendengar dari salah satu rekannya di akademi, anak-anak perempuan itu membuat klub yang disebut "Sasuke Fans Club". Aaaah, memikirkannya saja sudah ngeri—itukah sebabnya mereka selalu kompak mengejarnya kesana-kemari? Karena ada suatu jaringan-terorganisir di belakangnya? Benar kata Shikamaru, anak perempuan itu mengerikan.

Dan begitu juga halnya dengan Sakura. Lama sekali dia baru bisa mengingat nama gadis itu di sekitar teman-teman akademinya. Karena Sakura hanya mengintip di belakang anak perempuan lain. Baru beberapa tahun kemudian dia menjadi lebih berisik, lebih cerewet, dan parahnya, dia ditempatkan satu tim dengannya. Jadilah Sakura mengekorinya terus-menerus, bertanya kapan dia punya waktu luang, kapan dia bisa berkencan, dan sebagainya. Gadis itu tak pernah bosan untuk bertanya.

Tapi, dia melirik Sakura lagi—yang masih tertidur—tak selamanya juga rekannya yang satu itu mengganggu. Sakura juga sudah melakukan banyak hal. Akhir-akhir ini dia banyak mengalami kemajuan. Dan juga...

Pandangan Sasuke jatuh ke rambut sebahu gadis itu—yang sebagian menutupi wajahnya. Betapa tidak. Dia tahu sekali latar belakang rambut pendek gadis itu. Meskipun saat itu dia dalam keadaan setengah sadar, tapi ia mendengarnya. Meskipun gadis itu tak mau mengaku saat ia bertanya—dan mengatakan dia hanya ingin ganti suasana.

Tapi ia tahu.

Huh, memikirkan hal-hal seperti itu malah membuatnya jadi sakit kepala. Lebih baik aku bersiap membangunkan yang lain, pikirnya.

"Khu khu khu khu khu khu..."

DEG.

Suara apa tadi?

Sasuke melihat lagi keadaan sekeliling. Tak ada suara apapun. Apa tadi ia salah dengar? Mana mungkin... Sasuke memicingkan mata dan memasang telinga setajam-tajamnya. Masih sunyi—terdengar aman. Tapi justru itulah yang aneh. Burung-burung malam itu, dia tak mendengar mereka lagi. Keadaan ini terlalu sepi... aneh... bahkan ia tak dapat mendengar sedikit saja suara tim lain. Padahal katanya mereka juga ada di dalam sini, kan? Cepat-cepat ia mengguncang-guncangkan tubuh Naruto. "Hei, Naruto, bangun!"

"Hmmm~... sebentar lagi, Sakura-chaaaan..."

Aaaah, apa yang sedang dia pikirkan, sih? "Hei, bodoh! bangun! Kalau tidak, kau bisa mati lebih dulu, tahu!" Bentaknya dengan suara keras.

"HUWAAAA!" Naruto serta-merta bangun dari tidurnya dan melihat wajah Sasuke. "Ah, ternyata kau, teme. Ada apa?" dia mengucek matanya, lalu melihat sekeliling. "Sepertinya sepi sekali, aman 'kan?"

Sakura perlahan membuka matanya karena keributan sesaat tadi. "Sasuke-kun?" dia menatap Sasuke dan Naruto dengan wajah mengantuk. "Ada apa?"

"Lebih baik kita sekarang siaga. Jangan tidur lagi." Sasuke memperingatkan.

"Tapi, suasana sekarang sangat tenang, biarkan aku tidur..." keluh Naruto.

"Justru karena itu kita harus siaga, bodoh," sela Sasuke memotong omongan Naruto. "Suasana sepi ini tidak lazim. Dan tadi aku sempat mendengar suara aneh..."

Sakura mengangkat alis. "Suara aneh? Seperti ap—"

SHRIEEEEEEEEEEEEK! Bunyi besi beradu dengan angin terdengar keras. Dan mereka bertiga sudah sangat mengenal bunyi itu... bunyi... kunai! Serta-merta puluhan kunai mengarah ke arah mereka, bagaikan hujan besi. Arahnya tak jelas dari mana; mereka terlalu banyak, dan seakan-akan berasal dari segala arah. Sakura hanya mampu menjerit.

"KYAAAA!"

"Naruto, Sakura! Siaga!" Sasuke berteriak sementara dia melompat menghindari kunai-kunai itu, "Jangan melamun!"

"Iyaaaa, aku tahu! Jangan sok menggurui begitu, sialan!" Naruto balas berteriak sambil melindungi Sakura dengan kunainya sendiri. "Sakura-chan, kau juga tangkis kunai-kunai ini, ayo!"

Sakura yang baru saja sadar dari kekagetannya, langsung berubah sigap. Dia mengambil kunai dari kantong bajunya, dan menangkis kunai-kunai yang ada meskipun tidak setangkas teman-temannya. Sasuke menggunakan shurikennya untuk menghindari hujan kunai itu. Untungnya, beberapa saat kemudian serangan itu berhenti. Namun mereka masih bersiaga—karena mereka sudah tahu, tak hanya mereka yang ada di sini. Ada orang lain...

