ふかいもり©X-Chemical

Inuyasha fanfiction

Standard disclaimer applied

.

.

.

ふかいもり

hutan yang dalam—

.

.

.

Kalau saja Kagome dapat melihat ke dalam hati Inuyasha, hatinya mungkin takkan sesakit ini—seperih ini. Kalau saja tak dipertemukan oleh manusia setengah siluman itu, mungkin saja dia bisa terbebas dari perasaan yang membelenggu ini. Kalau saja dia lebih tua beberapa ratus tahun dari umurnya sekarang, mungkin dia tak akan pernah mendapat predikat sebagai 'reinkarnasi sang kekasih', atau setidaknya mungkin dia bisa bertemu lebih dulu dengan Inuyasha dan tidak menjadi 'bayang-bayang' seperti saat ini.

Bahkan Kagome tidak bisa membayangkan 'Kalau saja..' itu terjadi.

Kagome tak bisa dan tak mengerti kenapa dirinya tak bisa.

Mungkin karena dirinya sudah terlalu bahagia acapkali melihat senyum Inuyasha yang terkembang(—meskipun kebahagiaan itu akan redup ketika tahu senyum itu bukan untuknya). Mungkin karena baginya, berpetualang mendampingi Inuyasha saja sudah cukup(—meskipun tujuan petualangan itu bukan untuknya).

Kagome tidak mengerti. Ada apa? Kenapa?

Bagaimana bisa dirinya masih berpegang pada tali rapuh bernama harapan?

Apa yang akan terjadi padanya ketika tali itu putus? Hanya ada dua pilihan. Dia akan terjatuh, atau ada tali baru yang akan menggantikan tali rapuh itu. Tali yang lebih kuat—tentu saja.

Namun, dirinya tak yakin akan menemukan tali baru yang lebih kuat melebihi kuatnya tali pengikat Inuyasha dengan sang masa lalu. Dia akan kalah. Dan, jika dia kalah maka dirinya akan terjatuh lebih keras lagi. Implikasi itu akan terjadi padanya, kecuali dia mampu menegasikannya menjadi "dia kalah, namun dia tidak terjatuh".

Bisakah ia?

Pertanyaan itu terngiang-ngiang dalam lubuk hatinya, seperti suara dedaunan di hutan yang dihembuskan oleh angin. Dan ketika dirinya menatap Inuyasha dengan gamang, lalu menemukan sesuatu yang ia cari, akhirnya diapun mengerti.

Dia tetap mempedulikan Inuyasha lebih dari siapapun.

Itu adalah sebuah kalimat absolut yang tak pernah bisa dibantahnya.

Jadi, Kagome memilih tetap di sini. Tersesat. Pada hati Inuyasha yang dalam, yang rumit seperti hutan. Yang memberinya kesejukan juga kesunyian yang memilukan. Yang membuatnya tertawa keras, juga menangis deras…

Dia tetap bertahan, mencari celah, ketika pada saatnya nanti dia bisa dengan mudah mengintip isi hutan yang dalam itu. Menemukan jalan yang ia cari selama ini, entah jalan terbuka lurus menuju pepohonan yang rindang atau jalan berkelok-kelok yang berujung jurang.

Dia tak meninggalkan hutan yang dalam itu, demi hutan lain yang lebih sederhana dan lebih dangkal(yang tidak pernah menyimpan misteri tentang siapa yang dicintai).

Dia tersenyum pada Inuyasha.

Senyuman lembut yang kelewat tulus. Senyuman yang diberikan Inuyasha pada orang itu (dan mungkin suatu saat nanti akan diberikan Inuyasha padanya).

"Hei, baka, jangan salah mengenaliku sebagai dia lagi, ya…"

Sebuah jitakan penuh cinta dan sayang mendarat di kepala Inuyasha (dengan keras)..

. .

.

.

~owari~

A/N:
Fyuh..
Akhirnya.. Setelah lama gak nulis, saya berhasil menulis sebuah fanfict oneshot (mulu) yang tetap saja gak bisa dibilang bagus, hahaha.
Tapi, lumayanlah. Buat ngilangin stress ngeliat jadwal ujian2 dan segala macemnya itu, ckckck..

semoga yang baca stressnya juga bisa ilang. Hahaha *kalo yg baca ha'chan, sih, gajenya gak bakal ilang, wkwkwk*

(btw, this is my first birthday fanfict from me, to me XP) *padahal udah lewat, hehe*