"Khu khu khu khu khu..."

Tak salah lagi, tadi aku tidak salah dengar, pikir Sasuke. Rupanya tadi itu mereka.

Naruto menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Suara darimana sih, itu? Bukan hantu, kan?" katanya setengah bingung. "HEEEEI! JANGAN SEMBUNYI, KELUAR SAJA KALIAN!"

Serta-merta teriakan itu berbalas. Beberapa orang muncul dari balik semak—seakan-akan memang ingin menunjukkan kehadiran mereka. Ada lima atau enam orang, tak begitu terlihat karena tersembunyi dalam kegelapan. Pakaian mereka semuanya berwarna gelap. Sakura bergidik. Tubuhnya mulai berkeringat dingin.

Tapi aku pasti bisa! Kali ini ada mereka, pikirnya sambil melirik Naruto dan Sasuke yang langsung menegakkan posisinya. Dulu aku sendirian dan mereka sakit... sekarang, aku pasti bisa!

Gadis itu diam-diam mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

-

x—

-

"Wah wah… anak kecil rupanya…"

Pemimpin dari penjahat itu bergumam melihat mereka bertiga yang tetap waspada, lalu orang tersebut tertawa terbahak-bahak. Diikuti juga oleh yang lain—sepertinya anak-anak buahnya. Naruto menggeram, lalu menyerang mereka tanpa pikir panjang.

"Memangnya kenapa kalau anak kecil, hah!" Naruto berteriak keras sambil membentuk segel dengan tangannya. Tak dihiraukannya teriakan Sasuke untuk tetap berhati-hati—langsung saja dia melancarkan jurusnya. "KAGEBUNSHIN NO JUTSU!"

Dalam sekejap, puluhan kagebunshin—alias replika Naruto—muncul secara serempak dan menyerang para kelompok penjahat itu tanpa tanggung-tanggung. Kontan gerombolan itu kaget karena serangan kagebunshin yang jumlahnya puluhan itu. Namun Naruto yang asli tidak ada di situ. Sejak awal dia sudah menghindar ke atas pohon—dan Sasuke menyadari hal itu. Dia mendongak dan melihat isyarat Naruto untuk ikut naik. Yah, baiklah.

"Sakura, kita lari." Sasuke bergumam sementara kagebunshin-kagebunshin itu masih sibuk menyerang—meskipun tampak mulai agak kewalahan. Karena itu, lebih baik bagi mereka untuk naik ke atas dan menemui Naruto dulu.

Namun wajah Sakura tampak tak setuju. "Eh? Tapi, Naruto..."

Ck. Tanpa pikir-pikir lagi, dia langsung membawa Sakura ke atas pohon ("—GYAAA, Sasuke-kun, apa yang kau lakukaaaan?!"). Dilihatnya Naruto sedang duduk santai di cabang-cabang besar sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf V. "Aman?"

"Eh, Naruto ?? Kamu ada disini ?" Sakura tampak kaget melihat Naruto di sana. Naruto cuma nyengir.

"Ya iyalah, aku kan sedang mengelabui musuh sehingga kalian bisa kabur," jawab Naruto jenaka. Sakura menghembuskan napas lega. "Sekarang bagaimana? Kita tak bisa disini lama-lama. Sebentar lagi mereka juga akan tahu di mana kita. Kita habisi saja, yuk?" usul Naruto. "Pasti mereka juga sudah kelelahan karena melawan bunshin-ku."

"Jangan bodoh," potong Sasuke, "jangan bertindak sembarangan. Mereka sekarang memang teralihkan perhatiannya, tapi kita juga tidak bisa seenaknya."

"Tapi kalau kita menunggu Kakashi-sensei, dia juga belum tentu akan datang!" kata Sakura. "Kita minta bantuan dari tim lain?"

"Ah, belum tentu juga kita bertemu mereka," sanggah Naruto.

Perdebatan mereka terus berlangsung. Sementara di lokasi gerombolan itu, kagebunshin Naruto semuanya sudah dibabat habis. Beberapa dari mereka sudah terlihat sedikit kelelahan. Mereka melihat ke sekeliling, namun tak ada siapapun di sekitar mereka.

Mereka sadar. Mereka telah dialihkan perhatiannya sehingga sasaran mereka bisa lari.

"Err… Kemana mereka?" celetuk salah satu dari mereka yang bertubuh gemuk, "tiba-tiba saja mereka menghilang..."

Sang pemimpin pun tampak murka. Sangat-sangat murka. Bagaimana mungkin mereka bisa tertipu oleh sekumpulan anak kecil sok seperti mereka? "Kita sudah terkecoh, bodoh! cepat cari mereka!" teriak sang pemimpin dengan wajah penuh marah. Anak-anak buahnya tampak ketakutan dan buru-buru sibuk melihat sekeliling.

Salah satu dari mereka menyadari ada bayangan orang di atas. "Itu mereka!" teriaknya sambil menunjuk ke arah pohon. Sasuke, Naruto dan Sakura terkesiap. Mereka ketahuan! Ah, ini salah mereka karena tadi terlalu lama debat kusir...

"Huh." Sang pemimpin tampak senang bisa menemukan kembali mereka—dengan cepat. Ia membentuk suatu segel di tangannya, dan dengan sekali sentuhan, dia terlihat mengeluarkan gumpalan chakra aneh berwarna putih yang bergulung-gulung—

"KAZE NO JUTSU!"

Gumpalan chakra putih itu berubah menjadi tiupan angin yang begitu keras sampai-sampai merontokkan dedaunan. Naruto dan Sakura berpegangan ke salah satu cabang yang besar—sementara Sasuke melompat ke satu bagian cabang yang terjauh di antara mereka. Naruto berteriak ke arah Sasuke, "Hoi, apa yang kau lakukan!"

"Aaaah, gawat! Bagaimana ini, Naruto?!" Sakura menggigit-gigit kukunya panik. "Bisa terjadi apa-apa dengan Sasuke kalau kita biarkan saja!"

"Salah sendiri karena dia pergi sendirian," gumam Naruto sebal, "lebih baik lihat saja dia, siapa tahu ada yang bisa dia lakukan."

Sasuke mengintip ke bawah, lalu melempar beberapa shuriken ke bawah—dan mengenai sedikit dari mereka. Namun si pemimpin gerombolan masih berdiri di sana, menatap mereka dengan angkuhnya, dan dengan arogan memberi tanda dengan jarinya supaya mereka turun dari pohon—err, pohon yang sudah tidak berdaun itu. Diambilnya sebuah bom kertas dari saku bajunya—tapi nihil. Sebelum mencapai tanah bom itu kembali dilemparkan angin yang diciptakan jurus aneh itu—dan meledak di udara.

Sasuke menghela napas. Bingung juga dia. Dia dan Naruto saling berpandangan.

"Sekarang..."

"Sekarang?" Sakura mengernyitkan kening tak mengerti. "Sekarang apa?"

Naruto tertawa kecil, menggenggam tangan Sakura, dan membawanya pergi. Diiringi jeritan kaget Sakura, dia tersenyum lebar dan berteriak, "LARIIIIIIII!!!"

...


To be Continued


From Azumi x)

Heuheuy... jadi juga nih fic collab ini, hehe! Berasa beda klo bikin fic sama-sama ya –ya iyalah-. Tadinya aku bingung mau buat apa, karena ide lagi kemarau sekale! SasuSaku... ah, kita berdua udah keracunan ma mereka (iya nggak, neechan?) dan kita pun udah banyak bikin fic tentang mereka. Jadi pengen bikin beda ah! Lalu, ide pun mengalir gara-gara liat poster tim 7 di kamarku. Muahaha! XD Langsung deh meluncur! Setelah ide udah ketemu, baru dioper ke Papillon-neechan buat ditambah-tambahin. Hehe...

Abis ditambahin, jadilah! Fic ini akhirnya lahir ke dunia per-fanfic-an Indonesia –resmi buk..- oke, bagiku terasa sekali friendship disini. Adventure juga, fight fight fight!! Udah ngebet banget pengen bikin scene babuk-tinju-tendang, karena aku ini nih keseringan mikirnya yang tragedy terus –evil smile- hehe...

From Blekpapi :)

YAAA! Saya masih hidup, saya masih hidup! Tenang aja, kupu-kupu ini ngga dimakan laba-laba kok! Sebenernya saya menghilang untuk ngeberesin fic ini –lebay- hehehe gak ding. Saya keasyikan ngurus yang lain (blog maksudnya). Here it is, koleb bergenre adventure, semua bisa baca! Adventure dan friendship! Siapa kangen tim tujuh?? First time for the Adventure/friendship genre! Sungguh pengalaman baru buat saya, hohoho.

Actually the idea came from Azumi-chan. She made the fic first—terus dia ngimelin attachment fic ini ke saya. Kelamaan di saya nih dokumen XDD Tugas saya nambah-nambahin! Eh, taunya malah jadi kebanyakan hahaha... asalnya ini oneshot jadi two-shots deh (gapapa yaaa, imouchan??). Kalo diliat banyak hints-nya tapi cuma dikit-dikit. Misalnya di sini kita punya hints SasuSaku (Huuu), terus ada juga NaruSaku, dan sedikit SasuNaru juga. Semua dalam batasan prensip, kok. Jadi aman dibaca.

Huhuhu, moon maap kalo ada yang kurang puas, pertama kali nyoba adventure soalnya... hehehe :)

Thanks for read, and...

Review?